Iwi Dayati

Assalamualaikum wr wb Perkenalkan nama saya Widayati, M.Pd. Saya seorang guru yang mangampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Saya menjalami profesi gur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerita Di Balik Vaksinasi (2)
H2

Cerita Di Balik Vaksinasi (2)

2 Cerita di Balik Vaksinasi

Matahari bersinar terang. Cerahnya udara pagi ini seceria hatiku. Jam di hp menunjukkan pukul 6.10. Kulihat lelaki terkasihku sedang asyik dengan burungnya. Segera kugunakan kesempatan ini untuk meminta pendamping hidupku mengantarkaku.

"Yah, nanti anar aku ke sekolah ya? Nanti mau ikut vaksin bareng temen-teman. Kita berangkatnya dari sekolah," pintaku sambil sedikit menjelaskan maksud dan tujuanku.

"Ya ...," jawabnya singkat dan tegas.

Segera kubersiap memeriksa kembali barang-barang yang mungkin dibutuhkan.

"KTP asli, sudah ada. Name tag juga sudah, pulpen juga sudah ada, masker oke, apalagi ya?" Sedikit berfikir aku sambil memasukkan barang-barang yang ku periksa tadi ke dalam satu tempat.

"Kayanya sudah semua, semoga lancar..."

Tepat pukul 06.20 aku berangkat diantar lelaki terindah dalam hidupmu. Perjalanan lancar. Kami melewati Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading, Pegangsaan Dua Semper. Semua lancar. Akhirnya tiba di sekolah setengah 06.45.

Setelah kuturun dari motor langsung masuk ke dalam. Sempat berpapasan dengan seorang teman, rekan kerja yang sedang duduk di luar ruang aula.

"Assalamualaikum .... " sapaku kepada teman tersebut.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,," jawab temanku dengan lengkap.

"Mana teman-teman yang mau berangkat?" tanyaku saat melihat ke sekeliling belum ada orang lain yang kulihat.

"Ada yang sudah berangkat, tapi banyak yang belum datang," sahut temanku ini

"Apa? Sudah ada yang sudah berangkat? Jadi aku terlambat dong?"

"Yang baru berangkat tadi naik grab. Tadi ada sekitar enam orang. Kalau yang berangkat bareng-bareng, banyak yang belum datang," jawabnya.

"Oh begitu Syukurlah .." kata hatiku.

Jujur Seandainya aku ditinggal aku pasti tidak akan berangkat. Karena aku nggak tahu tempatnya dan sejujurnya hatiku tuh masih agak ragu untuk vaksin. Perlukah vaksin ini? Sudah dijaminkah kehalalannya? dan masih banyak hal lain yang berkecamuk dalam diriku.

Tak sempat mengobrol lebih lama, dua orang sudah hadir. Kami pun kumpul di ruang wakil kepala sekolah.

"Cari-cari baju yang agak longgar ketemunya cuma yang ini," kata temanku sambil membetulkan bajunya.

"Iya aku juga pake yang longgar supaya gampang saat disuntik. Jadi gak perlu buka-buka baju lagi" sambungnya.

"Astaghfirullahaladzim iya betul juga harusnya cari yang agak longga biar nggak perlu dibuka bajunya ya. Kok aku gak kepikiran pakai baju seperti ini," kataku merutuki diriku yang lupa menggunakan baju dengan lengan lebar.

'Ya sudah enggak apa-apa. Paling juga nanti disediakan tempat yang tertutup agar kalau ada yang pakai baju nggak bisa dibuka lengannya bisa dibuka di tempat yang tertutup," seorang teman lainnya menghiburku.

Ia pun menceritakan pengalamannya sewaktu sekolah kami dijadikan tempat vaksin, ada sebagian tempat yang diberi horden untuk ditutup karena ternyata ada beberapa ibu yang menggunakan baju tidak bisa dibuka lengannya hingga ke atas. Sehingga mau tidak mau harus membuka baju yang dikenakannya.

"Ya sudahlah. Kalau ada ya aku ikut, kalau nggak ada tempat tertutup untuk membuka baju, ya sudah tidak ikut vaksin. simpel saja," kataku

"Aku bawa minum takut nanti haus habis vaksin. Takutnya tidak dikasih minum lagi. Bisa dehidrasi deh kita," kata temanku yang lain.

"Astaghfirullahaladzim Aku juga lupa nggak bawa apa-apa. Tapi gimana ini kalau aku haus?" lagi-lagi aku menyerahkan diriku yang selalu saja teledor tidak memeriksa apa yang diperlukan

"Ya sudah nanti kita bareng saja di sana," temanku yang lain menjawab dengan enteng

"Jangan lupa bawa masker yang standar rumah sakit," kata temanku yang lain

"Nah kalau itu ...aku bawa banyak nih Ada yang mau ?"tanyaku sambil mengeluarkan masker satu plastik. Tapi rupanya kehadiran maskerkutidak terlalu mendapat sambutan. Sebab masker yang kubawa adalah masker dengan tali yang harus dikaitkan di telinga. Sedangkan kami semua kebanyakan ibu-ibu berjilbab yantidak bisa menggunakan masker seperti itu. Kecuali ada tambahan kali untuk membantu merekatkannya.

Temanku sebelah tiba-tiba mengeluarkan beberapa biskuit menawarksn kepada kami.

"Bawa biskuit. takut kelaparan nanti, katanya.

"Waduh .. aku nggak bawa juga cemilsn. Kenapa ya kok aku kebanyakan lupa nya," sedikit aku merutuki dan menyesali diri.

"Kan gak enak apa-apa minta sama temen. Air minum gak bawa, cemilan gak ada. Gimana sih?" kerudung merahku ikut-kkutan protes menyalahkanku

"Namanya juga lupa, mau gimana coba?" sedikit aku membela diri.

"Kita nanti naik apa?" tiba-tiba teman ysng duduk di sampingku bertanya pada teman lainnya ada di ruangan.

"Itu mobil di depan sudah ada di depan sekolah. Mobil elf," jawab yang lain.

"Hah ... Mobil itu?"

Semua heran, terkesima dan tak menyangka akan hal itu.

Gerangan apakah yang membuat kaget orang-orang di ruangan itu?

Tunggu kelanjutannya ....

Jakarta 2 April 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Makasih kk

02 Apr
Balas



search

New Post