Iwi Dayati

Assalamualaikum wr wb Perkenalkan nama saya Widayati, M.Pd. Saya seorang guru yang mangampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Saya menjalami profesi gur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tekad Lelakiku

Tekad Lelakiku

Tekad Lelakiku

"Puasanya besok apa kapan sih?" tanya lelaki bungsuku saat ia baru pulang sehabis bermain futsal malam itu

"Ya kita tunggu saja pengumuman dari pemerintah."

"Terus pengumumannya kapan ya?" desaknya seakan tak sabar ingin segera memasuki Ramadhan

" Iya ya harusnya sih hari ini coba cari di berita lihat di Facebook di detik.com atau di TV One."

Aku menyadari suasana pengumuman seperti itu sudah tidak nampak lagi di rumahku Sudah beberapa bulsn ini kami tidak pernah menonton televisi yang disiarkan oleh pemerintah. Berita lebih banyak kami dapatkan dari media sosial.

Beberapa tahun yang lalu hampir semua televisi menyiarkan sidang isbat yang dilakukan oleh pemerintah dihadiri oleh ormas-ormas sehingga kami tahu apa keputusan pemerintah tentang awal Ramadan.

"Tapi tadi aku tanya di masjid sama bapak-bapak yang jadi imam nanti malam ada tarawih,' katanya sambil bersiap untuk berangkat ke masjid.

"Oh, begitu ya! Berarti Iya benar besok puasa. Terus kamu mau salat tarawih sekarang?"

"Iyalah aku mau salat tarawih sekarang aku harus full salat tarawih Ramadhan tahun ini. Masa mau nggak salat tarawih lagi kayak tahun kemarin?" tekadnya srakan tumbuh seiring datangnya Ramadhan.

"Padahal kan kemarin di masjid lain diadakan salat tarawih. Ternyata nggak masalah tuh. Nggak ada yang kena covid 19 tuh. Cuma di sini saja masjidnya sok-sokan kayak ketakutan."

Argumentasinya muncul seakan penuh emosi. Ia membandingkan tarawih tahun kemarin dengan tahun sekarang.. Memang tahun ini di masjid dekat rumah mengadakan tarawih berjamaah. Sementara tahun kemarin benar-benar tidak mengadakan sama sekali. Bahkan tahun kemarin masjid pun seakan terkunci.

Sedangkan untuk salat tarawih di rumah anakku belum mau untuk salat tarawih sendirian. Sementara untuk berimam kepada ayahnya juga tidak mau. Selain belum tentu bisa setiap hari ayahnya menjadi imam.

"Yah, ngapain salat di rumah? nggak jajan dong? Nggak main dong aku? Kan habis salat tarawih biasanya jajan," kata anakku saat itu.

Aku ingat banget saat aku kasih solusi agar melakukan salatnya di rumah. Nanti uang jajannya tetap diberikan.

"Percuma juga dikasih uang jajan mah, di masjid nggak ada tukang jajanan. Terus mau jajan apa?" katanya saat itu.

Sebenarnya anakku sendiri bukan termasuk penggemar jajanan. Dia jajan hanya sesekali saja, tetapi di bulan Ramadan ini karena lebih sering berada di masjid jelas lebih banyak jajan dibandingkan hari-hari biasa.

Ramadhan tahun ini masjid kembali mengadakan acara tarawih bersama setiap malam. Para pedagang pun kembali menjaja makanannya di depan masjid. Anakku pun kembali ikut bersemangat untuk salat. Meskipun ada sedikit niat khas anak-anak yaitu jajan dan bermain.

Tetap kusyukuri bahwa anakku bahagia ketika Ramadhan tiba. Semoga kami termasuk orang-orang yang diampuni dosanya karena semangat menyambut Ramadhan.

Hari 1

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang keten bu

16 Apr
Balas

Keren Bu. Anak sholeh yang sambut ramadhan dengan gembira.

16 Apr
Balas

Wow keren anak sholeh ibu. Semangat jalani aktivitas bulan ramadan penuh berkah

16 Apr
Balas

Aamiin... Semoga bisa melaksanakan aktivitas selama bulan Ramadhan dengan mengharap ridho Allah swt. Salam literasi

16 Apr
Balas



search

New Post