Saya sudah tidak terlalu peduli apakah Surabaya masih ada di zona merah, hijau, kuning atau kelabu. Rasanya jengah terus menerus disuguhi berita tentang covid dan segala hal yang berkaitan dengannya. Ketika PSBB selesai dan semua orang memulia normal baru, saya agak senang. Saya memulai era new normal di awal Agustus lalu dengan menyambangi Pasar Malam Kodam Brawijaya. Saya dengar tempat ini tak pernah tutup bahkan saat PSBB. Namun ada syarat untuk para pedagang yang diizinkan berjualan disana yaitu wajib negatif rapid test dan memakai masker. Itu saja.

Ketika saya sampai disana, surprise, buanyak sekali pengunjungnya. Walau berkali-kali terdengar dari pengeras suara himbauan jaga jarak dan penggunaan masker tetap saja pengunjung berdesakan. Himbauan itu seperti omong kosong sebab tidak ada batasan pengunjung. Semua orang diizinkan masuk asal memakai masker dan suhu badan dibawah 37. Syarat itu saja saya kira tidak cukup menjamin bahwa semua pengunjung sehat bukan? Tapi begonya saya tetap masuk berbekal Bismillah. Ndableg memang, mungkin karena darah bonek "wani thok" mengalir di tubuhku.

Saya kira hampir semua pengunjung adalah orang yang excited karena bosan terlalu lama di rumah. Jadinya ya begitulah, antrian permainan dan stand makanan benar-benar menyemut. Saya sendiri harus menunggu hampir satu jam untuk sekedar makan ikan bakar. Anak-anak heboh jumpalitan di rumah balon sampai rumah-rumahannya doyong. Tentu saja karena terlalu bersemangat dan gembira ria bisa keluar rumah. Tepat pukul sembilan malam, lampu mendadak dimatikan. Beruntung anak-anak sudah selesai bermain dan saya juga sudah kenyang. Saya takjub melihat pedagang yang dapat mengosongkan lapaknya dalam waktu singkat. Ketika saya sampai di parkiran, Pasar malamnya sudah hampir kosong kembali menjadi lapangan.

NOTE: Tak lama setelah itu, jumlah pasien positif Covid di Surabaya meningkat tajam. Pasar Malam Kodam tetap buka sampai sekarang bahkan pengunjung berkali-kali lipat jumlahnya.