Anugerah yang Terabaikan 27
Anugerah yang Terabaikan
Sariawan
Pagi ini ku terbangun karena suara alarm dari gawaiku. Pukul 03.15 alarm di hp-ku selalu berbunyi. Segera aku terduduk sejenak di pinggir ranjang. Bernafas menghirup udara segar.
"Alhamdulillahilladzi ahyana ba'da Ma amatana wailaihin nusyur," doaku dalam hati kepada sang pencipta jagat raya ini.
Kalau dipikir-pikir ini adalah sebuah anugerah besar bahwa aku bisa bangun pagi. Itu benar-benar karunia Allah padahal sebenarnya tidur itu adalah latihan untuk mati Karena sesungguhnya tidur itu terpisahnya antara jiwa dan raga kita. Atau antara jasad dengan roh kita. Jadi sangat memungkinkan sekali untuk tidak bertemu antara raga dengan roh kita.
Tetapi Allah masih memberikan umur untukku pagi ini. Semoga aku bisa menghirup udara segar, melakukan aktivitas sehari-hari, salat, mandi dan sebagainya. Itulah karunia Allah yang harus disyukuri.
Setelah sepenuhnya sadar, aku segera beranjak dari kamar tidurku menuju kamar mandi. Kebetulan jarak dari kamar tidur ke kamar mandi tidaklah terlalu jauh. Tidak sampai lima meter sudah masuk ke dalam kamar mandi.
Aku siapkan sikat gigi dengan odol, air dalam mangkok kecil. Segera kusikat gigi ini. Itulah sunnahnya ketika kita mau melakukan salat.
Ada yang aneh ya sama aku. Apa yang aneh ya ? Aku masih berpikir keras. Memang ada yang rada aneh denganku hari ini dibandingkan tiga hari kemarin. Tetapi aku masih bingung apa yang membuat aneh.
Masya Allah ... Allahu Akbar .... Ya Allah bener-bener karuniamu yang tiada tara. Dua hari kemarin berarti empat kali sikat gigi aku selalu berhati-hati bersikat gigi karena gusiku bengkak. Rasanya perih sekali kalau harus menggosok hingga ke bagian dalam.
Tetapi, sekarang alhamdulillah tabarakallah.... Aku tidak merasakan apa-apa, aku merasa nyantai saja singkata gigi seperti hari-hari tanpa pernah meradakan gusi bengkak dan sariawan.
Alhamdulillah ya Allah bengkak di gusi sudah hilang sehingga aku berasa nyaman sikatan tanpa harus ada hambatan apapun. Sungguh karunia-Mu yang tiada tara. Tanpa harus ke rumah sakit, tanpa harus berobat ini itu tanpa harus periksa ke dokter penyakit itu hilang dengan sendirinya.
Tapi jujur untuk penyakit-penyakit di dalam mulut seperti sariawan, gusi bengkak, atau lidah terluka karena tergigit semua itu tidak pernah kuobati. juwga tidak pernah aku bawa ke dokter. Dia datang begitu saja dan dia pergi begitu saja. Cuma sakit gigi yang mengharuskab aku ke dokter gigi.
Tetapi, aku menganggap itu sebuah tanda sayang dari Allah. Ketika sakit itu datang berarti dzikir kita kurang, lisan kita kurang dibasahi bacaan Quran. Itu beraryi Alkah ingin kita sering berdzikir. Pun Allah ingin kita lebih sering lagi membaca Alquran.
Alhamdulillah rabbil alamin Terima kasih ya Allah atas semua yang kau berikan kepadaku. Penanda agar aku selalu ingat dengan langkah hidupku. Agar aku selalu membaca Quran. Allah juga ingin mulut ini menjauhkan diri dari ghibah, selalu mengajak pada yang baik-baik. Karena sesungguhnya kebaikan itu adalah untuk diri kita sendiri.
Semoga melalui ini tulisan, kita bisa terjaga tidak hanya mengucapkan kata-kata yang kata-kata yang baik tapi juga memperbanyak lantunan dzikir kepada Allah. Banyak membaca Alquran agar lidah dan mulut ini menjadi saksi bahwa Alquran selalu dibaca setiap hari. Aamiin YRA...
Jakarta, 20 Juni 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasan yang keren bunda
Alhamdulillah ...
Istikomah insya Allah ...
Keren Bu. Salam sehat.
Sibhanallah. Keren bunda Iwi. Inspiring.
Subhanallah. Keren bunda Iwi. Inspiring.