21. Merindu Saudaraku (Part 3)
Dunia, Dunia
Serempak,
Semua tangan menyambut.
Jika sebutir nasi jatuh ke lutut
Seakan semua ikut mengejar
Kenikmatan lewat tangan Tuhan.
Dunia, dunia.
Kapan kau akan berubah
Menjadi manis untuk kami tepis,
Menjadi indah untuk kami jangkah
Hanya Kamu
Hanya seruan kecil saja
Cinta tak lewat untuk bersahaja
Seperti nyanyian populer di masanya
Sudah itu kabur entah kemana.
Percuma juga ditawar lagi
Bukankah wanita punya harga diri?
Jika saja kau bukan pangeran
Tentu tak sudi kujamah, berkorban!
Mati sudah tak jadi pikiran
Asal kamu tetap jadi pujaan
Kini mati sudah semua rasa
Menjamur berbakteri tak bersisa
Hanya seruan kecil semua binasa
Kamu memang pecundang, Arjuna!
Pecundang cinta.
Tetap Sepi
Dan,
Bintang-bintang menari
Bulan-bulan menyanyi
Angin malam lantunkan melodi
Indah menghibur hati.
Dan,
Bunga-bunga mewangi
Embun pagi menyejuki
Mentari hangat temani
Siulan damar menyoraki
Mempesonakan alam pagi.
Tapi,
Percuma saja semua waktu indah
Jika disisiku bayangmu enyah
Biarkan alam sendiri temani gundah
Menemaniku gelisah.
Ya sudah,
Mungkin ini harus terjadi
Aku…
Harus tetap sepi.
Hati
Cermin, ketidakberdayakan rasa
Hamparan, kesengsaraan batin
Tertumpah ruah, hempas bebas
Dalam wadah gelisah dan resah.
Redupnya keputusasaan
Sepinya pupus perkataan
Dan semua kelu dan juga
Bisu…
Hanya hati
Berteriak sekencang dan sepuasnya
A…ku…,
Le...lah…!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar