Ita Fauzia

Pengikut Muhammad SAW, Pengagum Al Fatih, Penggemar Sheilla On 7even, Penikmat Kopi, penyuka Rotiboy. Tidak pilih-pilih bacaan tapi pemburu buku diskonan ...

Selengkapnya
Navigasi Web

14. My Boyfriend is Your Husband Part 6

Perjumpaan Kembali

Najmi bersemangat hari ini, kenapa? Karena ini hari pertama tahun pelajaran barudi sekolah. Selalu ada murid baru setiap tahun seolah menjadi re-charge semangatnya sebagai guru muda di kota Pahlawan ini.

Mendapati murid-murid kelas enam yang mulai beranjak remaja membuat dia terharu, seolah baru kemarin melihat mereka masuk pintu gerbang dituntun ibunya sambil tertawa riang. Tampak bedak putih tebal anak-anak perempuan membuat mereka begitu menggemaskan.

Kelas 1-C adalah tempat tugas Najmi tahun ini. Dia melangkahkan kaki dengan mantap ke ruangan. Saat dia tiba di pintu masuk, anak-anak kecil menggemaskan itu diam. Taktala dia menyapa mereka dengan salam mereka menjawabnya penuh semangat.

Di depan mejanya seorang anak laki-laki tersenyum manis, senyumnya sungguh mengingatkan Najmi pada seseorang, entah siapa.

"Hai sayang, siapa Namanya?" Tanya Najmi

"Nama saya Satria Putra Pratama, panggilannya Tria." Jawabnya mantap.

Entah kenapa, tiba-tiba darahnya berdesir, jantungnya berdetak lebih cepat. Satria nama yang umum, banyak orang tua menamai anaknya dengan nama indah itu. Najmi berharap prasangkanya salah, dia nyaris memohon pada Tuhan, Jangan dia, kumohon mudah-mudahan bukan Satria yang itu.

Ketika jam istirahat tiba, buru-buru dia menuju ke ruang Tata Usaha, dicari data lengkap anak bernama Satria itu. Petugasnya walau sedikit terkejut dan bertanya-tanya akhirnya bersedia membantu juga. Entah kenapa dia deg-degan menunggu jam pulang dan berharap sekali Satria dijemput ayahnya.

Saat jam pelajaran berakhir, para orang tua telah menanti anak-anaknya di pagar depan. Satu per satu orang tua menjemput putra-putrinya hingga giliran Satria. Penasaran, Najmi mengantarkannya hingga ke pintu depan samapi akhirnya bertemu dengan seseorang yang dibayangkannya.

Abimanyu terkejut dan tak mampu berkata-kata. Wanita yang telah ditinggalkannya kini terlihat lebih mempesona, sedikit terbersit di pikirannya untuk menggodanya namun urung sebab Satria memperhatikan tingakpolahnya. Najmi tidak mengatakan apa-apa, dia hanya tersenyum menyerahkan Satria pada papanya dan dibalas dengan senyum Abi yang tak kalah sopan.

Setelah mengantarkan Satria ke rumah bukannya kembali bekerja Abimanyu malah sibuk mencari-cari informasi tentang Najmi di media social. Di telusurinya kembali jalan untuk kembali pada wanita yang dulu penah meraih hatinya. ide kembali pada mantannya memang gila namun tidak disangkanya bahwa dia akan benar-benar mewujudkan ide gilanya itu.

Abi menemukan FB Najmi dengan mudah dan tak butuh lama untuk say hello lalu berlanjut menjadi obrolan ha-ha hi-hi tak penting. Keduanya mengerti posisinya masing-masing namun mereka tak peduli pada perasaan orang terdekat mereka.

Akhirnya sebuah kafe menjadi tempat pertemuan kembali. Ditemani secangkir kopi berharga dua puluh lima ribu rupiah dan sepotong kue untuk berdua rasa-rasanya waktu menjadi cepat berlalu. Dua orang berjenis kelamin berbeda menghabiskan ratusan menit hanya untuk mengulik kembali masa lalu. Lupa bahwa mereka pernah saling menyakiti. Lupa bahwa di luar sana ada orang-orang terkasih yang menunggu .

Di lain tempat Joey dan Satria bersiap untuk makan malam, sang Ibu memandang kursi kosong yang biasa ditempati suaminya dengan kalut. Berkali-kali dia menelpon dan berkirim pesan tak ada sahutan hingga dia menyerah namun prasangkanya dipenuhi dengan 'jangan-jangan'. Pada akhirnya makan malam hari itu hanya berupa rutinitas baginya bukan lagi menjadi tempat berkualitas untuk menghabiskan malam dengan keluarga.

Saat suaminya akhirnya pulang larut, Joey tahu ada sesuatu yang salah, perasaan wanitanya tak bisa dibohongi. Dia bahkan tahu siapa saja dan apa saja kemungkinan yang membuat suaminya terlambat pulang. Utamanya dari raut muka bahagia yang pancarannya tak bisa disembunyikan walaupun dalam keadaan gelap. Tadinya dia ingin bertanya namun urung, dia pikir sekarang bukan waktu yang tepat, dia ingin lihat seberapa jauh Abi berani melangkah.

Pagi berikutnya tereasa lebih dingin buat Jeoey, mungkin karena perasaanya saja atau entah karena kehangatan Abi yang mulai berkurang. Bagaimananpun dia tidak mau menyerah diam karena sikap pengecut tidak ada dalam kamus hidupnya. Tidak biasanya dia ingin tahu isi HP suaminya, sepanjang menikahpun meminjamnya pun jarang sekali. Jika bukan rasa penasarannya yang akut tentu tidak akan dibukanya HP suaminya diam-diam.

Tempat pilihannya buruk sekali, kamar mandi, di tempat buang hajat itu dia mendapati chat suaminya dengan mantan sahabat baiknya Najmi. Amarahnya sudah di ujung kepala, darahnya mendidih di ubun-ubun, dadanya bergemuruh hebat. Seketika saja dia melempar HP suaminya ke dinding dan remuk, barangkali setan-setan penghuni WC telah merasukinya dan membuatnya hilang akal.

Abi yang tadinya tidur tiba-tiba saja bangun mendengar suara benda jatuh dengan keras di kamar mandinya. Tak di sangka dia mendapati istrinya termenung di dudukan closet memandangi HP yang remuk. Segera disadari bahwa itu HPnya, Abi marah sejadi-jadinya. Pagi yang harusnya hening menjadi arena pertempuran mereka dan tanpa mereka sadari mengejutkan dan membuat takut Satria.

Akibatnya tidak ada sarapan pagi untuk semua keluarga, Satria juga terlalu takut untuk meminta makan. Bocah kecil itu hanya mengambil dua potong roti dan selai di dapur lalu memenuhi perutnya dengan segelas penuh susu. Dingin pagi hari itu bertambah dingin dengan diamnya semua orang.

Seperti biasa Abi mengantarkan putra semata wayangnya ke sekolah, aktifitas ini menjadi moment paling menyenangkan baginya setelah tahu Najmi ada disana. Di pintu gerbang para guru berdiri berjajar menyambut murid-muridnya dengan ceria. Dari kejauhan Abi memperhatikan Najmi tersenyum ke arahnya, senyum ramah yang ditujukan kepada setiap wali murid itu menjadi special baginya.

Di hari yang lain Satria harus merelakan satu hari tanpa bertemu dengan Ibu Guru Najmi sebab pekerjaannya memaksa dia terus berada di kantor. Sebagai gantinya dia meminta istrinya yang tak kalah sibuk meluangkan waktu menjemput putra satu-satunya. Joey memilih motor sebagai kendaraannya selain praktis juga karena dia harus cepat menerobos kemacetan kota Surabaya yang makin parah.

Walau sudah buru-buru namun ternyata joey terlambat, pintu gerbang sudh sepi dan tertutup kembali maka mau tak mau dia harus berjalan masuk. Joey hanya sekali datang ke sekolah putranya saat pendaftaran jadi dia merasa agak asing sehingga harus bertanya pada satpam.

"Maaf permisi bapak?" Sapa Joey ramah

"Silahkan bu. Ada yang bisa saya bantu." Jawab Satpam

"Saya wali murid Satria siswa kelas 1-C mau menjemput."

"Oh Satria yang papanya temannya Bu Guru itu ya. Silahkan langsung saja ke kelas bu biasanya Papanya yang jemput ngobrol-ngobrol dulu dengan Bu Guru."

"Oh, terima kasih, Pak." Joey segera melangkah pergi menuju kelas Satria setelah Satpam tadi memberi petunjuk arah.

Dalam hatinya dia penasaran mengapa suaminya perlu ngobrol dengan bu Guru, setahunya Satria tidak berkebutuhan khusus. Jika tak salah dengar kata satpam tadi Bu Guru teman papanya Satria, temannya yang mana? Kenapa suaminya tak pernah cerita. Setengah berlari Joey mencari tahu siapa Bu Guru yang dimaksud, dia mulai berprasangka buruk.

Sesampainya di depan kelas Joey terkejut mengetahui putranya tampak begitu dekat dengan Bu Guru. Mereka bercanda dan bercerita dengan asyiknya sampai tak sadar Joey sudah berdiri di depan pintu.

"Satria!" Joey setengah berteriak mencoba menahan emosinya membuat Satria dan Najmi menoleh kompak.

Joey masuk kelas tanpa permisi kemudian menyeret paksa Satria keluar kelas.

"Mama sakit." Keluh Satria

"Tidak perlu sekasar itu Jo, dia tidak mengerti apa-apa."

Joey berbalik hendakmenanggapi ucapan Najmi namun urung. Beruntung dia masih ingat berada dilingkungan sekolah walau ingin sekali meledakkan emosinya. Setidaknya kini diatahu mengapa Abimanyu memaksa mengantar jemput putranya.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post