Ita Fauzia

Pengikut Muhammad SAW, Pengagum Al Fatih, Penggemar Sheilla On 7even, Penikmat Kopi, penyuka Rotiboy. Tidak pilih-pilih bacaan tapi pemburu buku diskonan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
THE BOOKLOVER LOVE STORY (CHAPTER1)

THE BOOKLOVER LOVE STORY (CHAPTER1)

Aku dan Zack tidak sengaja bertemu di perpustakaan. Aku sebagai pengunjung tetap dan dia petugas perpustakaan baru. Mulanya kupikir lelaki tinggi tegap itu hanya mirip dengannya, bagiku tidak mungkin seorang Zacky Ibrahim bekerja di sini, sebuah perpustakaan kota yang sepi pengunjung dengan gaji minimal. Secara dia kan putra tunggal pengusaha property, anak orang kaya dari lahir. Tapi kupikir ya mungkin saja dia bosan dengan hidupnya yang glamor dan keuangan yang berlebihan, mungkin saja dia ingin bekerja sosial atau sedang mencari jodoh dengan cara menyamar seperti oppa-oppa korea di banyak kisah drama.

Aku tidak peduli karena toh dia tidak mengenaliku juga awalnya, hanya terkejut saat pertama dia menyapaku di pintu masuk perpustakaan kota dengan senyum manis menawan khas seperti saat pertama kali kami berkenalan dahulu saat SMA. Ya itu dulu, dulu sekali, tahun 1999. Sengaja kutulis begitu biar kelihatan sepeti Dylan1990 dan biar kalian mengira kisahku ini romantis pula.

Januari 1999 kami sama-sama siswa pindahan, dia dari kota Y dan aku dari kabupaten B. Setengah hati kami mengikuti ibu walikelas X.1, entah kenapa rasanya lorong yang kami lewati panjang sekali dan sepi. Yang terdengar hanya dentuman high heel Bu guru yang menghujam lantai aku mulai menduga murid-murid disini tidak asyik, sama sekali tidak terdengar suara berisik atau jangan-jangan ini sekolah hantu. Aku melirik pada jendela yang setengah terbuka memperlihatkan kelas yang penuh dengan siswa yang serius belajar. Kemudian pandanganku beralih padanya, “Apa dia manusia atau zombie atau terminator atau Alien?”

Beruntung dia tidak terganggu pada lirikanku, astaga pasti pikiran-pikiran konyol itu datang dari kebiasaanku membaca novel fantasy. Akhirnya kami sampai di depan kelas X.1, tempat kami membuat “drama” hampir selama 2.5 tahun lamanya. Seingatku wali kelas kami bernama bu Sekar, cantik, muda, perawakannya sedang, berjilbab panjang namun modis, suaranya renyah. Tipe faforit murid-murid cowoklah pokoknya.

Sudah bisa ditebak, saat kami berdua berdiri hendak memperkenalkan diri di depan kelas, perhatian semua anak lebih tertuju padanya terutama cewek-cewek. Jelas saja, cowok disampingku itu selain ganteng, tinggi, bodynya juga bagus, atletis. Herannya dia masih kelihatan mempesona walau rambutnya awut-awutan dan pakaiannya tidak rapi, bagiku dia pantas jadi model atau coverboy. Tapi yang paling kuingat adalah senyumnya yang super manis memperlihatkan deretan giginya yang kinclong, wow banget. Sekali lagi, menurutku dia cocok jadi model iklan pasta gigi.

Tentang sikapnya, astaga, cowok ini anti mainstream, confident, kadang cuek kadang perhatian, kadang sok misterius, kadang dingin kadang ramah, kadang naïf juga. sempat kukira dia punya kepribadian ganda, tukang tipu atau apalah istilah psikologinya. Dulu, saat Bu Sekar memintanya memeperkenalkan diri lebih dulu, dia malah menoleh padaku. Reflek aku menoleh juga hingga posisi kami saling berhadapan. Tiba-tiba dia tersenyum sangat ramah, mengulurkan tangan kanannya kepadaku dan berkata:

“Hai, kenalkan namaku Zacky Ibrahim, Panggil saja Zack. Hal-hal lain mengenai diriku bisa kita bicarakan di jam istirahat. OK?”

Aku terkejut sekaligus bingung pun dengan semua penghuni kelas termasuk Bu Sekar. Kelas mendadak hening selama beberapa detik karena ulahnya. Dalam situasi seperti itu dia malah mengangkat satu alisnya dan kembali menyungging senyum sambil menggenggam tanganku lebih erat. Sumpah jantungku hampir meloncat saking terpesonanya. Seolah sadar dari mimpi manis aku dengan konyolnya meniru gaya berkenalannya.

“Hai juga, namaku Andrea Rizky. Panggil saja Re. Sampai jumpa di kantin saat jam istirahat.”

Detik setelah aku melepas genggaman tangannya kelas mendadak riuh, beberapa anak bersorak, bersuit, mengumpat dan entahlah pokoknya tiba-tiba kacau saja. Siangnya, kami benar-benar bertemu di kantin dan bercerita banyak. Sejak itu aku dan dia berteman sangat akrab sebentar sebelum kami mulai berselisih dan benar-benar tidak saling menyapa sampai beberapa waktu yang lalu di perpustakaan kota.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post