Iwan Kurnianto

Guru Matematika di SMP N 3 Bae Kudus. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menguasai Kelas Tanpa Kekerasan

Menguasai Kelas Tanpa Kekerasan

Menguasai Kelas Tanpa Kekerasan

Mengajar adalah rutinitas seorang guru sehari-hari. Banyak hal yang dilakukan guru dalam kegiatan ini. Dari sekedar ceramah, diskusi maupun bercerita. Bagi yang sudah terbiasa, mengajar itu seperti bernafas. Mengalir begitu saja dan tanpa beban.

Namun demikian, mengajar masih saja terasa berat bagi sebagian guru yang belum "klik". Baginya, satu jam mengajar itu rasanya seperti sehari dalam belenggu kecemasan. Terlebih, mengajar di kelas "lower", tentu rasanya pingin segera keluar kelas saja.

Memang, kita tidak boleh menyalahkan guru yang masih seperti ini. Mungkin saja mereka masih belum menemukan "style" yang pas dalam mengajar. Bisa jadi, mereka tidak pede karena merasa belum menguasai materi. Atau mungkin, mereka belum mampu mengalahkan "mental blok" dalam dirinya sehingga hanya rasa takut yang dirasakan selama mengajar.

Tentu, hal-hal demikian kita harapkan tidak terjadi lagi dalam dunia pendidikan kita. Atau paling tidak, semakin ke depan semakin berkurang.

Sebenarnya, apa yang dirasakan sebagian guru yang belum "move on" di kelas itu juga pernah dirasakan semua guru. Di awal pengalaman mengajarnya pasti pernah mengalami. Hanya saja, lama dan tidaknya tergantung kondisi psikologis masing-masing. Ada yang hanya di awal mengajar merasa grogi, ada yang hanya butuh 5 menit pertama untuk move on, dan ada pula yang hanya butuh dua menit pertama saja untuk siap.

Sebenarnya, bagaimana cara kita supaya tetap "on fire" di setiap pembelajaran? Dan apa saja yang perlu dipersiapkan?

Bila merujuk pada standarisasi dalam mengajar, tentu seorang guru harus memiliki 4 kompetensi yang diwajibkan, yaitu pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Tapi apakah dalam prakteknya, semua guru sudah menguasainya? Belum tentu.

Yang jelas, dengan menguasai 4 kompetensi tersebut, tak perlu diragukan lagi bagaimana seorang guru ketika berada di kelas. Tentu, pembelajaran akan berjalan dengan baik.

Sekarang, permasalahanya adalah masih adanya guru yang belum "move on" ketika pembelajaran berlangsung. Bagaimana memastikan semua siswa berpastisipasi aktif dalam setiap tahapan-tahapan pembelajaran. Bagaimana memperlakukan ragam siswa dengan tingkat, kecerdasan, karakter dan daya konsentrasi yang berbeda-beda. Tentu tidaklah mudah pada prakteknya. Orang bilang "ekspektasi tidak berbanding lurus dengan kenyataan".

Sebenarnya, kunci utama pembelajaran berjalan dengan baik adalah pertemuan pertama. Bagaimana memastikan bahwa kesan pertama di awal pertemuan itu meninggalkan sesuatu yang sangat diharapkan lagi oleh siswa di pertemuan-pertemuan berikutnya. Memastikan bahwa siswa kangen dengan pembelajaran kita itu tidaklah mudah. Butuh strategi yang matang dan terukur.

Untuk membuat kesan pertama yang baik tentu harus menguasai kelas terlebih dahulu. Menguasai kelas juga butuh strategi. Paling tidak, sebelum masuk pertama kali di kelas tersebut, kita harus punya data tentang mereka. Data bisa berupa identitas, kemampuan awal, hobi, kebiasaan, kesukaan dan latar belakang sosial dan keluarganya. Dari data ini kita bisa pelajari. Jika perlu kita hapal nama dan tanggal lahirnya.

Ribet? Tentu. Sulit? Tidak juga. Selama kita mau, pasti mampu. Terlebih, data itu ada dan bisa kita akses.

Biasanya, dalam suatu kelas itu berlaku semacam senioritas. Ada yang merasa paling kuat, paling pinter, paling jago, dan paling sok tahu.

Sosok paling sok kuat fisik dan menguasai kelas biasanya rendah dalam akademik. Karenanya, ketika pembelajaran lebih banyak diam. Tapi ketika ada yang tidak pas dengan kita, bisa menjadi boomerang.

Kemudian, siswa dengan tipe sok jago biasanya banyak omong. Tidak peduli situasi dan kurang menghargai orang lain. Bisa jadi, ketika kita sedang mengajar, siswa ini lebih banyak berbicara dan mengganggu konsentrasi.

Dan, sosok siswa pinter dan pandai akan lebih fokus mencermati setiap informasi yang kita berikan. Tidak banyak bicara dan tidak terganggu oleh teman. Tapi, ketika ada informasi yang dirasa tidak sesuai, siswa ini akan bertanya. Konten pertanyaanya tentu sangat strategis, berbobot dan tepat sasaran. Kita harus benar-benar berfikir.

Sosok-sosok lainya tentu juga memilik karakter dan kebiasaan yang hampir sama, tapi akan lebih mudah penangananya.

Sebaiknya, jika kita ingin sukses menguasai kelas dengan baik, kuasailah terlebih dahulu sosok-sosok menonjol dalam kelas tersebut. Berikan perhatian lebih kepadanya, supaya mereka juga berbuat yang baik pula kepada kita. Harapanya, dalam setiap pembelajaran kita, mereka akan menjadi bagian yang sama dengan yang lain. Atau paling tidak, ketika kelas kurang kondusif, mereka tidak akan memperparah keadaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Paparan yang bermanfaat sebagai pengingat diri, barakallahu fiik, sukses selalu.

25 May
Balas

Amin. Terimakasih Ibu Guru.

25 May

Mantaab pak Iwan Sukses selalu.

25 May
Balas



search

New Post