Kuspriyanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Membantu Remaja 'Feeling Good' dengan Penampilannya

Membantu Remaja 'Feeling Good' dengan Penampilannya

Saat kelas IV, berat badan anak kami bertambah cukup cepat dan signifikan. Ketika kami ingatkan untuk membatasi porsi makan, dia tidak mendengarkan. Alhasil, satu demi satu baju dan celananya mulai kekecilan.

Tiga tahun berlalu. “Aku nggak akan makan malam ah…” Tiba-tiba di suatu malam anak kami membuat pernyataan yang mengejutkan. Begitu pula dengan malam-malam selanjutnya. Seminggu dua kali dia berolahraga, futsal atau bola basket. Mengejutkan! Suatu sore dia memamerkan diri, “Lihat, baju ini udah bisa dipake lagi.”

Belakangan kami baru tahu kalau dia merasa dirinya gemuk. Bahkan, teman-temannya di Kelas VII sempat memanggilnya “Ndut”. Ikhtiarnya untuk menurunkan berat badan dengan melakukan diit dan berolahraga perlu diacungi jempol.

Meskipun demikian, prosesnya bukan tanpa masalah. Anak kami sempat mengalami gastritis yang cukup parah karena sering membiarkan perutnya kosong di sore/malam hari. Barulah setelah itu dia bisa memahami bahwa diit itu bukan berarti melewatkan/mengilangkan waktu/porsi makan.

***

Masa remaja adalah masa dimana seorang individu beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini ditandai dengan pubertas (sekitar umur 8-10 tahun) hingga memasuki dewasa awal (18-20 tahun). Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan fisik, kognitif, psikologis, dan sosial.

Remaja berada pada tahap perkembangan identity versus identity confusion atau pencarian jati diri, Mereka pun mulai mengembangkan harga diri (self esteem) atau sejauh mana mereka menghargai dan merasa nyaman dengan diri sendiri.

Gambaran global tentang diri remaja disebut konsep diri. Di dalamnya terdapat gambaran global mengenai penampilan dan bentuk tubuh (body image).

Remaja sering kali menakar “keberhargaan diri”nya dengan penilaian terhadap penampilan fisik. jika dia menilai penampilannya jelek, dia akan cenderung menilai negatif seluruh aspek dirinya. Padahal bisa saja sebenarnya dia memiliki banyak prestasi dan keterampilan. Dengan cara berpikir egocentrism, remaja cenderung berpikir bahwa penampilan mereka dinilai oleh orang lain, meskipun tidak selalu demikian.

Perubahan fisik remaja perlu mendapat perhatian. Keluhan terkait fisik memiliki dampak yang besar pada perkembangan remaja. Hanya karena jerawat, berkacamata tebal, atau kelebihan berat badan. Karena merasa dirinya jelek, self esteem-nya bisa terpengaruh.

Opini teman sebaya dapat membuat mereka semakin tertekan. Terlebih lagi saat ini media sosial banyak menayangkan citra kesempurnaan penampilan yang tidak harus semua diikuti.

Selaku orang tua atau pendidik, kita perlu menghadapi masalah perilaku remaja secara tepat dan bijak. Hal terpenting yang perlu kita lakukan adalah membantu remaja untuk dapat menerima dirinya. Alih-alih mengkritik penampilan mereka secara langsung, katakan secara halus bahwa gaya itu tidak keren dan berikan opsi yang lebih baik yang mungkin dia sukai.

Kita harus mampu berdiskusi mengenai penampilan yang benar-benar mereka inginkan, bukan hanya sekadar mengikuti mode. Pastikan juga agar remaja tidak mengonsumsi makan yang tidak sehat (junk food). []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Paparan yang mantaps Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

10 Mar
Balas

Ups, Pak maksudnya

10 Mar

Terima kasih

10 Mar



search

New Post