Kehilangan yang aneh. 

Jarak kita sederhana 

Tidak sejauh cakrawala 

Hanya aku di belakang sini dan kau di depan bersamanya. 

Lihatlah mendung mengejek hujan. 

Ini adalah kehilangan yang aneh. 

Kehilangan saat aku belum memiliki.

Jadi bagaimana mungkin aku minta maaf. 

Seseorang datang membawa jarum. 

Mencoba membantu mengubur kehilangan.

Kupikir,  ya sudah terserahlah. 

Jadi season sekian dramaku.

Kulihat saja sambil nge-teh.

Di akhir episode jarumnya patah, 

Ganti jemarinya menggaruk tanah. 

Ajaib, 

Semburat air mata keluar dari liang kuburnya sendiri. 

Tiga puluh menit sebelum tidur

Tiga puluh menit sebelum tidur

Ibu mendongeng tentang kehilangan. 

Telingaku sudah tidak ingin mendengar apa-apa lagi. 

Pura-pura saja aku mengangguk-angguk mengerti. 

Aku benci saat aku tidak ada dalam cerita. 

Hanya Pangeran, Putri dan Bayang-bayang. 

Malam semakin larut ketika seorang lelaki mengetuk. 

Itu Bapakku ditemani bayangannya sendiri. 

Berjalan sempoyongan memaksa tersenyum.

Diacak rambutku dengan tangannya yang kaku. 

Bayangan bapakku mengikuti sampai ruang tamu. 

Menatap mataku tanpa tahu malu. 

Di peta Sebelah mana aku berada? 

Di kotamu, 

Setiap sudut adalah Romansa masa lalu. 

Kemarin di pagi buta, 

Aku sempat bicara pada debur ombak yang menemani perpisahan kita. 

Dia bilang "kamu baik-baik saja"

Aku kecewa pernah percaya pada laut. 

Berkali-kali kutulis namamu di pasir hati. 

Berkali-kali pula terhapus.

Akhirnya pasrah saja saat gelombang dahsyat menghantam dada. 

Hari ini,  aku sengaja bangun pagi sekali. 

Siapa tahu kamu masih pulas di gunung. 

Dengan percaya diri aku berjalan kaki

Sayang napas membuktikan usia tak muda lagi. 

Aku menghentikan laju bus,

Anehnya bus malah terjun ke jurang.

Jadi aku ngopi dalam diam. 

Di sudut paling tenang. 

Sambil mencari tahu, 

Di peta dunia sebelah mana aku berada?