107. Kutinggalkan Lembar Puisi di Berandamu
Kutinggalkan lembar puisi di berandamu
Kutanggalkan segala harapan
Sekarang aku sendirian
Berjalan menuju senja yang mulai retak
Melarung kenangan diatas kapal karam
Jika nanti malam kita bertemu
Di haribaan mimpi
Aku tidak mengharapkan apa-apa lagi
Kecuali lesap bayangku diantara huruf
Dari kanvas yang kulukis perlahan di rimbunnya sajak
Esok pagi
Setelah rembulan mengucapkan selamat jalan
Akan kau temukan prasasti hujan
Berisi epitaf airmata
Diam menunggu hingga cuaca kembali mesra
Untuk mengamit bait puisi yang lain
Tanpa kata-kata rumit
Hingga tak hanya Rumi yang mengerti
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar