Iwi Dayati

Assalamualaikum wr wb Perkenalkan nama saya Widayati, M.Pd. Saya seorang guru yang mangampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Saya menjalami profesi gur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mau Kurus  89

Mau Kurus 89

Harga Sebuah Kebersamaan

 

Sudah beberapa hari anakku  makan dalam jumlah yang sedikit.  Sempat kutanyakan padanya alasan dia makan seperti itu. 

 

"Aku mau kurus, ma.  Masa temanku yang waktu SD dulu tinggian aku,  eh...  sekarang dia lebih tinggi daripada aku. Aku makannya kebanyakan jadinya langsung gendut. Dia makan banyak tapi gak gemuk-gemuk."

 

Ia mulai curhat pada diriku. Ia merasa bahwa apa yang dia makan selalu langsung berdampak pada badannya.  

 

"Aku asal makan sedikit langsung nambah berat badanku. Udah gitu aku bukannya nambah tinggi malah tambah gemuk. Ya aku gak maulah tambah gemuk terus. Bisa-bisa aku obesitas nanti. "

 

Aku mendengar dengan saksama semua keluhannya. Semua keluhannya kubenarkan dalam hati. Di dalam keluargaku tidak ada yang berbakat gemuk.  Namun,  tidak demikian dengan anak lelaku ini. 

 

Segera kutimpali keluhannya dengan sedikit nasihat. Aku ingin dia tidak terlalu ekstrem menerapkan pola makannya yang berubah drastis.

 

Ya, Jujur ada rasa khawatir dalam diriku. Jika makanan yang masuk sedikit lama-lama bisa sakit.  Kalau di zaman pandemi  seperti saat ini kita sakit dan dibawa rumah sakit, waduh bisa-bisa malah langsung kena kuat.

 

"Tapi kalau kamu sedikit terus lama-lama bisa sakit itu artinya kamu dzolim pada diri sendiri masak perut kamu laperr tapi ditahan-tahan," kataku menjelaskan.

 

"Lagi pula pertumbuhan dan perkembangan orang itu beda-beda. Ada orang yang makannya banyak tapi nggak gemuk-gemuk. Mungkin memang dia sudah dari sananya begitu. Ada juga orang yang baru makan sedikit sudah gemuk. Kalau kamu merasa makan sedikit sudah merasa gemuk bukan berarti tidak makan sama sekali. Kalau pun mau dikurangi ya bertahap.  Bukan langsung tidak mau makan semuanya."

 

"Aku tetap makan kok, " bantah anakku. 

 

"Iya,  makan baru satu kali. Sedangkan ini sudah mau maghrib." langsung ku balas bantahannya.

 

"Tapi aku belum lapar"

 

"Masa iya sih makan dadi jam tujuh sampai sekarang belum lapar?"kataku sedikit emosi.

 

"Mama saja yang bareng kamu makan tadi pagi sudah lapar lagi.  Tadi jam duan sudah makan lagi. Masa iya kamu belum lapar?" kataku sambil membandingkan dengan diriku. 

"Kan tiap orang beda-beda Ma. Mama sendiri yang ngomong tadi, tiap orang beda-beda. Mama habis makan sudah lapar lagi, tapi aku belum lapar. nawnti kalau lapar juga aku makan kok," kata anakku.

 

Sebetulnya aku nggak yakin dia bely lapar. Tetapi mau bilang apa kalau dia sendiri mengatakan belum mau makan. Entahlah dengan cara seperti apa agar anakku mau makan.  Aku cuma berdoa semoga kami semua dalam kondisi sehat selalu.

 

Jakarta, 21 Agustus 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mama sabar ya

21 Aug
Balas

Alhamdulillah

21 Aug
Balas

selalu Istiqomah

21 Aug
Balas



search

New Post