Iwan Kurnianto

Guru Matematika di SMP N 3 Bae Kudus. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Asih, Menembus Batas Cita-citanya Part 2

Asih, Menembus Batas Cita-cita Part 2

Oleh : Iwan Kurnianto

Suatu ketika, saat mengandung anaknya yang kedua, ia meminta sesuatu yang sulit dikabulkan Padi suaminya. Asih ingin sekolah. Padi bingung, masih adakah sekolah yang mau menerima siswanya yang sudah berumur 18 tahun?

Padi tipikal laki-laki ulet dan pekerja keras. Ia mulai mencari informasi tentang kemungkinan solusi atas permintaan Asih istrinya. Mulai dari teman kerja, kepala sekolah, hingga tetangga yang dianggap paham. Namun tiada hasil. Padi tak menyerah.

Hingga suatu ketika Ia bertemu seorang tutor di kantor dinas pendidikan di desanya. Tutor tersebut ternyata seorang pengajar sekolah persamaan. Jadi, pemerintah waktu itu dalam rangka mendukung program B3B, mengadakan sekolab khusua untuk orang yang tidak sekolah atau belum sempat lulus ketika sekolah dulu. Padi sangat gembira dengan pencerahan tersebut. Setelah berbicara banyak, akhirnya Padi pulang untuk menyampaikan berita bahagia ini. Asih sangat senang mendengarnya. Setelah berkas siap, mereka mendaftar keesokkan harinya.

Hari pertama sekolah, Asih masih canggung. Dari semua murid, Ia paling tua dan dalam kondisi mengandung. Namun demikian, tidak menyurutkan langkahnya menggapai cita-cita. Apalagi, suami tercinta sangat mendukungnya.

Kejar paket A berhasil Asih tempuh selama 1 tahun saja. Rupanya, rapot Asih dulu masih tersimpan rapi sehingga sekolah hanya melanjutkan saja. Alhamdulillah lulus dengan nilai baik.

Tidak berhenti di situ. Asih mengajukan permohonan pada Padi suaminya untuk melanjutkan kejar paket tingkat SMP. Padi mengiyakanya. Sejak itu, Asih berniat harus tamat hingga jenjang SMA.

Dengan segala upaya, langkah demi langkah dimudahkan Alloh. Termasuk ketika sedang mengandung anak ketiga. Waktu HPL beriringan dengan waktu ujian sekolah kejar paket C. Asih tetap berangkat ujian walaupun was-was jika tiba-tiba melahirkan. Alloh Maha Adil. Tepat sehari setelah ujian selesai, lahirlah putri cantik yang diidamkanya. Jadi, Asih dikaruniai 2 cowok dan 1 cewek. Nikmat Alloh yang tiada kira.

Hari-hari setelah kelahiran anak ketiga, cobaan silih berganti menerpa. Mulai dari Ibu Padi meninggal hingga masalah hutang Padi di Bank yang jatuh tempo. Operasional selama Asih sekolah ternyata tidak bisa dicukupi dari gaji bulanan Padi. Terpaksa ambil Bank untuk mencukupinya.

Hingga pada suatu ketika, Asih harus rela membantu berjualan jamu di pasar yang jauh dari tempat tinggalnya. Padi dengan terpaksa mengiyakan. Ia tak bisa berbuat banyak.

Selama ikut jualan di pasar, Asih merasa bosan. Ia merasa jauh dari anak-anaknya. Karena, Ia harus berangkat kerja jam setengah empat pagi dan jam 13.00 baru boleh pulang.

Setelah beberapa waktu berlalu, hutang Padi di Bank lunas. Asih ingin ikut pelatihan guru TK. Ia mengajukan permohonan kepada suami. Alhamdulillah responya sangat bagus. Padi mendukung penuh.

Dengan berbagi tugas, hari hari selama Asih kursus, anak-anaknya dapat terurus dengan baik. Asih menyelesaikan kursusnya tepat 8 bulan lamanya. Hingga pada akhirnya Ia diwisuda. Sedih campur bahagia. Asih tak menyangka bisa sejauh ini perjalananya.

Berbekal ijazah dari tempat kursusnya, Asih mendaftarkan diri sebagai guru TK di sebuah sekolah di kampung sebelahnya. Memang kalau sudah rejeki itu tak kemana. Asih diterima dengan status WB (Wiyata Bakti) atau pengabdian. Asih sangat bahagia, pun halnya Padi suaminya. Sekarang mereka berdua adalah seorang pendidik. Lepas dari gajinya berapa, tapi bagi asih inilah kebanggaanya.

Di tengah perjalanan karier sebagai guru TK, ada kebijakan dinas pendidikan bahwa tenaga pengajarnya harus sesuai dengan kebutuhan. Ijazah dari lembaga pelatihan tidak berlaku. Asih bingung. Ia pun menyampaikan informasi tersebut kepada suaminya. Di luar dugaan, Padi suaminya merespon baik dan segera mencari solusinya.

Keesokan harinya, tanpa sepengetahuan Asih, Padi pergi mencari informasi. Dari kampus ke kampus ia bandingkan biaya dan jangkauan jaraknya. Setelah memilih salah satu kampus yang dirasa cukup, Ia bergegas menuju Bank. Ia mengajukan permohonan hutang sebesar biaya yang dibutuhkan untuk mendaftar sekolah.

Beberapa hari setelah itu, Padi mengajak Asih pergi ke kota. Tak lupa, terlebih dahulu menitipkan ketiga anaknya ke rumah orangtuanya. Setelah berkas yang dibutuhkan cukup, mereka berangkat ke kota menaiki motor yang dipinjamnya dari Maridi Pakdenya. Di tengah perjalanan, beberapa kali Asih menanyakan tujuanya. Padi selalu menjawab refresing.

Tibalah mereka di sebuah kampus swasta yang tidak begitu terkenal. Tapi tak mengapa, banyak alumni yang sudah bekerja sebagai guru di berbagai daerah. Asih antara senang dan ragu. Tak sepatah kata terucap dari mulutnya. Mereka akhirnya masuk ke ruang pendaftaran. Setelah selesai mengurus, mereka pulang. Asih masih belum bisa berkata apa-apa. Ia hanya diam dan menangis. Apa yang selama ini menjadi mimpinya pelan-pelan mulai nyata.

Sesampai rumah, dipeluknya sang suami sambil berucap alhamdulillah dan terimakasih. Hari-hari berikutnya, Asih seperti sudah bisa menebak. Pasti akan melelahakan, menguras waktu, uang dan pikiran. Benar saja, di tengah tengah perjalanan menempuh Sarjana PAUD, berulangkali Padi suaminya pergi ke bank. Berulang kali memperbesar pinjaman ketika waktu semesteran tiba. Agar tidak goyah, Padi bekerja sampingan sebagai tukang kayu. Kebetulan, ketiga anaknya masih belum butuh banyak biaya. Jadi, selama menempuh kuliah, keuangan masih bisa terkendali walaupun tertatih.

Tak terasa, empat tahun sudah masa itu terlewati. Walaupun harus mandi darah, Asih berhasil lulus tepat waktu. Bahagianya bukan main. Dalam serba keterbatasan, sebagian cita-citanya dijawab Alloh. Asih lulus bersamaan dengan anak pertamanya lulus dari salah satu SMA favorit di kabupaten tempat tinggalnya.

Seperti tidak bisa berhenti, Padi kembali harus memperbesar pinjamanya di Bank untuk biaya pendaftaran kuliah anak pertama. Kali ini sedikit sulit. Bank keberatan dengan nominal yang diajukan. Pasalnya, jika disetujui, maka konsekuensinya gaji Padi habis hanya untuk mengangsur. Padi hanya merima tunjangan beras saja tiap bulanya. Pada akhirnya Bank menyetuji tekad bulat Padi menyekolahkan anaknya.

Keadaan ini disampaikanya kepada semua anggota keluarga. Padi berharap, mereka paham dengan kondisi keuangan, sehingga harus menerima konsekuensi hidup hemat.

Semua memahami. Sejak itu, keluarga itu berjuang bersama. Ketiga anaknya berbagi tugas mengantar es kucir ke warung-warung. Sementara itu, Padi harus lebih semangat lagi nyambi tukangnya. Asih bertugas beres-beres rumah dan menyiapkan segala sesuatunya.

Keadaan ini berlangsung sangat lama. Jatuh bangun dalam keuangan sudah seperti makanan sehari-hari. Hingga seluruh perabotan rumah dijualpun pernah dialami demi biaya sekolah anak-anaknya.

Mereka tak pernah mengeluh sedikitpun. Mereka ajari anak-anaknya menjadi pribadi-pribadi yang tangguh.

Asih sangat bersyukur, Gusti Alloh mendatangkan suami yamg sangat bertanggungjawab, bijaksana dan pekerja keras. Alloh menjawab semua doa-doa Asih sejak kecil melalui sosok pemuda ndeso ini.

Semua perjuangan Asih sekeluarga tidaklah sia-sia. Alloh telah melebihkan semua nikmat yang diberikanya selama ini. Alloh telah hadirkan bidadari-bidadari kecil yang sangat hormat pada orangtua.

Kebahagiaanya bertambah ketika saat ini melihat bidadari-bidadari itu sudah menjelma menjadi guru, dokter dan pegawai perusahaan nasional. Terlebih dari kedua anaknya sekarang sudah ada yang memanggil-manggilnya dengan sebutan Eyang kakung dan Eyang Putri. Lengkap sudah kebahagian mereka. Kini, mereka tinggal mengisi hari-hari tuanya dengan terus mendoakan anak-anak dan cucu-cucunya senantiasa sehat dan dimudahkan semuanya. Amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

dunia jadi kelas belajar kita.OK Pak

21 May
Balas

Siap, Pak.

21 May



search

New Post