182. Patah Hati Tanpa Jatuh Cinta
Di tiap kopi yang kuseduh tiap pagi, ada tanya
Bagaimana kabarmu hari ini?
Pada asap tipis yang menguap ada pertanda
Awal hangatnya kisah kita
Kurapal doa setelah tegukan terakhir
Semoga pada akhirnya aku berani menyatakan cinta
Ketika siang datang dan kita bertemu di keramaian
Nyaliku menghilang dilibas keragu-raguan
Warna cintamu terlalu merah untuk hatiku yang biru
Syair puisiku mendadak berubah menjadi lagu pilu
Maka satu-satunya pilihanku adalah beristirahat
Sebentar menginstal ulang kewarasan
Ketika senja tiba, aku malah tak punya daya
Bahkan untuk sekedar menyapa
Gelegar suara baritonku turun ke nada terendah
Hingga Jingga menghilang dan langit menghitam
Aku masih diam mempertahankan kesepian
Apa aku layak patah hati tanpa jatuh cinta
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar