Ita Fauzia

Pengikut Muhammad SAW, Pengagum Al Fatih, Penggemar Sheilla On 7even, Penikmat Kopi, penyuka Rotiboy. Tidak pilih-pilih bacaan tapi pemburu buku diskonan ...

Selengkapnya
Navigasi Web

11. My Boyfriend is Your Husband Part 2

Bintang Kehidupan

Januari 2005

 

Cuaca diluar begitu cerah, matahari bersinar terang, angin bertiup tenang namun tidak dengan hati Najmi. Kecamuk yang ada di dalamnya bagai badai yang mampu memporak-porandakan jiwa. Cukup menjadi alasan untuk bunuh diri. 

 

Dihempaskan tubuhnya ke ranjang kos-an dengan kasar. Napasnya terasa pendek, sesak. Tiba-tiba kepalanya berkedut kencang. Astaga!

 

Tak tahu diri HPnya berdering kencang membuat kepalanya berdenyut makin cepat. 

 

"Akh... Apa lagi ini!" Najmi mengerang sembari mengambil HP di atas nakas. 

 

"Hmm. Hallo!" sapanya tanpa melihat siapa yang menelepon. Kepalanya terlalu pening untuk membaca papan layar.

 

"Hai sayang" balas suara di ujung sana.

 

Mendadak dia menyesal mengangkat telpon itu. Cenat-cenut kepalanya semakin menjadi. Demi Tuhan gadis itu merasa rela mati detik itu juga. Dilempar telepon genggamnya ke sembarang arah tanpa menutup sambungannya. Masih terdengar suara hela-helo di ujung sana. Ah, masa bodoh. 

 

"Jenuh aku mendengar, manisnya kata cinta. Lebih baik sendiri..." Nada dering HPnya kembali berdendang. Tragisnya lirik lagu itu mewakili isi hatiny, pas sekali. 

 

Najmi masih diam, tenggelam di dasar bantal menikmati segala kesakitan lahir batin. Sebenarnya dia juga ingin bertanya layaknya protagonis di drama korea. 

 

"Ya Tuhan apa salah dan dosaku?"

 

Sayangnya dia tidak suka pertanyaan semacam itu. Terlalu klise. Dia cukup tahu diri, tahu benar bahwa dia adalah manusia penuh dosa dan salah. Dia tahu benar bahwa caranya salah, tindakannya salah, ucapannya salah. Rasa-rasanya dialah detik ini orang paling bersalah di seluruh dunia. 

 

Najmi ingin merutuki nasibku tapi enggan. dia sudah pernah jatuh, mengutuk lalu jatuh lagi. Jadi sekarang dia memilih diam. Diam pada semua orang, semua pendapat, semua keadaan. 

 

Seandainya bisa, dia ingin memutar kembali waktu. Seandainya ada, dia akan membeli mesin waktu dan memutarnya suka-suka. Dan seandainya nyata, dia ingin bertemu the flash, memintanya membolak-balikkan zaman. Tapi sayangnya semua itu hanya fantasi orang-orang yang kelebihan waktu luang. 

 

Dia mengangkat kepala saat rasa sakitnya mulai reda. Perlahan-lahan menarik nafas dan membuangnya. Mencoba kembali duduk meski payah kemudian perlahan membuka jendela.

 

Najmi terkejut, bau tanah basah menyeruak masuk. Baunya yang khas memasuki paru-paru. Gadis mungil itu mulai membuka mataku lebar-lebar lalu membuang pandang ke sekeliling. Cuaca begitu cerah saat sebelum dia tidur tapi tiba-tiba hujan selesai? Memangnya berapa lama dia tidur? 

 

Ratusan pertanyaan tiba-tiba memenuhi ruang kepalanya. Apa ini mimpi? Tahun berapa sekarang, apa dia melintasi waktu? 

 

'Klek' bunyi gagang pintu terbuka, sesosok makhluk hidup paling tidak diinginkannya masuk menyesaki ruangan membawa secangkir kopi di tangan kanan, sebungkus besar cemilan di kantong kiri dan sebungkus kudapan di pergelangan tangan. 

 

"Sini." disambar kopi panasnya. Menyeruputnya tergesa dan membatin.

 

"Kopi panas ini tidak lebih panas dari bara hatiku"

 

Si Gajah masih mencoba duduk sempurna saat kopi yang dibawanya tandas. Gadis gembul itu melongo lucu, ekspresinya sedikit membuat Najmi ingin hidup lebih lama. 

 

"Jangkrik!" Serunya saat menyadari ulah kawannya. 

 

Setengah hati Najmi mengulurkan sebotol besar air mineral ke arah Gajah takut kalau-kalau dia tersedak kentang goreng saat merutuk. Mulutnya yang penuh makanan ringan berbahan pengawet terus menggerutu tanpa maksud. Tak peduli, Najmi kembali terlentang sambil menutup telinganya dengan earphone lalu menutup mata kembali tidur. 

 

"Auw!" Najmi menjerit kesakitan saat Gajah mencabut paksa earphonenya dengan kasar

 

"Kampret, kamu sudah tidur sehari semalam masih mau tidur lagi!" semprotnya sambil menyemprotkan makanan sampahnya ke muka kawannya. 

seketika itu pula Najmi menggosok-gosok kupingnya yang sakit sambil mencoba mencerna kata-kata Gajah yang tak jelas. 

 

"Aku? Tidur sehari semalam? Kapan?" Tanya Najmi sok bego

 

"Kamu tidur hampir sehari semalam seperti orang mati." Jawab Si ndut sambil membuka kaleng kentang krispy.

 

"Syukurlah kamu masih mau hidup," Lanjutnya 

 

"Apa seharusnya ku mati saja, ndut?"

 

"Terserah, kalau kamu mau." Najmi mengerutkan kening, kecewa.

 

Sebenarnya dia teman bukan sih, kawannya sedang down, patah hati, sumpek, kacau. Bisa-bisanya dia bilang terserah, bukannya menenangkan, menaikkan rasa percaya dirinya. 

 

Anehnya, Najmi malah merasa tenang bersamanya. Si gajah bengkak tukang makan itulah yang selalu membuatnya jadi diri sendiri, tidak pernah mendikte, meski tidak pernah menunjukkan dukungan tapi selalu ada di sampingnya kapanpun membutuhkan tempat bersandar. 

 

"Es krim!!!" Teriak gadis jangkung berkaca mata tebal sambil membuka pintu kos Najmi tanpa salam. Kebiasaan temannya satu itu kadang membuat Najmi takut, bagaimana jika ada setan ikut masuk ke kamarnya saat dia lupa mengucap salam. Jika ada satu jin saja ikut masuk ke kamar bersamanya bayangkan jika setiap sore dia datang. Ih, membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk bergidik.

 

"Sini.' Rebut Si Genduk serakah. 

 

"Nih kamu yang strawberry." Zhe mengulurkan popsicle pada Najmi.

 

"Geser dong, ndut." Seru si kurus Zhe pada Gajah. Jadilah mereka bertiga berdesakan di kamar Najmi yang sempit. 

 

"Masih kehujanan dia." Sindir Zhie halus, dia memilih bertanya pada Gajah karena jelas Najmi akan sangat marah jika dia menanyakan pertanyaan-pertanyaan bodoh. 

 

"Nggak Cuma hujan, banjir. Lihat tuh matanya sampai bengkak sebesar bola tenis." Berdua mereka terbahak. 

 

Najmi hanya bisa membatin, bagaimana bisa dia punya teman sesadis mereka, tertawa di atas penderataan orang lain. 

 

"Jangan Cuma bisa ngaku cantik, mi, cewek juga kudu kuat. Abi bukan satu-satunya cowok di jagad. Bahkan jika dia cowok terakhir di bumi tetap saja dia ga jodoh sama kamu. Terima saja. Ikhlas, mi, IKHLAS." Zhe menekan kata Ikhlas dengan lugas. 

 

Najmi tahu, tanpa semua orang bilang pun dia tahu. Dia harus ikhlas, move on tapi siapa bilang move on itu mudah?

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post