Cahaya Ramadhan
Cahaya Ramadhan
oleh Iyus Yusandi
di sudut sepi
malam ditinggal cahaya rembulan ...
akhir pekan pun sepi di keramaian hari ...
senyap dalam kebisingan kota ...
di sudut sepi,
pikiranku ini pun menggila
bayang berkawan kenang
bagai malam ditinggalkan sang rembulan,
di sudut sepi
tiada harapan nampak cahaya tergenggam
dan cahaya nampak nanar
dan cahaya tak tampakkan wajahnya ...
dan cahaya hanya harap hampa ...
di sudut sepi
dalam gelap di kisah lama ...
klasik nan apik ...
rasa diperkuda amarah ...
sendu terkubur waktu nan lalu ...
pilu terayu napsu membeku
(Yaa Nur Illahi, terangi hati ini, tetapkan terpancar di sanubari)
_Mei ke-3, 2019: 22.29_
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Saya suka dengan puisi ini. Berasa lahirnya dari hati. Diksinya unik, tapi alami.
Natural, ya ya ya
Pak Iyus, puisinya keren .. Barokallah ..
mumpung sepi, kutuliskan sepi biar gak lagi sepi
Cahaya Ramadhan menerangi kegelapan dan meramaikan kesepian setiap jiwa yang masih menyimpan rasa pada-Nya.
Selalu Allah Terus Allah Yaa Allah