155. Hatiku Sedingin Kapak
Puisi ini untuk lelaki dan perempuan
Yang pernah tandang kala padhang bulan
Sejoli yang memaksa rasuk dari lubang hitam
Menebas sebuah perjalanan panjang tuan puan
Hatiku kini sedingin kapak
Yang siap mengayun di tangan hangat tukang kayu
Tukang kayu yang dahulu terlahir sebagai hadiah
Penyihir hitam dari pedalaman dendam
Sudahlah jangan mengampun ampun
Derita ini bukan perkara remeh
Antara kau aku dan perjalanan
Ada celepuk muda yang menekuri malam
Puisi ini untuk menjamah lelaki dan perempuan
Yang pernah memetik sebuah bintang
Benderang di halaman depan rumahku
Menyisakan bebatuan hitam yang kini menjadi prasati
Di jurang sepi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren puisinya bu
Terimakasih