DASTER INEM
"Mas, sudah beberapa hari ini kok pulang telat?" Tanya Imah pada suaminya yang baru saja masuk rumah.
"Iya dek, mas minta maaf ya? Jawab Salim lirih.
Salim malam itu memang pulang sangat larut malam. Anaknya yang sejak sore menunggu kedatanganya sudah tertidur di depan TV.
"Minum dulu mas, itu sudah saya buatin teh manis", Lanjut Imah.
" Terimakasih ya sayang, kamu sangat mengerti aku". Jawab Salim sambil tersenyum.
Malam itu begitu melelahkan bagi Salim karena seharian beraktivitas minim istirahat. Tak berselang lama ia tertidur di depan TV sambil memeluk anak laki-lakinya yang masih berumur 5 tahun.
Imah sang istri belum juga beranjak tidur. Sambil diamatinya wajah letih suaminya itu sambil berkata dalam hati,
" Tidak seperti biasanya kamu mas pulang selarut ini, setiap hari pula. Kamu tidak sedang menghianati aku kan mas?"
Imah begitu terpukul ketika mendapati tas suaminya berisi 3 daster seksi bermotif centil saat itu. Pikiran kecewanya tidak dapat disembunyikan dibalik wajah tegarnya. Malam itu kepercayaan Imah goyah kepada suaminya.
Salim adalah sosok laki-laki temperamen kala itu. Sifatnya berubah drastis menjadi penyabar setelah berkeluarga. Imah adalah sosok dibalik itu. Hampir selama 8 tahun usia pernikahanya tak pernah terjadi konflik. Pasangan ini sangat mengerti akan makna kesetiaan.
"Kringggg...Kriinnnng", Alarm hp Salim berdering keras. Salim bangun dan bergegas mandi dan siap-siap berangkat kerja. Seperti biasanya, salim hanya membangunkan istrinya ketika sudah siap berangkat. Namun, saat itu dilihatnya sang istri masih tampak tertidur lelap di kamarnya. Seolah tak tega, dia hanya mengecup kening istrinya sambil berkata,
"I Love U sayang, aku masih seperti yang dulu, jangan sedikitpun kau ragukan aku.
Setelah itu dipeluk dan diciumnya kening anak laki-lakinya. Tak lupa ia selipkan ucapan kepada anaknya, " Ayah berangkat kerja dulu, ayah sangat sayang kamu."
Dilihatnya jam dinding di atas kamarnya menunjukkan 03.15 wib. Dalam hati salim berkata " Bismillah, semoga tidak telat lagi hari ini."
"jrenggg...jreengg", suara motor butut salim perlahan mulai terdengar pelan dan menjauh.
Pagi itu masih dengan kekecewaan, Imah mengantar anaknya pergi ke sekolah. Di depan sekolah tampak banyak kerumunan ibuk-ibuk tidak seperti biasanya. Rasa penasaran mengantarnya mendekati kerumunan itu.
"Siapa yang kecelakaan Bu?" Tanya Imah pada salah satu ibu yang berada paling belakang.
"Tidak ada kecelakaan bu, ini Bu Ana sedang bertengkar. Suaminya ketahuan selingkuh dengan wali murid sini" Jawab ibu-ibu itu.
Semakin tambah bingung dan kepikiran si Imah mendapati kejadian pagi itu.
Sesampainya rumah, Imah semakin jengkel dan penasaran dengan tingkah laku suaminya belakangan ini.
Ia bertekat menyelidiki sendiri suaminya dari berangkat kerja hingga pulang kerja.
Malam itu, lagi-lagi suaminya pulang telat. Imah juga mendapati daster cantik di tas suaminya, namun hanya satu.
Malam itu sudah dipersiapkanya dirinya untuk mengikuti suaminya.
Setelah suaminya berangkat, ia pun juga berangkat. Hari itu sengaja anakya tidak dibangunkanya.
Setelah beberapa menit berlalu, dilihatnya sang suami berhenti di depan rumah mewah yang tampak asri. Tiba-tiba keluar seorang cewek cantik mendekati salim suaminya. Tampak Salim mengeluarkan dompet dan menyerahkan beberapa lembar ratusan ribu kepada cewek itu dan selang beberapa menit salim tancap gas.
Pagi itu Imah benar-benar kecewa dengan salim. Ia putuskan pulang dan tidak mengikuti Salim. Imah pagi itu berniat tidak masuk kerja. Ia mengajak anaknya pulang ke rumah ibunya.
Dalam kekecewaanya, Imah menceritakan semua kepada ibuknya. Ibunya sangat bijak. Ibunya menyarankan untuk dibicarakan baik-baik.
" Anakku, Salim tidak mungkin seperti itu. Percayalah." Kata Sang Ibuk.
" Tapi kenyataanya saya lihat sendiri seperti itu buk! Jawab Imah.
"Ya sudah, besuk kita ikuti salim sama-sama!" Kata Ibuknya.
Setelah hari yang disepakati tiba, diikutilah Salim dari belakang. Sesampainya di sebuah pasar tradisional salim berhenti.
"Buk, liat menantumu, pasti salim janjian sama selingkuhanya di situ! Kata salah satu saudara Imah dengan ketus.
Pagi itu Imah sengaja mengajak ibuk dan saudaranya naik mobil sewaan supaya tidak dicurigai Salim.
Dari kejauhan terlihat memang ada cewek yang mendekati Salim. Si cewek memberikan uang dan salim balik memberikan 1 bungkusan yang kurang jelas.
Salim tampak menggelar sebuah tikar kecil di dekat pintu pasar. Dikeluarkanya beberapa tumpukan kain dari tasnya. Setelah diamati dengan seksama, ternya itu daster yang sama dengan yang ditemukanya di rumah dulu.
"Daster...daster , mari ibuk, tante dibeli dasternya! Murah lho", suara Salim begitu lantangnya menjajakan daganganya.
"Astaghfirulloh Mas, ngapain kamu di situ? tanya Imah dalam hati.
Setelah beberapa saat berjualan, Salim merapikan kembali daganganya. Kalau diamati pagi itu agak sepi. Hanya sekitar 5 daster yang terjual.
" Alhamdulillah, terimakasih Ya Alloh rejeki pagi ini" Kata Salim dalam hati. Dilihatnya waktu sudah menunjukkan pukul 05.30 wib yang artinya ia harus segera ganti baju dan pergi ngantor. Ia tak mau mengulang pengalaman pahit telat ngantor yang akibatnya gaji dipotong.
Dengan tergesa dipacunya sepeda butut itu sangat kenceng. Imah tak mau ketinggalan juga cepat mengikutinya.
Setelah memastikan suaminya sampai kanto, ia dan keluarganya memilih menunggu dari kejauhan hingga waktunya Salim keluar kantor.
"Itu buk mas Salim dah keluar, ayo jalan" Kata Imah.
Dibuntutinya Salim dari belakang. Tampak salim mengendarai sepedanya dengan santi. Lagi-lagi Salim menghentikan lagi sepedanya di depan sebuah Pabrik yang kebetulan ada pergantian ship, sehingga tampak sangat ramai. Salim tampak cepat-cepat menggelar daganganya. Ia seolah takut tidak kebagian rejeki sore itu.
"Buk, mas Salim kok seperti itu sih? Kata Imah lirih.
"Kita lihat saja Imah, kita ikuti suamimu hingga ke rumah" Kata sang ibu.
Setelah kira-kira pukul 16.00 wib Salim kemas-kemas. Ia pulang dengan hati senang karena rejeki hari itu.
Salim berhenti di depan rumah mewah yang pernah kepergok Imah pagi-pagi. Salim mengeluarkan sejumlah uang untuk distorkan pada wanita cantik pemilik rumah tersebut.
Tidak sampai di situ, Salim masih mampir di sebuah pasar loak di sekitar situ. Nampak ia membawa sparepart bekas diikatkan di jok belakang. Setelah dirasa kuat ikatanya dan hari sudah larut , iapun melanjutkan perjalanan pulang.
Di dalam mobil, Imah nampak menangis tersendu dan berkata " Maafkan aku mas...."
Ia tak sabar ingin segera bertemu suaminya.
Selesai
Oleh:
Iwan K
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga banyak lagi "Salim-Salim" yang lain di luar sana. Waah...pak guru pinter buat cerpen, njih. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, pak guru.
Amin. Belajar dari jenengan Ibuk. Salam Sehat dan sukses selalu pula untuk ibuk.
Wowwww happy ending. Salam literasi dan barakallah
Njih ibuk..terimakasih. Salam Sehat dan sukses selalu.