Iwan Kurnianto

Guru Matematika di SMP N 3 Bae Kudus. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Rejeki Datang Itu Bukan Via Tol Maupun Pos Ekspress

Kemarin siang saya kaget sekali. Sempat berhenti berpikir karena bingung. Antara angkat telepon, meneruskan berbicara, atau baca WA.

Telpon dari calon pembeli A1 butuh jawaban cepat. Acara halal bihalal butuh suara saya tidak berhenti. Dan grup WA sedang ramai membahas info sangat penting. Akhirnya, Saya putuskan melanjutkan sesi halal bihalal. Ini penting dalam keluarga. Memastikan setiap sesi acara berjalan lancar. Alhamdulillah, acara berakhir tanpa masalah.

Kemudian, selepas halal bihalal, saya mencoba telpon balik calon pembeli. Tak diangkat ternyata. Sudahlah, belum rejeki. Atau mungkin marah karena telponya tadi tidak saya respon. Sudahlah.

Sayapun mencoba membuka WA grub yang dari tadi rame. Ternyata memang membahas hal penting: pengumuman kelulusan PPG. Saya sangat deg-degan. Mengingat soal yang jauh dari ekspektasi, saya pupus tidak berharap banyak. Namun demikian tetap optimis lulus.

Perlahan saya buka link yang diberikan. Bertahap saya lakukan langkah-langkah yang disarankan. Ternyata luput. Saya lupa nomer ujian UP. Sudah cek di mana-mana tapi tetap nihil. Ya sudah, sabar dulu.

Waktu itu sudah banyak yang merespon kelulusan dengan ucapan hamdalah. membuat saya makin ngedrop. Namun saya masih harus sedikit sabar. Belum bisa melihat hasil. Banyak yang japri menanyakan hal yang sama, lulus Pak?

Pingin sebenarnya segera tahu hasil, tapi memang belum bisa.

Hingga beberapa menit berikutnya, ada panggilan masuk. Rupanya calon pembeli A1 yang mungkin kecewa tadi. Rupanya masih menunggu jawaban saya. Akhirnya deal di angka 800. Dia mengatakan dalam tigapuluh menit sampai lokasi. Benar, tidak sampai 30 menit sudah sampai. Cek barang dan akhirnya deal. Sepakat. Alhamdulillah, terjual set roda motor saya yang tidak terpakai.

Tak berselang lama, saya dapat japri dari Pak Sus. Mempertanyakan hal yang sama, lulus to?

Ah, pertanyaan yang sulit dijawab. Jadi ingat dulu berjuang bersama-sama di semarang. Di PHP Pak Toni, blantik kos. Yang mengharuskan kami berlima (Iwan, Susi, David, Tegu, dan Dwi) harus muter-muter mencari tempat tidur malam itu. Walaupun akhirnya dapat juga, tapi menyimpan kenangan tak terlupakan. Teguh dan Dwi mendapatkan hotel kaki lima harga bintang lima. Dan kami, dapat harga murah bonus jadi cleaning service. Membersihkan kamar mandi, wc dan dapur hingga tampil layak pakai. Hehehe, jadi senyum-senyum kalau mengingatnya.

Jadi teringat juga ketika boyok saya tiba-tiba sakit dan untuk sekedar berdiri dari kursi harus dibantu. Memang kadang benar kata orangtua bahwa adakalanya suami ikut "nglarani" ketika istri akan melahirkan. Seperti tiga hari yang saya rasakan waktu itu, hingga akhirnya saya harus pulang karena istri akan melahirkan anak ke-2 saya. Benar saja, rasa sakit selama di semarang dan perjalanan pulang tiba-tiba lenyap selepas melihat jabang bayi lahir di depan saya.

"Yah, udah sore, bangun!" Tiba-tiba terdengar suara istri saya memanggil lirih di samping telinga kanan.

"Oh, aku ketiduran ya sayang?" Jawabku.

"Iya, buruan mandi biar seger," lanjut istri saya.

"Oke, Dek." Jawab saya sambil bergegas pergi ke kamar mandi. Hanya butuh lima menit saja bagi saya untuk membersihkan diri seperti lelaki lain pada umumnya.

Entah kenapa, selesai mandi tiba-tiba aku jadi sedikit ingat nomer ujianku. Dengan sedikit menerka, saya coba masukkan. Dengan disertai sedikit komat kamit, saya click dengan membaca bismillah. Alhamdulillah, saya dinyatakan lulus. Entah dengan nilai berapapun tak jadi soal. Penting lulus. Alhamdulillah.

Memang benar, rejeki itu datang tidak melalui Tol maupun Pos Ekspress. Rejeki datang melalui pengorbanan. Jerih payah, usaha, dan pengorbanan baik waktu, tenaga maupun pikiran itulah yang sebenarnya memudahkan datangnya rejeki. Yang jelas, jalan rejeki itu tidak selalu selancar jalan Tol maupun secepat Pos Ekspress. Adakalanya harus melalui tahapan pahit, getir, kecut, sedih, sakit dan lain sebagainya. Namun demikian, kehendakNya itu tidak ada yang mampu membantah.

Pun halnya ketika harapan kita belum sepenuhnya terealisasi. Kita tak pantas mengeluh. Kitapun tak seharusnya terlarut dalam kesedihan berkepanjangan. Ini semacam bentuk pengecekan Tuhan tentang seberapa kuat kita menghadapi cobaan. Toh akhirnya juga akan diberikan. Jadi bersabarlah.

Sayapun pernah berada dalam ujung keputusasaan. Ketika waktu itu harus berjuang melawan takut, waktu dan sentilan keras. Rupanya, keuletan dan kesabaran sayalah yang melepaskan saya dari ujung keputusasaan tersebut. Saya lulus pendidikan pascasarjana waktu itu di tengah terpaan-terpaan. Karena saya punya keyakinan, usaha tidak akan pernah menghianati hasil.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah, perjuangan dengan bersandar pada sabar dan tawakal, buahkan hasil. Allah tak aksn pernah ingkar janji. Sukses selalu dan barakallahu fiik

11 Jun
Balas

Betul, Ibuk. Terimakasih.Amin.

11 Jun



search

New Post