146. Brian Dan Airin (A Flash Fiction)
Malam hampir larut. Airin tiba di stasiun tiga puluh menit sebelum kereta terakhir berangkat. Sebelum masuk, perempuan muda itu duduk di bangku panjang di luar stasiun menunngu kawannya. Dia menebar pandangan ke sekitar. Diantara beberapa calon penumpang yang sedkit jumlahnya, ia mendapati seorang lelaki muda duduk di bawah. Tubuhnya lusuh, wajahnya yang lemah sedikit tertutup penutup kepala hoodienya. Telapak tangannya terbuka menunjukkan bahwa dia salah satu pengemis. Airin yang penasaran mendekati lelaki muda itu.
“Hai” Sapanya ragu-ragu.
“Hai.” balas Lelaki itu
“Siapa namamu?”
“Brian.” Jawabnya
“Sudah makan?”
Lelaki muda itu menggeleng, Airin mengulurkan sepaket nasi yang didapatkan dari acara yang baru saja dihadirinya. Setelah mengucapkan terimakasih, lelaki muda itu mulai menangis sambil bercerita.
“Aku hanya ingin segera pulang, kakak.” Air mata meleleh dari wajahnya yang sayu.
Airin mencoba menenangkannya. Dia menebak lelaki itu berusia awal dua puluhan, mengingatkannya pada adiknya sendiri.
“Sebenarnya aku sedang dalam perjalanan pulang setelah selesai kuliah. Aku tertidur saat menunggu keretaku datang. Ketika terbangun semua barang dan uangku hilang termasuk HP-ku. Aku tidak dapat mengingat nomor siapapun.”
“Kamu mau pulang kemana?”
“Ke kota X.”
Airin bangkit dan bergegas menuju loket. Dia membeli sebuah tiket pulang ke kota X. Bergegas dia berlari ke arah Brian. Kereta kea rah kota X telah tiba dan akan berangkat dalam lima menit. Brian yang terkejut buru-buru menghabiskan makanannya. Sambil berlari ia mengucapkan terimakasih.
“Terimakasih. Siapa nama kakak?”
“Airin.”
“Bagaimana caraku membalas kebaikan kakak?”
“Jadilah orang sukses dan berbuat baiklah kepada orang lain.”
Peluit berbunyi, Brian berlari mengejar keretanya sambil melambai ke arah Airin. Dia melepas penutup kepalanya hingga Airin dapat melihat dengan jelas wajahnya yang tampak bahagia.
“Siapa dia.” Tanya Galuh mengagetkan Airin.
“Brian.” Jawabnya
“Siapa Brian?”
Airin menceritakan segalanya pada kawannya. bukannya memuji, Galuh malah mengomel dan berpikir yang tidak-tidak. Dia takut Brian hanya pura-pura dan memanfaatkan kebaikan Airin saja. Namun Airin tidak peduli. Dia hanya ingin berbuat baik.
Lima tahun berlalu. Airin kehilangan suaminya karena kecelakaan motor. Kemalangannya tak berhenti disitu. Ternyata suaminya meninggalkan hutang yang tak terhitung jumlahnya. Tanpa diketahui Airin, suaminya sering meminjam uang untuk bermain judi online. Tak sanggup menghadapi debt kolektor, wanita itu menjual rumahnya dan pindah ke rumah kontrakan yang lebih sederhana untuk dirinya sendiri.
Waktu berlalu, Airin masih belum dapat melunasi seluruh pinjaman suaminya. Masih tersisa beberapa juta lagi tapi Airin sudah tak punya tabungan. Dia tak punya apa-apa lagi untuk dijual. Dia berusaha mengajukan pinjaman kesana-kemari namun semuanya menolak. Dia sudah tidak memiliki apa-apa lagi untuk dijadikan jaminan.
Dalam keadaan yang hampir putus asa, Airin tetap berusaha masuk ke sebuah Bank. Dia tidak peduli dapat pinjaman atau tidak, dia hanya ingin terus berusaha. Dia percaya Tuhan akan memberi jalan keluar dari permasalahanya.
“Airin.” Sapa seseorang
Airin kaget, dia menoleh ke kanan kiri untuk memastikan bahwa yang disapa pria itu benar dia bukan Airin yang lain. Seorang lelaki muda tinggi, tampan, berbadan atletis tersenyum dan menghampirinya. Airin deg-degan sampai tidak merespon saat lelaki itu mengulurkan tangannya.
“Apa kabar kakak?” Tanyanya
“Baik.” Jawab Airin ragu-ragu.
Dia ingat suara itu, memori otaknya berputar mencoba-mengingat-ingat siapa dia.
“Brian.” Katanya
“Oh.” Ingatan Airin masih samar.
“Kakak memberiku tiket pulang lima tahun yang lalu.”
“Oh.” Airin hampir menjerit. tidak menyangka lelaki muda di depannya adalah Brian yang ditolongnya. Benar-benar seperti dua lelaki yang berbeda.
Penasaran akan kabar satu sama lain, Brian mengajak Airin makan siang. Disana Airin berkeluh kesah. Brian yang kini menjabat sebagai kepala cabang Bank tanpa ragu membantu Airin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren Bu Ita. Salam literasi, sukses selalu.
Terimakasih bapak. Salam literasi. Sukses juga buat Pak Edi. :-)
Happy ending. Kebaikan akan berbalik pada mereka yang melakukan kebaikan tersebut.
Yup. Terimakasih sudah mampir bu.