Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian Dokter adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya.

Berdasarkan jenisnya, ternyata ada 13 jenis dokter yang lazim disebut dan diakui oleh KBBI. Ke 13 jenis dokter ini tentu bukan merujuk berdasarkan kualifikasi yang telah ditetapkan oleh dunia Internasional bahwa hanya tiga rumpun kedokteran yang diakui yakni physician (dokter umum) dentist (dokter gigi) dan veterinarian (dokter hewan).

Ke 13 jenis dokter dalam KBBI tersebut sebagaimana dilansir: kbbi.web.id berdasarkan abjad adalah sebagai berikut:

-- anak, dokter yang ahli dalam penyakit anak-anak;

-- bedah, dokter ahli bedah;

-- forensik, dokter yang ahli dalam penerapan ilmu pengetahuan medis bagi persoalan hukum pidana dan kejahatan dengan menggunakan fakta-fakta medis;

-- gigi, dokter yang mempunyai keahlian dalam pengobatan gigi;

-- gula, ahli kimia yang bekerja di laboratorium pabrik gula;

-- hewan, dokter yang ahli dalam penyakit hewan;

-- jaga, dokter yang mendapat giliran bertugas atau berpraktik pada hari atau waktu tertentu (pada hari libur dan sebagainya);

-- jawa, dokter lulusan pendidikan kedokteran dalam penjajahan Belanda (NIAS, Stovia);

-- jiwa, dokter yang ahli dalam penyakit jiwa;

-- mata, dokter yang ahli dalam penyakit mata;

-- praktik umum, dokter yang memiliki kemampuan mengobati berbagai penyakit dan melakukan praktik medis untuk umum;

-- pribadi, dokter yang menjalankan praktik bagi perseorangan (keluarga) tertentu;

-- spesialis, dokter yang mengkhususkan keahliannya dalam satu macam penyakit;

-- umum, dokter yang belum mendalami keahlian pada jenis penyakit tertentu (bukan spesialis)

Nah, berdasarkan KBBI, ternyata tidak ada istilah dokter ikan, dokter tanaman, dokter komputer dan bahkan tidak ada istilah dokter Cinta di kategori dokter. Sehingga dapat dipastikan, nama-nama dokter yang disebutkan terakhir ini bukan makna dokter yang sesungguhnya.

Lantas bagaimana cara kita memanggil para dokter itu? berdasarkan KBBI, meskipun dia seorang dokter jiwa, dokter umum, dokter hewan, dokter gigi dan seterusnya, rasanya cukup dipanggil dokter saja. Tidak perlu dipanggil lengkap.

Misalnya kita sedang menyapa para dokter itu: "pak dokter gigi, apa kabar?" atau "Hai pak dokter hewan, sudah lama tak jumpa, kemana aja?" atau bahkan " Hallo ibu dokter anak, bagaimana kabarnya?" ... sangat kaku dan kelihatan betul literasi kita masih perlu ditingkatkan lagi. Karena di KBBI sudah memuatnya dan cukup jelas, cukup dipanggil dokter saja.

Memang sah-sah saja kita memanggil panjang dan lengkap. Tapi sekali lagi, panggilan itu justru menjadi aneh, terdengar asing dan kaku. Kecuali dalam suasana formal.

Hal ini juga sama dengan penyebutan Makna Guru. Berdasarkan KBBI ada 14 padanan kata yang diawali dan berkenaan dengan guru.

Diantaranya adalah Guru Honorer. Apakah ketika kita menyapa guru ini, kita juga menyapanya dengan panggilan lengkap : "Selamat pagi ibu guru honorer?"

Salam literasi.