Alhamdulillah, Lulus 100%
Sore ini di SMP tempatku bekerja kedatangan banyak tamu. Mereka datang untuk mendapatkan informasi penting tentang anaknya. Benar, mereka sengaja diundang pihak sekolah untuk menghadiri penerimaan hasil kelulusan anaknya.
Sore ini adalah final dari seluruh rangkaian aktivitas akademik yang mereka (para siswa) lalui selama di sekolah. Mulai semester 1 hingga semester 6 sudah terlalui dengan hasil yang sudah terolah. Sekali lagi, sore ini adalah titik puncaknya, lulus atau tidak.
Sepanjang pengamatan, mereka (orangtua) tampak biasa saja ketika datang untuk mengisi daftar hadir. Tak nampak sedikitpun kekhawatiran di wajahnya. Mungkin saja mereka yakin anaknya lulus. Atau juga karena termakan hoax bahwa semua siswa lulus berapapun nilai UNBK nya.
Memang benar. Tahun ini kelulusan tidak sepenuhnya dipengaruhi nilai UNBK yang mereka peroleh. Hasil kelulusan justru didasarkan dari perolehan nilai raport selama 3 tahun belajar. Namun demikian, nilai UNBK tetap penting sebagai tolok ukur dan bahan evaluasi untuk perencanaan pendidikan di tahun berikutnya.
Sepanjang sore tadi saya bertugas menerima tamu. Saya juga ikut membantu orangtua siswa yang masih bingung dalam mencari kelas anaknya. Banyak diantara mereka tidak hapal kelas anaknya. Mereka juga banyak yang tidak hapal nama anaknya. Aneh bukan? Memang begitulah kenyataan di tempat kami.
Saya jadi berfikir, sampai segitukah ketidakperhatian mereka (orangtua) terhadap anaknya? Kalau alasan pikun, tidak juga. Rata-rata orangtuanya masih muda. Mustahil mereka pikun. Ah, sudahlah. Tugasku hanya ikut memastikan daftar hadir terisi dan kedatangan mereka terlayani dengan baik.
Jika perhatian mereka ( orangtua) untuk hal kecil saja tidak mampu, bagaimana bisa mereka membangun komunikasi efektif dengan anak? Hal kecil tadi menjadi salah satu indikasi bahwa pada dasarnya orangtua kurang perhatian terhadap anaknya. Serta, hampir tidak pernah terbangun komunikaai diantaranya.
Lantas, apakah sikap orangtua seperti ini perlu dilestarikan? Ah, tentu tidak. Mereka ( siswa) butuh perhatian lebih dari orangtua. Mereka tak terkontrol tanpa dampingan orangtua. Dan mereka jadi liar ketika orantua sibuk dengan kesenanganya.
Ah, biarlah. Terpenting, sebagai orangtuanya di sekolah, kami sudah berikan semuanya. Benar, apapun yang dibutuhkan dan diinginkan siswa dalam menjemput mimpinya, sudah kami laksanakan dan berikan sebaik mungkin.
Selamat anakku, kalian lulus. Selamat pula bagi Bapak dan Ibu Guru, anak-anakmu lulus 100%. Doakan semoga, rangkaian jalan yang akan mereka lalui menuju mimpi dapat terselesaikan dan mendapat hasil maksimal. Amin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selamat dan sukses, Pak Iwan. Satu kebanggaan tersendiri bagi guru ketika bisa ikut mengantarkan siswa mencapai keberhasilan.
Alhamdulillah, Bapak. Terimakasih. Amin.
Itulah kondisinya. Seharusnya guru sangat responsif dengan pendidikan anaknya sehingga sekecil apapun referensi yang didapatkan bisa menjadi pemantik evaluasi dan tindak lanjut untuk terus memberikan stimulus bagi putra/i. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah
Betul, Pak Mulya. Alhamdulillah. Terimakasih.
Memang faktanya seperti itu pak Iwan.Orang tua terlalu sibuk mencari uang hinga urusan anak terabaikan. Semoga dengan pengabdian para guru yg berdedikasi tinggi dapat meminimalisir kekurangan tersebut. Sukses dan barakallah..