Sebiji Puisi
Sebiji puisi jatuh dari deretan buku-buku dan kamus berdebu
Mencari pembacanya yang tak kunjung datang menjemput
Ia meluncur seperti kereta api keluar jalur
Menabrak semua bangunan di sekitarnya hingga lebur
Aku yang tidak dapat mendefinisikan keberadaannya hanya terdiam
Puisi itu benar-benar nyalang seperti jalang
Di tangkup tanganku segelas dingin Frappucino
Menemani pemandangan ketika sebiji puisi dipatuk Dara
Tiba-tiba langit murung
Rupa-rupanya romansa puisi itu menjatuhkan bahasa
Dan tiap-tiap huruf di dalamnya menggelinding memenuhi jalanan
Lalu bunga-bunga kepedihan mekar menguarkan bau busuk
Kupikir mestinya biji puisi itu memang harus terus tenang di perpustakaan
Berdiam diri di ruang kosong tempat kata-kata berbaring
Meyakinkan diri bahwa suatu saat akan ada waktunya serangkaian kata-kata berteriak
Menyampaikan ketakutan dan kepedihannya sendiri
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar