Akhirnya kami semua dapat berkumpul di rumah Ibu, moment paling jarang ditemui bahkan saat hari raya sekalipun. Kami bertiga lengkap dengan anak-anak. Mbak Ayu membantu Ibu berhias, dia telah menyiapkan gaun terbaik. Aku melirik arloji setelah memastikan jasku rapi, hampir satu jam lagi.

Anak-anak duduk rapi bersama anggota keluarga yang lain. Tidak ada keributan apapun yang mampu mereka tunjukkan. Suasana ruang tamu mendadak hening. Anak-anak tidak lagi dapat disebut anak-anak, mereka sudah remaja, anak Mas Aryo malah sudah bisa dibilang dewasa. Paras Widuri, anak terakhirku mirip sekali dengan Ibu. Mungkin karena itu Bapak menjadi sayang sekali padanya.

Gio, anak pertama Mbak Ayu, muncul dari ruang keluarga meminta pendapatku akan pilihan foto terbaik Ibu. Aku memberinya sebuah jempol tanda setuju pada foto 10R yang memperlihatkan senyum Ibu saat masih muda. Cantik, memang ibuku dulu mantan model. Paman masuk ke ruang tamu menyatakan bahwa mobil yang akan membawa kami telah siap.

Selama perjalanan kami hanya diam, tenggelam pada perasaan masing-masing. Jalan yang kami lalui lancar, cuaca sedang cerah. Kami lega semua baik-baik saja sesuai rencana. Perlu waktu empat puluh lima menit hingga ke tempat tujuan kami. Akhirnya acara keluarga kami selesai. Aku mengucapkan selamat tinggal pada ibu. Aku membungkuk hormat namun tanganku tak sanggup menjabat. Aku hanya mampu meraih sebuah papan bertuliskan:

WIDYAWATI BINTI SOEKIRAN

Lahir    : Surabaya, 12 Juni 1960

Wafat  : Surabaya, 14 Mei 2020