Samsul dan Soimah adalah sepasang suami istri paling ribut di kampungnya. Julukan itu tersemat bukan tanpa sebab. Walau telah menikah selama sepuluh tahun namun mereka tak pernah tampak akur. Setiap hari selalu ada saja hal yang menyebabkan mereka ribut. Suara Soimah yang cetar membahana terdengar hingga ke tepi pantai. Seperti background soundtrack film saat suaminya berangkat melaut. Semua warga sudah mahfum atas kelakuannya.

Sering kali ibu-ibu menanyakan mengapa Soimah secerewet itu kepada suaminya. Bapak-bapakpun tak kalah penasaran bagaimana bisa Samsul sesabar itu menghadapi istrinya. Jawaban mereka sama, itu semua tanda sayang pada pasangannya. Aneh memang, tapi nyatanya mereka berdua tetap merasa baik-baik saja.

Hari ini para tetangga merasa ada yang salah pada pasangan itu. Rumahnya hening sekali. Tak terdengar nyanyian “Rock and Roll” Soimah. Demikian juga tak tampak sekelebat bayang Samsul yang biasanya nongkrong di warung kopi. Satu persatu tetangga yang penasaran mampir ke rumah mereka. Di dalam rumah sederhana itu, Samsul terbaring lemah. Tubuhnya yang kekar dibalut perban sebadan-badan seperti mumi. Soimah duduk di sebelahnya sambil menangis. diusap pucuk kepala suaminya dengan penuh sayang. Lelaki paling sabar di dunia itu baru saja jatuh dari pohon kelapa setinggi lima meter. Remuk tulang belulangnya. Entah bagaimana tak ada seorang tetanggapun tahu kejadian itu.