Iwi Dayati

Assalamualaikum wr wb Perkenalkan nama saya Widayati, M.Pd. Saya seorang guru yang mangampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Saya menjalami profesi gur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lelaki Itu 54

Lelaki Itu 54

Lelaki Itu

Namanya Arman. Dia seorang lelaki yang penyayang, setidaknya menurutku. Berusaha mengantarkab orang tercinta kevtempat yang diinginkan. Pun menjemputnya saat ia harus pulang.

Aku mengenalnya sudah cukuo lama. Pertemuanku pertama kali dengan beliau saat berada di sebuah bimbingan belajar di Cempaka Putih. Kemudian berlanjut di bimbingan belajar di tempat lain. Sejak itu kami sering bertemu.

Suatu saat di daerah Priok masih di bimbingan tersebut aku datang terlambat. Dia sedang menulis. Nampaknya menulis di surat undangan. seworang teman yang sudah datang sejak tadi memperhatikan beliau.

"Undangan siapa Pak?" tanyanya penasaran.

Dengan bangganya dia menjawab, "Undangan saya dong," katanya sambil menatap sang penanya.

Dia agak kaget melihat diriku yang juga sedang memperhatikan dirinya.

"Eh .... Bu Aya. Ini ada undangan untuk ibu,'" katanya sambil menyerahkan undangan yang ada di hafapannya.

Aku merasa dia begitu bahagia dalam menyambut hari pernikahannya. Sungguh bersyukur sekali muslimah yang terpilih menjadi istrinya.

Saat hari pernikahan yang diadakan di sebuah aula di Masjid Darul Islah, aku datang. bwanyak aktivis dakwah yang datang. Tetapi, jujur aku tidak banyak kenal mereka. Kebetulan aku lebih banyak beraktivitas di daerah Pondok Gede saat itu. Kulihat dia begitu bahagia dia begitu menyayangi istrinya.

"Barakallah Semoga Allah memberkahi kehidupan rumah tangga kalian dan memberikan keturunan orang-orang soleh," doaku dalam hati.

Saat anak yang pertama lahir, aku sempat memberikan kado langsung kepadanya.

"Ini pak untuk dede bsyi, semoga tumbuh sehat dedenya dan ibunya bisa segera pulih," kataku sambik menyerahkan kado berbungkus kertas batik. Itu terjadi saat kami bertemu di sebuah bimbingan belajar di Cempaka Putih

Lalu anak kedua lahir, aku juga sempat memberikan kado untuk dia. Cuma saat itu aku tidak pernah papasan atau memiliki jadwal bareng dengan dia sehingga kado aku titipkan ke penjaga bimbel untuk disampaikan kepada beliau. pm

"Titip kado untuk pak Arman ya. awnaknya kan baru lahir,"

" Iya Bu nanti disampaikan," kata sang penjaga bimbel kepadaku.

Suatu kali pernah aku bertemu dengan dia di Rumah Sakit Islam. swaat itu dia sedang mengantarkan istrinya untuk periksa ke dokter kandungan. Mungkin ada sebulan sebelum memberikan kado ini.

Hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidak mengajar lagi di bimbel tersebut karena kesibukanku yang sudah mulai padat di tempatku mengajar. Aku menjadi guru di sekolah negeri. Sejak itu aku tidak pernah lagi berpapasan dengan beliau.

Sampai pada suatu saat ketika aku sedang berdiskusi dengan teman teman satu komunitas ada berita dari temanku

"Teman-teman ini ada undangan pernikahan pak Arman. Undangannya cuma satu jadi yang mau datang dipersilakan."

"Undangan dari pak Arman? Dia mau menikah lagi?" tanya Sinta yang duduk persidvdi sebelahku.

Bu Darma yang saat itu sedang menyampaikan undangan menganggukkan kepalanya. Dia sempat mengatakan

"iya gapapa kan?"

"Ga papa gimana? Itu kan menyakiti hati isterinya."

"Kalau nikahnya sama nenek-nenek sih gapapa. Itu baru ngikutin sunah nabi," kata beliau sedikit emosi.

"Kalau nikahnya sama yang masih muda, itu berarti cuma pengin memuaskan nafsu dibalik kata-kata sunnah Rasulullah,"

"Ssst sst sudah, ... jangan emosi begitu. Oh ya isterinya saja enggak masalah kok dia mau nikah lagi. Masa kamu emosi begitu," Bu Darma menengahi.

"Aku bukannya emosi, tetapi aku kasihan saja sama istrinya. Kalau dibilang dia itu ikhlas, saat ini mungkin bisa. Tetapi hatinya siapa yang tahu? Pasti nangis. swakit sekali digituin. Tuh lihat contohnys Teh Ninih, istetinta Aa Gym," sedikit sewotvdan emosi beliay memaparkab hal itu.

Bu Darma mencoba menghentikan perdebatan tentang poligami ini dengan menyerahkan undangan tersebut kepada yang mau datang. Namun sampai akhir acara, belum ada yang bersedia datang.

Perkataan Santi yang merasa sakit hati dengan pernikahan Arman ini rupanya berlanjut di WA. Bukan hanya di WA grup kami, tetapi juga di WA grup lain.

Orang yang mengenal sosok dia bahkan melampiaskan nada kesal. Ini terjadi bukan hanya kalangan ibu-ibu tapi bapak-bapak.

"Ya mudah-mudahan saja rumah tangga dengan istri yang pertama tidak bubar. Kasihan sekali ya Mbak Farah," kata Pak Roni membahas tentang undangan pernikahan tersebut.

"Padahal Mbak Farah cantik ya masih muda pula. Apa yang kurang dari beliau ya?" Pak Saiful menimpali

Beberapa Bapak ikut menyampaikan pendapatnya lebih banyak yang tidak setuju karena kekhawatiran mereka rumah tangga tangga ini akan bubar. Mereka tidak sadar berbicara di dalam grup yang didalamnya ada orang yang sedang dibicarakan. hingga tiba-tiba tanggapan dari yang dibicarakan pun muncul.

Dengan tegas dia langsung menyudahi perdebatan tersebut.

"Bapak-bapak. Kalian tidak usah deh ngurusin rumah tangga orang lain. Urus saja rumah tangga kalian. Sudah benar belum rumah tangga kalian?"

Ia pun melanjutkan pembelaan dirinya

"Tidak perlulah kalian untuk mempermasalahkan rumah tangga kami. Kami lebih tahu apa yang harus kami lakukan," katanya sedikit ngegas.

Perkataan tersebut membuat para bapak yang lain akhirnya berhenti berdiskusi.

Itulah kejadian yang muncul saat dia akan menikah lagi. Kadang aku merasa kasihan dengan istrinya. Tetapi aku nggak berani bertanya tentang hal ini karena aku juga memang tidak terlalu dekat dengan beliau.

Tahun-tahun terakhir aku sering melihat beliau dengan istri pertama. Mereka begitu mesra. Jalan berdua bergandengan tangan. Bahkan sang suami memeluk isterinya.

Itu terjadi saat ada acara pelatihan. Kebetulan kami diundang dalam pelatihan tersebut Saya datang diantar suami. Ketika aku datang dia sudah hadir di pelatihan Mereka berdua sedang asyik ngobrol karena kebetulan narasumber belum hadir. Aku lihat dari kejauhan mereka begitu mesra saat bercengkrama.

Di waktu lain pun perlakuan suami terhadtao isterinya begitu. Mereka nampak bahagia.

Namun kebahagiaan itu kini sudah tidak mungkin lagi aku lihat. Sang suami telah meninggalkan dunia kemarin.

" Semoga Allah menyatukan mereka di akhirat kelak di surga yang telah dijanjikan Allah," doaku.

Jakarta, 17 Juli 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah ...

17 Jul
Balas

Keep istiqomah ...

17 Jul
Balas



search

New Post