Iwan Setiadi

Guru Matematika pada Madrasah Aliyah Al Wathoniyah 43 Jakarta. Makin gemar belajar menulis setelah bergabung dengan gurusiana. Salam literasi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ternyata, Murid yang Mengajari
Foto: Dok. pribadi

Ternyata, Murid yang Mengajari

#Hari ke_22 Tantangan menulis 30 Hari di Gurusiana

Diceritakan sebelumnya, Alwi menyadari dan menyesali bahwa perbuatan dengan berpura-pura kesurupan merugikan dirinya dan membuat panik banyak orang, termasuk guru-guru yang dihormatinya. Akhirnya ia memiliki tekad baru.

Hari Senin, jam ketiga dan keempat, saya mengajar di kelas XII-IPS, kelasnya Alwi. Sejak tadi pagi, saya berusaha mencari tahu apakah Alwi sudah masuk sekolah.

Saya memasuki kelas XII-IPS dengan mengucapkan salam dengan tersenyum. Para siswa membalas salam dengan penuh semangat. Saya pandangi wajah siswa satu persatu, berharap menemukan Alwi di kelas ini. Terkadang mereka duduk berpindah tempat sesuai dengan keinginannya untuk belajar. Alhamdulillah, Alwi masuk.

Seperti biasa, Alwi tidak banyak bicara di kelas. Saya menghampirinya dan menanyakan keadaannya sekarang.

“Alhamdulillah,…kamu sudah masuk Wi. Perasaan mu sudah lebih baik ya? Saya bertanya sambil menepuk bahu kirinya. Alwi tidak menjawab. Melainkan ia balik bertanya pada saya.

“Bapak… nanti jam istirahat ada waktu tidak? Saya mau ngomong Pak.”

“Oh boleh…silahkan. Di bangku depan ruang guru saja ya Wi ngobrolnya…” Jawab saya dengan antusias. Alwi menganggukkan kepalanya, tanda ia menyetujui tempat yang saya pilih untuk mendengarkan ceritanya.

Setelah jam mengajar pembahasan soal-soal UN matematika di kelas Alwi, saya kembali ke ruang guru. Masih ada waktu satu jam pelajaran untuk jam istirahat. Sambil mengoreksi tugas-tugas siswa di ruang guru, saya teringat cerita Bagas kelas XII-IPA temannya Alwi di sekolah.

Waktu itu Bagas bercerita, bahwa Alwi berbeda sikapnya antara di sekolah dan di luar sekolah. Alwi lebih banyak diam kalau di sekolah, sedangkan di luar, Alwi bicara biasa. Cerita ini dibenarkan pula oleh Aul, teman sekelas Bagas yang juga temannya Alwi di sekolah. Menurut Aul, Alwi sering bercerita mengenai teman-teman kelasnya dan cita-citanya. Bahkan ketika Bagas dan Aul merencanakan akan melanjutkan kuliah, Alwi dengan yakin ingin kuliah juga.

Ketika Bagas bercerita seperti itu, saya lebih penasaran lagi dengan Alwi. Di saat sebagian besar teman-teman sekelasnya masih bingung ketika ditanya ingin melanjutkan ke mana setelah lulus nanti, Alwi sudah yakin memberikan jawaban. Di saat sebagian guru membicarakan “nilai-nilai” Alwi yang menjadi trending topik dan memberikan nilai pas-pasan dengan nilai KKM, ternyata Alwi mempunyai “kelebihan” yang belum diketahui oleh sebagian besar guru.

Rasa penasaran saya ini sedikit terobati, setelah membaca artikel di internet mengenai teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligence. Teori ini diperkenalkan oleh Howard Gardner (1983) sebagai koreksi terhadap konsep kecerdasan yang dikembangkan oleh Alfred Binet (1904) yang meletakkan dasar kecerdasan seseorang pada Intelligences Quotient (IQ) saja. Gardner mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah nyata dan menciptakan suatu produk yang bernilai. Gardner membagi sembilan kecerdasan manusia.

Anak yang pandai bicara, membaca, menulis, dan berdebat, itu anak cerdas. Anak yang suka melukis, mendesain, bermusik, dan mengukir adalah anak cedas. Anak yang suka menghitung, berfikir logis dan ilmiah, itu anak cerdas. Anak yang senang memperhatikan hal-hal detil adalah anak cerdas. Anak yang suka gerak olah tubuh adalah anak cerdas. Anak yang enak diajak curhat karena memahami perasaan orang lain dan bersosialisasi itu juga anak cedas. Anak yang menyendiri dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya itu cerdas. Anak yang senang dengan bercocok tanam, memelihara hewan peliharaan, dan naik gunung adalah anak cerdas juga. Anak rajin ibadah, itu juga anak yang cerdas.

Selama ini saya melihat siswa cerdas adalah yang mendapat juara 1, 2 atau 3 di kelas. Ketika pembagian raport semester untuk melaporkan hasil belajar siswa, orang tua murid pun selalu menanyakan siapa siswa yang memperoleh peringkat 1, 2 dan 3. Kita masih saja menganggap siswa cerdas adalah yang memiliki nilai-nilai kognitif tinggi di raportnya. Padahal nilai-nilai kognitif tinggi di raport belum tentu dapat memecahkan masalah nyata di kehidupan sehari-hari.

Guru dan orang tua murid masih sangat jarang membahas secara spesifik kecerdasan siswa atau anaknya. Ketika nilai raportnya di bawah KKM, guru dan orang tua murid hanya memberikan saran agar siswa lebih giat belajar, tanpa mencari tahu bakat atau kelebihan siswa yang harus dikembangkan. Kita masih terbelenggu dengan kurikulum lama yang sistem penilaiannya dengan acuan norma. Di mana nilai kecerdasan siswa mengikuti kurva distribusi normal. Sehingga sangat sedikit siswa yang dikatakan cerdas.

Jika kita mau melihat bahwa setiap anak memiliki kecerdasan tertentu maka sekolah dan orang tua dapat mengantarkan siswa/anaknya menuju gerbang kesuksesan. Sehingga grafik kecerdasan siswa tidak lagi ditunjukkan oleh kurva distribusi normal melainkan kurva distribusi normal berjuling positif.

Ah…Alwi…, karena kamu, saya banyak belajar untuk lebih memahami bahwa setiap individu itu unik dan cerdas. Kamu murid saya yang paling unik saat ini. Saya yakin, kamu memiliki salah satu dari sembilan kecerdasan tersebut.

“Pak Iwan…ada Alwi…” Panggil Pak Irfan, guru olahraga yang sedang duduk di kursi kerjanya dekat pintu ruang guru menyapa saya. Suaranya memecah lamunan saya. Rupanya sudah jam istirahat dan saya tidak mendengar bel istirahat telah berbunyi.

“Ayo, Alwi….kita ngobrolnya di luar saja” ajak saya pada Alwi sambil memasukkan telepon genggam ke saku baju.

Alwi mulai menceritakan rencana-rencananya pada saya. Alwi berharap saya mendukung rencananya tersebut.

Bersambung…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alwi murid yan cerdas

07 May
Balas

Iya Bu Lili Herawati. Terima kasih sudah membaca ceritanya

07 May



search

New Post