Di Aula sebuah SMA tercinta.

"Hid, sepatuku kok hilang satu ya?", kataku pada teman satu bangku.

"Mosok sih? Jawabnya kaget.

"Iyo, Kat mau tak deloki gak ono." Balasku penasaran.

"Yowes, nunggu acarane bubar Sik wae.

Siang itu kebetulan jadwal olahraga di aula. Alas kaki wajib dilepas. Karena terlambat, aku buru-buru melepas sepatuku dan kulempar tanpa memperhatikan tempat.

Menggulingkan badan di atas matras memang bukan kegiatan favoritku. Aku tidak begitu suka olahraga itu. Guruku memaklumi postur tubuhku yang tidak mirip Jacky Chan membuatku kesulitan mengguling. Teman-temanku juga tahu.

Pagi itu memang apes. Acara sudah selesai tapi sepatuku yang satu tak kunjung ketemu. Saya tunggu hingga orang terakhir. Di depan pintu menyisakan 2 sepatu yang berbeda. Satu berwarna hitam dan yang satu coklat. Satu berukuran 39 dan satunya 40, yaitu ukuran sepatuku.

Sepuluh menit berlalu belum ketemu. Terpaksa dua sepatu beda warna kubawa. Kumasukkan dalam plastik. Aku nyeker alias tak beralas menuju kelas. Diam-diam kuamati semua sepatu teman, barangkali tertukar. Ternyata tidak ada.

Sudahlah.

Jam terakhir berbunyi. Terpaksa aku pulang nyeker. Untung naik CB merah. Jadi, tak perlu merasakan dinginya aspal. Aku cuek aja. Untung dulu belum ada HP. Dan untung juga tak ada bullying. Kalau itu terjadi sekarang, mampuslah aku. Dan temanku yang di seberang pasti juga tahu lelucon itu via YouTube. Karena sekarang itu cengengesan aja dapat duit.

Setelah 20 menit di jalan, akhirnya sampailah di rumah. Baru saja memarkir sepeda, Bapakku sudah marah-marah di depan pintu.

"Oooo...Bocah Ra nggenah, kae sepatune Bapak knopo tok gowo sebelah???". Kata Bapakku.

"Hadewhhh..@#$&*!#?@$@m!!"