Ramadan akan Pergi

Aku sedang asyik bermesraan  menikmati malam-malam di bulan ini. Betapa nikmat kurasakan. Tak ingin aku melepaskan dekapan syahdu ini. Hingga tak terasa air mata bahagia jatuh satu persatu.

Ya Allah ... Baru sekarang kurasakan nikmat yang luar biasa. Aku ingin terus dia ada di sini agar aku bisa terus bercengkerama mesra dengan-Mu, agar aku bisa pastah di hadapan-Mu. Sungguh malam ini alku berada pada puncak kebahagiaan yang luar biasa, berada pada titik kulminasi.

Namun di saat seperti ini, dia justru berbisik lirih padaku "sebentar lagi aku akan pergi, sayang."

Deg. terasa kaget jiwa dan raga ini. "Benarkah dia mau pergi? Tegakah dia meninggalkan aku sendiri? Padahal dia justru menyaksikan aku saat ini sedang asyik-asyiknya dimabuk ibadah."

Berarti aku akan sendiri lagi. Sungguh aku akan merasa sedih karena kepergianmu.

"Jangan khawatir, tahun drpan aku akan datang lagi."

'Tahun depan? Yakin bisa berjumpa? Yakin masih ada umur?"

"Ssst .... Ia menggelengkan menandakan tidak setuju dengan ucapanku. Aku jadi ingat flyer yang dibuat temanku. Dia menuluskan tentang ibafah Ramadhan."

"Jika semua ibadah harnta karena Ramadan, sungguh ua akan berlalu, tapi jika semua karena Allah maka takkan ada yang berubah meskipun Ramadan tekah berlalu"

Kuresapi kalimat tersebut, kuhayati isinya. Sungguh harusmya kita melakukan sesuatu karena Allah semata bukan karena yang lain. Akan ada rasa kecewa jika kita melakukan bukan karena Allah.

Selamat jalan  Ramadan, semoga kita bisa bertemu kembali.

Jakarta. 10 Mei 2021