Ita Fauzia

Pengikut Muhammad SAW, Pengagum Al Fatih, Penggemar Sheilla On 7even, Penikmat Kopi, penyuka Rotiboy. Tidak pilih-pilih bacaan tapi pemburu buku diskonan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
68. Emma (A Flash Fiction)
https://www.google.com/search?q=horror+face&safe=strict&sxsrf=ALeKk035jLG6LMu1z-fhMQxsK6EWv3WUxA:1588853581357&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjKl8Tq3KHpAhXafH0KHUx9C8EQ_AUoAXoECAsQAw&biw=1366&bih=657

68. Emma (A Flash Fiction)

Semua oang di desa itu setuju jika Emma adalah bayi tercantik yang pernah lahir. Ayahnya seorang tukang kayu energik, pembuat ukiran paling indah nan kreatif. Ibunya wanita biasa yang pendiam dan penurut. Tidak ada yang istimewa dari keluarga ini. Sebelumnya mereka pernah juga dikaruniai seorang bayi lelaki yang tampan. Usianya sudah beranjak hampir dua tahun saat adiknya lahir. Namun malang, bayi perempuan itu tumbuh sengsara. Tidak seharipun dilewati tanpa sakit, bukan penyakit berat namun membuatnya ringkih.

Di hari kelahirannya bayi merah itu tak sanggup menangis, sang dukun bayi sampai memukulnya agar menangis. Sayang yang keluar hanya suara rintihan kecil memilukan. Sehari setelahnya, ia panas tinggi masih tanpa tangisan. Bayi itu seolah merasa dia baik-baik saja, tidurnya tenang. Ayah Ibunya khawatir sekaligus heran. Meski tampak tenang namun mereka tetap berusaha menurunkan panas bayinya. Tentu, kedua orang tua muda itu tak ingin terjadi apa-apa pada kesayangannya.

Begitu seterusnya hingga tahun-tahun berlalu, bayi perempuan itu tak pernah menangis tak pernah mengeluh tak pernah rewel. Tenang saja meski dihantam berbagai rasa sakit. Semua orang memuji kecantikannya, kekuatannya, kemandiriannya. Kecuali sang kakak laki-laki. Dia tahu dari awal, sejak adik perempuannya lahir bahwa Emma bukanlah adiknya. Sesuatu telah membawa pergi adiknya tepat sehari setelah kelahirannya.

Orang tuanya mengira sikap bocah lelakinya wajar, seperti anak lain yang cemburu pada adik barunya. Di usianya yang kesembilan, bocah lelaki itu tak lagi mampu menahan perasaannya. Dia merasa harus memberi tahu semua orang bahwa Emma bukan adiknya. Emma tidak secantik yang dapat dilihat orang-orang. Emma yang dilihatnya sejak bayi adalah sosok buruk rupa, berbau darah dan berseringai kejam.

Sayang, usaha Eddy meyakinkan semua orang justru berbalik pada dirinya sendiri. Dia dianggap gila, bocah kecil gila. Malam sebelum ulang tahunnya ke sepuluh, Eddy keluar rumah menuju tempat kerja Ayahnya. Sebuah kapak sebesar lengan ditentengnya. Penuh amarah, Eddy membantai orang tuanya.

Emma kecil berlari ke rumah tetangga menangis meminta pertolongan. Semua orang menjerit, menangis mengasihani Emma, mensyukuri keselamatannya. Sedangkan Eddy, entah bagaimana kapak itu membelah kepalanya. Tidak ada yang tahu bagaimana horror itu terjadi. Tidak pernah ada yang mengerti bagaimana Emma selamat. Yang orang-orang tahu, Emma harus dikasihi, bocah kecil malang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Duh .... sadis ceritanya

07 May
Balas

Coba-coba aja bikin cerita horror bu.

07 May

Seremmn

07 May
Balas

Hmm... Makasih sudah mampir bu

07 May



search

New Post