Ita Fauzia

Pengikut Muhammad SAW, Pengagum Al Fatih, Penggemar Sheilla On 7even, Penikmat Kopi, penyuka Rotiboy. Tidak pilih-pilih bacaan tapi pemburu buku diskonan ...

Selengkapnya
Navigasi Web

TBLS_5. HANYA TEMAN

Aku menutup café lebih awal dari biasanya, hawa dingin akibat hujan yang terus mengguyur membuatku ingin menyembunyikan diri di balik selimut. Alunan lagu “Just a Friend To You” dari Meghan Trainor membuatkku mengetuk-ngetukkan jari di atas setir seirama nada. Aku mencoba menikmati malam ini senikmat mungkin, tidak macet tidak banjir setelah hujan deras di Kota S adalah berkah. Aku menghela napas dalam menghayati setiap kejadian yang mewarnai hidupku seharian ini. Pendar lampu jalanan yang romantis setelah hujan malah menjadi ironis jika mengingat betapa dramatisnya kisah cintaku.

Tak lama, layar HP berkedip menyala memunculkan nama Fesya, sahabatku sejak kuliah. Aku bukan tipe orang yang mudah berteman dengan siapa saja jadi tak banyak teman. Namun mungkin sudah jalan takdirku selalu dapat teman kaya dari lahir. Setelah Zack memutuskan kuliah di Kota Y, aku berkawan dengan gadis setengah Arab bernama Fesya Ayesha Al-Kaff. Abinya seorang importer karpet turki beromzet milyaran sedang Umminya pengusaha pusat oleh-oleh dan perlengkapan umroh dan Haji yang cabangnya bertebaran di banyak kota.

“Hallo” Aku mencoba terus fokus berkendara sambil memasang earphone.

“Otak adalah bagian tubuh yang paling luar biasa. Ia bisa bekerja 24 jam 365 hari dari lahir sampai saat kamu jatuh cinta.” Fesya mengutip sebuah quote entah darimana hingga aku terkekeh.

“Aku sedang menyetir, Fe. Jangan bercanda.” Aku membenarkan letak dudukku sambil menatap gedung-gedung tinggi di sekitaran lampu merah.

“Hanya teman, katanya.” Fesya mendesah di ujung telepon.

“Lalu?”

Ingatanku tiba-tiba kembali ke senja tadi. Seorang wanita cantik datang menemani Zack menghabiskan sorenya di kedai kopiku. Aku tidak tahu dari mana datangnya rasa cemburu itu padahal sedari dulu aku sudah tahu, aku dan Zack hanya teman.

“Rhe!” Fesya berteriak menyakiti telingaku.

“Hmm.” Aku tidak tertarik pada apapun yang akan dikatakannya.

“Kamu dengar ga aku ngomong apa tadi?” Ujung bibirku terangkat membayangkan betapa dongkolnya dia.

“Nanti aku telpon kalo sudah sampai.”kuputus sambungan teleponnya begitu saja. biarkan saja di amarah-marah sesukanya.

Kami berdua belum beruntung mendapat pasangan yang baik, jika aku lebih sering sendiri sebaliknya Fe bolak-balik ganti pasangan. Berkali-kali di selingkuhi tidak membuatnya kapok, paling hujan airmata sebentar lalu jelalatan mencari yang lain. Makanya aku tak mau banyak mendengar curhatnya apalagi dijalanan sesepi ini, merusak konsentrasi saja.

Telepon berbunyi lagi, kucari tahu siapa yang menelpon,

“Assalamualaikum. Nduk, cepat pulang ya?” pintanya

“Waalaikumsalam. Nggih Bun.” Jawabku.

“Ada yang nyari kamu loh, dari tadi.” Lanjutnya

“Siapa, Bun.”

“Temanmu katanya, laki-laki namanya Zacky.”

Deg, jantungku rasanya berhenti mendadak, tubuhku beku. Zack? Zack Ibrahim? Benarkah? Aku mulai gusar, perutku rasanya terlilit, sakit. Aku mengerjapkan mata lalu menarik nafas dalam-dalam mencoba menetralkan perasaan dan kembali konsentrasi ke jalan.

“Oh, iya Bun, di jalan ini sepuluh menit lagi sampai.”

Yo wes, hati-hati.” Telepon kumatikan segera.

Aku menambah laju kecepatan, berhenti berusaha menikmati pemandangan, lagi pula bintang tidak kelihatan dari sini tertutup gedung-gedung pencakar langit. Sesampainya di depan rumah kubelokkan mobil langsung ke garasi yang tampak terbuka, disana terlihat sebuah motor besar terparkir. Milik siapa?

“Assalamualaikum.” Salamku

“Waalaikumsalam” Jawab kedua orang di ruang tamu.

Benar-benar seorang Zack Ibrahim ada di ruang tamuku, gila. mengejutkan sekaligus membingungkan. Darimana dia tahu alamatku? Kami benar-benar tidak berkomunikasi selepas SMA. Tapi dia tidak tampak seperti Zack yang kutemui di kedai kopiku senja tadi? Apa aku salah mengenali orang?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Next

11 Feb
Balas

stuck eng. wkwkwk...

11 Feb
Balas



search

New Post