95 Aku Bukan PHP
AKU BUKAN PHP
Widayati, M. Pd.
"Kok enggak jadi nganterin bukunya sore ini ?"tanya sahabatku yang tadi pagi berkunjung ke rumahku.
Ia main ke rumahku untuk memberikan buku milik dia. Konsekuensinya saya pun berjanji mau memberikan buku cerita milik saya yang akan dibacanya. Cuma karena bukunya belum ketahuan di mana keberadaannya maka aku harus mencari dulu.
Aku katakan "Ya nanti kalau sudah ketemu diantar ke rumah."
Aku berani mengatakan seperti itu karena memang harus kucari dulu. Pun aku siap mengantar ke rumahnya, hitung-hitung membalas silaturahim yang sudah dia lakukan.
Namun tak disangka, tak diduga hari itu dia menanyakan lewat chat di WA.
"Kok tidak jadi diantar? Katanya mau mengantar buku itu sore ini," tanyanya dalam chat di WA.
Dalam hati aku berkata "Siapa yang bilang mau mengantarkan sore ini? kan aku cuma bilang nanti aku cari dulu. Kalau bukunya sudah ketemu nanti diantar." kataku saat pertemuan tadi pagi.
kwata "nanti" berarti aku mencari dulu buku tersebut kalau ketemu hari ini. Namun, ternyata hari ini untuk mencari pun aku belum sempat. Lalu bagaimana pula aku mau mengantarkannya?
Kok jadi terkesan aku ingkar janji ya. Padahal jelas-jelas kata-kataku "nanti kalau sudah ketemu bukuunya." Kapan mengantarnya kan belum tahu karena bukunya sendiri belum sempat dicari.
Yah ... ternyata persepsi seseorang terhadap suatu kata itu berbeda. Ketika aku mengatakan kata "nanti" ternyata maknanya bisa beragam. "Nanti" bisa bermakna beberapa jam lagi. Berarti tetap hari ini.
"Nanti" bisa juga bermakna besok atau bahkan besoknya lagi. Yang jelas nanti ketika buku itu sudah ketemu baru aku berikan.
Tetapi rupanya bagi temanku tidak demikian. Kata "nanti"di situ berarti sore nanti. Padahal jelas-jelas aku tidak mengatakan sore nanti atau nanti sore.
Ternyata tidak bisa nyambung ya ketika pemahaman terhadap suatu kata berbeda. Perlu kejelasan yang lebih tegas ketika ada kata yang bermakna lebih dari satu.
Jujur kata-kata di WA tadi seakan menjadikan diriku bahwa aku orang yang ingkar janji, bahwa aku tidak sesuai antara perkataan dengan perbuatan, bahwa aku hanya PHP, bahwa ternyata kata-kataku tidak bisa dipegangm
Padahal sesungguhnya tidak demikian. Lantas harus dengan kata-kata apa aku menjelaskan agar aku dan temanku sepemahaman. Kalau tidak dengan kalimat "Nanti kalau sudah ketemu" berarti perlu dipertegas ketika ada kata nanti. Atau ketika ada kata besok, atau kata lainnya yang pemahaman seseorang dengan orang lainnya bisa berbeda.
Ini pengalaman yang berharga bahwa tidak semua orang mengerti dengan kata atau kalimat yang kita ucapkan.
Jakarta, 17 November 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah tayang
Semoga sehat selalu selamanya
Pengalaman berharga Bu.
Bisa jadi pembelajaran bersama, betapa sensitifnya sebuah kata, jadi bersemangat ber literasi lebih baik lagi.... Mantab Bun cerpennya, salam sukses dan Salam literasi