81 Pesantren di Rumah
PESANTREN DI RUMAH
Widayati, M. Pd.
"mama yuk hafalan ..."
"ma aku hafalin satu ayat terus nanti mama. Terus aku lagi terus mama lagi. Kita selang seling.. "
"mama bacain beberapa ayat nanti aku yang melanjutkan. "
Begitulah hampir setiap hari aku dipaksa untuk membuat pertanyaan tentang ayat-ayat Alquran yang sudah dihafal anakku. Tiap hari pula aku disuruh mengetes kebenaran bacaan hafalan anakku. Dan setiap hari pula aku menyebutkan beberapa ayat kemudian anakku melanjutkan.
Itu terjadi hampir setiap malam, sore sesudah salat asar. Biasanya juga terjadi di waktu senggang sambil menunggu azan zuhur juga suka. Dan yang pastinya juga adalah pukul delapan malam seusai anakku setoran ayat-ayat yang sudah dihafal.
Itulah rutinitas yang aku lakukan selama jam belajar sekolah masih tetap di rumah. Anakku bersekolah di sebuah SMPIT yang notabene juga adalah sebuah pesantren. Sudah pasti ciri khas sebuah pesantren adalah menghafal Alquran. Dan agar hafalannya bisa bergerak masuk ke otak, akulah yang menjadi mitra hafalannya.
Suka atau tidak suka saat ini aku telah mendaftarkan anakku ke pesantren. Otomatis aku juga harus siap dengan pelajaran yang ada di sana termasuk membaca dan menghafal al Quran. Dan anakku lebih memilih aku untuk menjadi orang yang bisa diajak menghafal Quran.
Ya kini aku harus siap menjadi mitra anakku untuk menghafal Quran. Ini adalah imbas ketika aku memasukkan anak ke pesantren.
Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan ketika kita memasukkan anak ke sebuah pesantren. Yang pertama adalah uang. Uang sudah pasti lebih banyak kita keluarkan jika dibandingkan ketika anak kita masuk sekolah negeri. Kedua adalah menahan Keerinduan. Itu pasti terjadi ketika anak kita sudah jauh di sana berada di dalam pesantren sedangkan kita hanya merindukan wajahnya.
Namun yang lebih penting dari semua itu adalah kedekatan emosional antara kita selaku orang tua dengan anak kita saat mereka sudah di pesantren. Bagaimana caranya? Kita harus tahu jadwal mereka di pesantren. Kalau perlu fotokopi agar kita bisa mengikuti perkembangannya dari menit ke menit bakan jam ke jam dari hari ke hari dan seterusnya
Ketika anak di sana bangun jam empat usahakan juga kita bangun pukul empat subuh. Ketika anak kita melaksanakan salat alangkah baiknya kita juga salat tepat waktu. Kelak inilah akan diingat sang anak. Bahwa kita ingim perubahan ke arah yang lebih baik. Apa yang terjadi pada anak dan kita sendiri di rumah. ikut merasakannya.
Dengan demikian, ketika anak ada kegiatan menghafal Quran kita berusaha pula untuk ikut menghafal. Memang terlihat capek dan lelah. Semoga saja lelah itu bisa menjadi lillah yang kelak akan menjadi saksi bahwa kita bersungguh-sungguh mencintai Alquran dengan cara menghafalnya.
Jakarta, 3 Nivember 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Insya Allah, Bu Iwi dapatkan semuanya pahala, kedekatan, dan tambah hafalan tentunya. Barakallah.
Alhamdulillah tayang
Semoga sukses sehat selamanya
Semangat bu iwi
Mantap Bu. Memasukkan anak ke pesantren dengan tujuan mulia.