Iwan Kurnianto

Guru Matematika di SMP N 3 Bae Kudus. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengemisku Rentenirku

Pengemisku Rentenirku

Belakangan ini umenjamur pengemis dadakan di sepanjang perjalanan bulan ramadhan. Mereka tiba-tiba datang secara berkelompok. Ada yang berperawakan tua, seolah-olah tua, dan ada yang sambil menggendong anak kecil. Entah darimana mereka berasal. Yang jelas keberadaanya semakin hari semakin bertambah. Kadang membuat situasi sedikit semrawut.

Bila diperhatikan, mereka tergolong manusia sehat fisik. Tidak ada yang tampak sakit-sakitan diantaranya. Namun demikian, kita tidak boleh berprasangka buruk kepada oranglain, termasuk mereka. Kerika sedang berpapasan dengan mereka, acuhkan saja bila merasa tidak nyaman. Karena, banyak dari mereka yang terbiasa memaksa dalam menjalankan operasinya.

Saya pribadi pernah punya pengalaman menyakitkan hati dengan bagian dari orang-orang ini. Dulu, saya pernah melakukan survey pribadi terkait sosok-sosok ini.

Sebut Mas Tejo namanya. Dia adalah pengemis langganan keluarga saya. Anehnya, tidak setiap pemberian dari kami diterima dengan baik. Bila pas datang dan yang memberi Ibuk saya, dia akan tampak senang. Dan sering bicara sendiri dalam hati, semacam mendoakan mungkin. Tapi ketika yang memberi selain Ibuk, raut wajahnya menunjukkan rasa ketidaksukaan.

Suatu hari saya berniat mengikuti sehari perjalananya. Tak lupa saya persiapkan segala piranti yang dibutuhkan, seperti topi dan kacamata sebagai alat penyamaran.

Karena sudah berjalan lama, saya sangat hapal hari dia datang ke rumah. Saya niatkan menunggu hari itu. Benar saja, setelah beberapa jam menunggu akhirnya datang juga. Setelah merasa senang karena bisa diberi uang langsung oleh ibuk, dia langsung pergi. Kesempatan. Dari situlah petualangan saya dimulai.

Perlahan saya ikuti naik motor. Selama di kampung saya, pengemis itu tidak mendatangi setiap rumah. Mungkin hanya orang-orang yang rutin memberi saja yang dia datangi. Setelah rumah terakhir yang didatangi, dia bergegas pergi ke halte pasar dekat rumah saya. Rupanya, ia akan naik kendaraan umum untuk melanjutkan perjalananya. Tak mau kehilangan jejak, saya membuntuti dari belakang.

Setelah setengah jam perjalanan, dia turun di sebuah gang perumahan yang masih satu kabupaten dengan saya. Perlahan saya ikuti dari kejauhan. Sepanjang dia melangkah, tak satupun rumah dia datangi. Hingga pada akhirnya, dia berhenti di depan rumah tingkat mewah dengan mobil avanza terparkir di depanya. Tiba-tiba dia buka gerbang dan langsung nyelonong masuk. Saya jadi curiga, jangan-jangan dia mau maling.

Dari kejauhan, saya perhatikan baik-baik sekeliling rumah tersebut. Semua tampak baik-baik saja. Bahkan, ada orang di sekitarnya ketika dia masuk rumah tadi. Dan tidak ada respon mencurigakan dari mereka. Berarti pengemis tadi tidak sedang mau maling. Semakin bertambah rasa penasaran saya.

Tiba-tiba, keluarlah pengemis tadi dari dalam rumah. Saya kaget, pakaian yang dikenakan sekarang lebih mbois dan tampangnya seperti orang kaya. Mungkin merasa curiga dengan saya, tiba-tiba pengemis itu mendekat ke arah saya. Saya tetap rileks dan tenang supaya penyamaran tidak ketahuan. Saya jelaskan jika saya sedang mencari rumah seseorang untuk saya survey.

Dia kaget dengan jawaban saya. Dia mengatakan kalau orang sekitar butuh pinjaman uang, biasanya dia lebih tahu. Siapapun itu. Karena, jika ada orang butuh uang, pasti datang pada dirinya. Saya jadi bingung mendengar penjelasanya. Pelan-pelan saya mencoba mencerna setiap kalimat yang dia sampaikan. Pada akhirnya saya simpulkan bahwa pengemis tadi adalah juragan uang yang biasa memberikan pinjaman dengan bunga cukup tinggi. Astagfirulloh.

Setelah cukup lama berkomunikasi, saya pamit. Karena orang yang pura-pura saya cari tidak ada. Ya jelas gak ada, wong saya pura-pura. Hahaha.

Tidak puas dengan informasi tadi, saya lanjutkan mencari pemerkuat informasi. Kebetulan tak jauh dari situ ada warung mie ayam. Wah cocok, makanan favorit saya. Seketika itu saya pergi ke warung tersebut. Sambil menunggu pesanan dibuat, saya mencoba membuka komunikasi dengan pemilik warung dan beberapa pembeli di situ. Saya konfirmasi kebenaran penjelasan pengemis tadi. Fix, jawaban masyarakat sekitar sama. Pengemis itu adalah juragan uang alias rentenir di kampung tersebut. Namun, tidak ada tetangga yang tahu bahwa pekerjaan sebenarnya adah pengemis. Naudzubillah.

Mari kita ambil hikmahnya. Walaupun kita tak boleh berburuk sangka, namun tidak serta merta tutup mata dengan situasi seperti ini. Bila ingin berbagi, lihatlah dulu lingkungan terdekatmu. Utamakan yang dikenal, keluarga, tetangga maupun saudara sekitar. Jangan sampai niat baik dan tulus kita malah menjadi penyuplai tindakan yang sangat dibenci agama. Rentenir.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aatagfirullah, benar Pak, berikan yang dekat atau sudah dikenal baik. Sukses selalu dan barakallahu fiik

28 May
Balas

Iya Buk, betul. Amin.

28 May

Ya Allah...Ternyata oh ternyata..Begitu ya...

28 May
Balas

Banyak kasus Bu, walaupun tidak semua.

28 May



search

New Post