27. Fesya 2050
Hari menjelang senja. Matahari telah menggelinding pelan ke ujung cakrawala. Aku berjalan pelan memunggungi matahari. Langkahku mulai gontai, usahaku hari ini sia-sia, Tom telah pergi. Tidak ada seorangpun di trotoar, aku tau orang-orang mulai memandang aneh.
Hari ini 06 Desember 2050. Di zamanku tak ada lagi orang berjalan di trotoar, tidak juga para pedagang kali lima seperti di film-film klasik nenekku. Semua orang memiliki mobil portable yang tak perlu disetir, tinggal duduk dan katakan tujuanmu maka mobil otomatis meluncur dengan cepat dan tepat kecuali jika ada penjahat mengutak-atik sistemnya.Jika itu terjadi bukan hanya kau tidak bisa sampai ke tujuanmu kau juga bisa celaka.
Tak perlu ada SIM karena bukan kau yang mengemudi. Tak perlu tempat parkir juga karena kau bisa melipatnya dan membawanya seperti tas ransel. Mobil model ini hanya untuk satu orang ,seperti mobilku dan anak-anak pada umumnya. Mobil orang dewasa tak bisa dijinjing tapi bisa berguling seperti trenggiling supaya hemat tempat parkir, kakak fesya punya yang sporty untuk dua orang, ayahku punya yang lebih besar untuk seluruh keluarga kecuali nenek yang masih ingin terus bersepeda.
Anak-anak yang lebih kaya memilih mobil terbang berwarna-warni, sedang anak-anak miskin kota harus rela tinggal di bawah tanah atau memilih tinggal di gua-gua di pedalaman atau di reruntuhan sisa galian hasil bumi. Mereka tersingkir oleh peradapan modern dan kemajuan teknologi.
Mungkin seperti itulah Tom sekarang.
Aku sempat berpikir untuk mencarinya, tapi tak mungkin. Polisi perlindungan anak tak mengizinkan anak-anak pergi ke bawah tanah tanpa dampingan orang tua apalagi ke pedalaman, itu cara yang sulit.Aku harus menemukan cara, aku harus bertemu Tom.
Semua bermula minggu lalu, saat Tom mulai tak hadir ke sekolah. Aku tahu ada sesuatu terjadi padanya. Tom anak yang rajin, dia juara olimpiade fisika tingkat kota tahun ini, dia juga kapten tim sepak bola. Sepak bola di zamanku tak jauh berbeda, hanya saja lebih sedikit keringat keluar. Sepatu kami di didesain agar mampu menopang berat badan sehingga kami bisa bergerak sangat lincah, cepat dan gesit. Tak perlu lagi ada wasit karena jika kami membuat kesalahan maka sensor di sepatu kami akan langsung merespon dan menjatuhkan badan kami seketika. Hanya sedikit penonton di lapangan, sisanya duduk di rumah dengan kacamata 3 dimensi, jika tim kesayangan mereka menang mereka akan mulai berkumpul di kafe-kafe atau tempat berkumpul lain yang diizinkan dan mulai berpesta.
Kadang aku berpikir hidup kami membosankan, aturan-aturan kami terlalu banyak. Aku ingin tahu hidup seperti apa yang dijalani anak-anak bawah tanah tanpa mobil, gadget, dan yang paling penting oksigen yang cukup. Apakah mereka sehat?
Aku pernah melihat salah satu dari mereka berhasil masuk ke kota dan mengambil makanan kami. Mereka kurus dan pucat.Apakah Tom akan seperti itu?
Pintu rumahku mulai memindai kehadiranku, mencocokkan segala informasi tentangku menjaga agar tak semua orang bisa masuk. Setelah dia merasa aku layak masuk segera kusorongkan tangan ke arah deteksi sidik jari dan segera pintu terbuka.
“Sore,Mom!”
“Sore sayang”. Jawab mommy dari ujung dapur. Ia sibuk mengolah berbagai masakan hasil laut. Aku tahu karena masakan laut adalah menu wajib di rumah kami, selain itu hanya hidangan pendamping. Mom suka memasak, ia bisa memasak banyak menu makanan. Dulu ia seorang chef di hotel berbintang. Sekarang ia punya rumah makan sendiri. Meski begitu ia tak pernah lupa memasak lagi di rumah. Ia bereksperimen dengan berbagai macam bumbu, berinovasi dengan berbagai macam cara masak. Teman-temanku bilang Mom keren dan mereka sering dengan sengaja mampir supaya dapat makanan enak gratis. Tom termasuk di antaranya.
“Pulang sendiri non?” tanya mom masih dengan tangan berlumuran tepung.
“Ya” Jawabku lesu. Mataku terus mengikuti gerakan mom, ingin tahu apa gerangan yang akan dibuatnya.
“Bagaimana harimu” Mom melumurkan madu dan tepung di atas lopster yang sudah terpotong-potong.
“Great”
“Tidak seperti itu kelihatannya” Akhirnya mom diam sejenak dan melihat ke arahku.
“Hmm” Aku tak berani menatap mata Mom, aku takut ia bertanya macam-macam.
“Fesya Andromeda Vizhie” Mom menyebutkan nama lengkapku dengan tegas dan pelan, aku segera tahu maksudnya.
“ok, mom. I’m not great” kulirik sebentar mommyku, dia siap mendengarkan segala galauku.
Aku mulai bercerita panjang lebar.
Semuanya bermula saat Tom mulai menghilang dari sekolah. Namanya tak ada lagi di papan daftar nama siswa. Lokernya dipakai oleh siswa lain bahkan bangku yang biasa didudukinya dipindahkan. Sepulang sekolah, aku menyempatkan datang ke rumahnya. Rumahnya telah dihuni keluarga baru. Aku mulai khawatir, semua hanya terjadi dalam satu malam saja. Aku mulai berfikir ayah Tom bangkrut dan dia berpindah ke bawah tanah.
Mommy bembersihkan tangannya, berhenti sebentar dari aktifitasnya. Segera dia duduk di sebelahku. Pelan-pelan dia membelai rambut dan mencium keningku.
“Fe, kamu capek sayang. Besok Mom akan bilang ke Bu Farah agar mengurangi kegiatan ekskulmu. Tidurlah sebentar dan ketika kau bangun, semua akan baik-baik saja. Ok?”
Aku mengernyitkan dahi, terkejut pada respon mom yang seolah-olah tak peduli pada Tom. Tak seperti biasanya.
“Mom, Tom hilang” tegasku
“Mungkin maksudmu Don, Mommy yakin Don sedang bermain Play station 10 di rumahnya. Telponlah dia agar kau merasa baikan.”
“Tom mommy, tommy, sahabatku, pemangsa kue mangkuk mommy” suaraku sedikit meninggi.
Mommy terlihat mulai kesal.
“ Fesya jangan mulai berfantasi, ok?. Kau bukan anak kecl lagi. Mom tidak kenal Tom, Tommy atu siapapun dia. Dan lagi tidak ada yang namanya dunia bawah tanah seperti imajinasimu itu. Tidurlah!”
“Mommy!”
“Diam dan tidurlah!” Mom benar-benar marah.
Aku segera berlari ke kamar tidur, bukan untuk tidur. Segera kucaari-cari foto-foto kami, Tom, aku dan teman-temanku yang lain. Akan kubuktikan pada mommy bahwa Tom itu ada dan besok akan kubawa mommy ke ujung kota tempat aku menemukan manusia bawah tanah.
Seluruh penjuru kamar telah kuorak-abrik demi mencari bukti keberadaan Tom, tapi tidak ada. Tak ada satupun foto kami. Tidak ada di foto kegiatan sekolah, tidak ada di internet, tidak ada namanya di handphone. Tidak ada bukti apapun bahwa dia pernah ada.
Dadaku berdegup kencang, aku mulai khawatir. Aku takut bahwa Mom benar. Aku takut dunia bawah tanah tidak pernah ada, aku bahkan takut jangan-jangan mom juga tidak pernah ada. Aku takut aku hanya berfantasi.
Aku gemetar, keringat turun deras dari hampir seluruh bagian tubuhku. Aku tergunjang. Napasku naik-turun tak beraturan. Sedikit takut aku muali memejamkan mata mencoba tidur dan berharap semoga semua hanya mimpi.
“Fesya, bangun nak.”
“Mommy” Wanita muda di depanku hanya tersenyum.
“Kita akan segera menemukan mommy kamu, ok?.”
“Dimana dia.”
“Kita akan segera tahu, Daddymu menunggu di luar.”
Aku segera meloncat dari ranjang. Di luar Daddy menungguku sambil berbincang dengan seseorang.
“Daddy!” Kapten pesawat luar angkasa keren itu memelukku hangat.
“Dimana Mommy?” tidak ada jawaban, Daddy hanya memberiku senyuman dan kecupan hangat.
“Tunggulah di luar,Ok?! Daddy harus bicara pada Bu Farah.”
Aku menurut. Dengan langkah pelan aku menuju kursi tamu.
Setelah lama menunggu aku mulai bosan. Kudekati Daddy yang terus bicara serius dengan Bu Farah. Dari pembicaraan mereka aku bisa dengar tentang masalahku. Menurut mereka aku mulai berimajinasi saat tentara Zion menyerang kotaku. Mereka adalah alien yang telah membunuh hampir seluruh penduduk kotaku. Mereka membunuh Mommy dan Tom. Mereka berpikir, aku mulai berimajinasi karena aku merasa kesepian.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar