176. Mengukur Rindu
Tidak ada cara mengukur rindu yang terlanjur terkoyak pilu
Yang memisahkan kita adalah waktu dan kenangan-kenangan purba
Sekat yang kita buat karena telalu lama memeditasi kata
Menjadi jembatan rentan yang lapuk karena kesepian
Mungkin sudah waktunya mendaur ulang puisi
Menuliskan sajak-sajak baru tentang tetes darah kerinduan
Barangkali itu dapat menjadi jejak kecup kemesraan
Meski haru kita akhirnya halu, membatu dalam gambaran
Pada akhirnya aku dan kamu berpetualangan
Dengan keangkuhan sekaligus ketegaran
Terbang seperti gelatik yang kehilangan sarang
Singgah di negeri-negeri asing tempat hati yang karam
Setelah lelah kuberanikan diri bertanya pada senja
Tempat ombak menemukan jalan pulang
Sebuah badai memilih tenang dan menuturkan sebuah rahasia
Bahwa rindu dan lara dapat terhapus selepas percakapan doa petang
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar