Ita Fauzia

Pengikut Muhammad SAW, Pengagum Al Fatih, Penggemar Sheilla On 7even, Penikmat Kopi, penyuka Rotiboy. Tidak pilih-pilih bacaan tapi pemburu buku diskonan ...

Selengkapnya
Navigasi Web

19. Merindu Saudaraku (Part 1)

Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, saya pernah berteater. Dari sana saya belajar menjadi “gila”. Perlahan-lahan saya mengerti bagaimana seniman berjalan. Akhirnya saya paham, mengapa mereka tak pernah sepikiran dengan orang-orang yang mengira dirinya normal. Seniman itu musti jenius walau terkesan ngawur. Tapi bukan itu yang akan saya bahas tapi perkenalan saya dengan orang-orang peka. Peka pada kondisi sosial dan hati. Salah satunya yang pernah saya lupakan adalah Lig. Kawan-kawan bilang kami mirip secara fisik, nyatanya kami juga punya hobby yang sama yaitu menulis puisi.

Dia gadis muda dari Jawa Tengah, sengaja tak kusebut kota asalnya. Dia menulis lebih lembut daripadaku. Pemilihan diksinya sederhana tapi mengena sedangkan aku memilih bersembunyi dalam simbol-simbol.  Entah berapa purnama kami tak berjumpa tapi kemarin aku kembali menemui tulisannya. Di kumpulan buku puisiku dia pernah mengadu. Sekedar informasi, dia memanggilku Zie.

AKu Lelah

To : Zie

 

Deras derai-derai badai malam itu

Membawa hanyut hatiku berlalu

Membiarkan teriakanku keras membatu

Jiwaku tersapu

 

Aku tahu Zie,

Hanyutnya kalbuku buatmu kalah dalam lomba lari kita dulu

Bahwa aku akan melangkahimu

 

Nyatanya Zie,

Badai malam itu membawaku

Terseok-seok jatuh tersungkur tersedu

Tanpa mampu kau tolong aku

 

Zie,

Aku kalah darimu

Derumu, desahmu, kobaran jiwamu

Semua di diriku longokkan bibirku

Aku mengagumimu…

 

Dariku untuk Zie

Zie,

Jika kusambut tangan hangatmu

Serasa seribu meteor soraki kita

Kala kupandang mata bulatmu

Sepertinya api semangat menyala dari sana.

 

Ini Zie,

Warna merah untukmu

Agar semangatmu tak layu

Segar seperti mawar tersapu bayu

Tegak laksana tiang dihantam salju

 

Juga ini Zie,

Warna biru buatmu

Biar hatimu selalu padu

Lurus bak jalanan tanpa batu

 

Hanya ini Zie,

Dariku kepadamu

Dan buatku untukmu

Jaga sampai kutanyakan kembali padamu…

               

Di halaman puisi ini aku hancur. Setelah semua yang kita lalui, bagaimana mungkin kita saling melupakan? Maaf hari ini aku berwarna abu-abu. Dimanapun, aku merindukanmu.

Surabaya, 17-03-2020

 

 

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post