I Wayan Subagia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Dipaksa Bisa

Dipaksa Bisa

Dipaksa Bisa

Hari ini ingatanku tertuju pada bulan April yang lalu. Memeperingati hari Pendidkan Nasional, Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga, mengadakan lomba, salah satunya lomba Kepala Sekolah Dasar berprestasi.

Pertemuan diadakan di gugus. Tiap gugus mengutus satu orang Kepala Sekolah untuk mewakili lomba tingkat kecamatan. Rapat sepakat menunjuk salah satu kepala sekolah inti, sebut saja Pak Nengah.

Pak Nengah terperangah dengan kesepakatan rapat. Wajah dan telinganya memerah. Ada guratan protes tampak dalam tatapan matanya.

“ Saya tidak terima dan tidak mau!” suara Pak Nengah agak gemetar. Peserta rapat terdiam sejenak saling memandang teman sekitarnya.

Aku memberanikan diri untuk memohon. “ Halo, Pak Nengah! Siapa lagi yang mewakili gugus kita selain Pak Nengah.” Suasana kembali hening sejenak. Pak Nengah menjawab :” Sekali tidak tetap tidak!” dengan suara keras.

Peserta rapat semua terdiam. Tidak ada lagi yang berani berbicara. Aku pun mencari akal untuk merayu Pak Nengah. Akhirnya Pak Nengah bersedia sebagai duta untuk mewakili Kepala Sekolah dari gugus kami untuk maju lomba di kecamatan.

Lomba telah dimulai. Pak Nengah hadir mengikuti lomba tersebut. Para juri merekap nilai, ternyata Pak Nengah menjadi juara, sekaligus sebagai duta lomba di kabupaten.

Sukses dalam lomba seharusnya menjadi kebanggaan dan menjadi harapan setiap orang. Pak Nengah merasa resah, itu nampak dari keringat yang menetes di keningnya.

Pak Nengah menjelang lomba di kabupaten, berkeluh kesah. Beliau merasa ragu dengan kemampuan dirinya untuk maju lomba di kabupaten. Rupanya Pak Pengawas tahu keresahan Pak Nengah. Beliau lalu memberi semangat dan membimbing Pak Nengah. “ Pak Nengah pasti bisa.” Kata Pak Pengawas sambil menepuk punggung Pak Nengah.

Waktu lomba Kepala Sekolah Dasar berprestasi tingkat kabupaten telah tiba. Pak Nengah berangkat ke kabupaten bersama tim dari kecamatan. Aku pun ikut dalam rombongan itu sebagai penyemangat untuk Pak Nengah.

Lomba telah selesai dilaksanakan. Tim penilai merekap hasil lomba dan langsung mengumumkan. Pak Nengah mendapat juara tiga tingkat kabupaten. “ Horeeee...! Selamat Pak Nengah!” teriak kami. Akhirnya rombongan pulang.

Awalnya dipaksa-paksa akhirnya bisa. Prestasi buat Pak Nengah, hari ini tonggak sejarah kecil telah terukir dengan penyerahan hadiah,piagam penghargaan dan piala dari Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga. Tanpa ragu Pak Nengah mengunggah fotonya di media sosial dan berkata : “Saya bisa.”

Foto : Pak Nengah yang tidak berkacamata

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat pak wayan atas apresiasinya. Selamat pak nengah atas prestasinya. Bersama kita paati bisa!!!!

31 Jul
Balas

Selamat ya pak. Senang bisa saling dukung.

01 Aug
Balas

Sama-sama Pak Yudha, demi sagusabu

01 Aug

Ini pak nengah subur. Hahaha

01 Aug
Balas

Pak Mase Swadarma, apeesiasi buat yang prestasi

01 Aug

Sama-sama meraih asa tanpa putus ada

31 Jul
Balas

Sama-sama meraih asa tanpa putus asa

31 Jul
Balas



search

New Post