MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA DAN MENGHAFAL ALQURAN MELALUI METODE AL-BAYAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alquran merupakan kitab suci umat Islam berupa firman-firman Allah Swt. diturunkan dengan perantaraan Jibril kepada Rasulullah Muhammad Saw. Alquran adalah wahyu ilahi sebagai salah satu rahmat yang tak dapat disamakan dengan kitab-kitab sebelumnya yang telah diturunkan Allah kepada para nabi seperti Zabur Taurat Injil atau Suhuf-suhuf lainnya. Namun Alquran dijadikan mukjizat yang menjadipedoman dan penuntun hidup bagi manusia yang ingin mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Karena isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang telah disempurnakan dari kitab-kitab sebelumnya.
Oleh sebab itu setiap muslim wajib mempelajari Alquran agar memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengertian tentang aspek-aspek pendidikan, sosial, budaya, kisah dan suri tauladan sehingga dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pelajaran Alquran perlu diberikan kepada anak sejak usia balita, kanak-kanak, remaja bahkan dewasa sekalipun karena Alquran adalah suatu kitab yang bersifat universal yang akan menjelaskan secara tersirat dan tersurat makna didalamnya. Maka secara individu wajib mengimani Alquran sebagai kitab ummat Islam. Dari itu pembelajaran Alquran menjadi sebuah keharusan bagi semua pihak baik di lingkungan formal, informal, maupun non formal.
Perintah membaca merupakan perintah yang sangat berharga yang diberikan Allah swt.kepada manusia. Manusia akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dikarenakan membaca, serta mengantarkan manusia kepada derajat kemanusiaan yang sempurna.[1]
Selain membaca, menghafal juga memiliki peran penting dalam menjamin kemurnian dan kesucian Alquran, pada masa Rasulullah pelestarian Alquran dengan cara hafalan, para sahabat menghafal semua wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah sendiri. Beberapa sahabat menulis wahyu tersebut atas perintah Rasulullah.Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga kemurnian dan keaslian Alquran agar tetap terpelihara keutuhannya.
Menghafal Alquran merupakan hal yang penting dilaksanakan sejak usia dini. Hal ini mengingat ibadah shalat dimana umat Islam diwajibkan untuk menghafal Alquran, di mana dalam setiap melaksanakan ibadah shalat dilafalkan ayat-ayat Alquran.
Menghafal Alquran sebuah usaha yang paling efektifdalam menjaga kemurnian Alquran yang agung. Dengan hafalan tersebutberarti meletakkan isi Alquran pada hati penghafal. Dan menurut Raghib danAbdurrahman, “tempat tersebut (hati) merupakan tempat penyimpanan yangpaling aman, terjamin, serta tidak bisa dijangkau oleh musuh dan para pendengkiserta penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan.”[2]
Para ulama bersepakat bahwa hukum menghafal Alquran adalah fardhu kifayah.Jika diantara anggota masyarakat dapat melaksanakan dan mampu menghafal Alquran maka terlepas dosa atas yang lainnya.Dan jika diabaikan dan tidak mau menghafalnya maka berdosa semua masyarakat di daerah tersebut.Pada prinsipnya kekuatan hukum seperti ini dimaksudkan untuk menjaga Alquran dari pemalsuan, pergantian dan perubahan yang telah terjadi bagi kitab-kitab sebelumnya yaitu Zabur, Taurat, dan Injil.[3]
Kondisi kemampuan baca dan menghafal Alquran siswa Sekolah Menengah Pertamapada saat ini masihmemprihatinkan, sekalipun sebagian besar siswa adalah beragama Islam.Ternyata kemampuan membaca Alqurannya sangatlah minim.Lemahnya kemampuan baca Alquran tentu saja akan berimplikasi terhadapberkurangnya intensitas untuk selalu berinteraksi dengan Alquran yang padagilirannya akan menyebabkan jauhnya pengetahuan dini siswa tersebut terhadap pengamalan Alquran itusendiri.
Demikian pula dalam menghafal ayat suci Alquran siswa kurang mampu menghafal dengan baik sebagian siswa kurang teliti dalam pengaturan ayat per-ayat, dan kurang lancar menghafal. Minat menghafal masih minim dan bahkan suatu beban yang berat bagi siswa.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama mengajar di SMPN 2 Peusangan Selatan, fenomena yang terlihat bahwa membaca dan menghafal Alquran kurang diminati siswa.Bahkan ada anggapan belajar membaca dan menghafal Alquran sebagai suatu kewajiban dibalai pengajian, bukan di sekolah. Sementara itu jika ditinjau dari kemampuan membaca Alquran diketahui bahwa sebahagian besar siswa kelas VII kurang mampu membaca dan menghafal Alquran dengan lancar, serta kurang mengenal hukum-hukum tajwid, sehingga bacaan Alquran siswa tidak sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajnya.
Untuk menghilangkan rasa bosan siswa mengikuti materi pelajaran Alquran, maka guru perlu melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca dan menghafal Alquran. Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan metode mengajar yang tepat. Salah satu metode yang dapat digunakan guru adalah metode Al-Bayan.Metode Albayanyang diperkenalkan oleh Ustaz Otong Surasman pada tahun 2008 dan telah disosialisasikan seluas-luasnya untuk guru-guru, guru pengajian serta majlis ta’lim, melalui seminar umum..
Metode Al-Bayan merupakan cara belajar Alquran secara cepat, tepat dan praktis, waktu pertemuan yang lebih singkat, menekankan membaca dengan benar sesuai dengan kaidah tajwid, pelajaran tersusun secara sistematis, dan dilengkapi dengan bantuan cara membaca versi Indonesia. Selain itu ada visualisasi huruf hijaiyah, sehingga mudah dipahami siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca dan Menghafal Alquran Melalui Metode Al-Bayan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Peusangan Selatan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ikni adalah “Bagaimana peningkatan kemampuan siswa membaca dan menghafal Alquran sesudah menggunakan metode Al-Bayan di Kelas SMP Negeri 2 Peusangan Selatan?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut “Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa membaca dan menghafal Alquran sesudah menggunakan metode Al-Bayan di kelas VII SMP Negeri 2 Peusangan Selatan.”
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dibuat batasan istilah sebagai berikut:
1. Meningkatkan adalah “menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya.), mempertinggi”.[4] Dengan demikian meningkatkan yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah mempertinggi atau membuat semakin meningkat. Sedangkan kemampuan adalah “kesanggupan, kecakapan, kekuatan”.[5] Kemampuan yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah kecakapan. Jadi meningkatkan kemampuan berarti mempertinggi kecakapan atau membuat kecakapan semakin meningkat.
2. Farida Rahim berpendapat bahwa “Membaca adalah proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam kata-kata lisan”.[6] Dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan membaca adalah suatu proses mengartikan simbol-simbol tulis kedalam bunyi
3. Menghafal dalam bahasa Arab berasal dari kata ﺤﻔﻅﺎ -ﻴﺤﻔﻅ- ﺤﻓﻅ yang berarti menjaga, memelihara dan melindungi,[7] adapun menghafal dalam Kamus Bahasa Indonesia bahwa menghafal berasal dari kata dasar hafal yang berarti “telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan diluar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan “me” menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresap kedalam pikiran agar selalu ingat.[8]Jadi menghafal adalah usaha sadar siswa dalam mengingat dan mengucapkan suatu kalimat di luar kepala guna terpelihara pengetahuan yang telah didapatnya .
4. Sedangkan secara terminologi “Alquran adalah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.yang ditulis dalam mushaf”.[9]Jadi Alquran yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah nama bagi seluruh firman Allah Swt. yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. yang terdapat dalam mushaf Alquran. Dalam hal ini dibatasi kepada ayat-ayat pendek yang terdapat dalam Alquran.
5. Metode Al-Bayan adalah metode yang mengajarkan cara cepat belajar Alquran dengan cara yag baik dan benar menurut ilmu tajwid, disusun secara sistematis, dilengkapi dengan pengetahuan tajwid praktis dan dibantu dengan cara membaca versi Indonesia, bacaannya menggunakan bacaan yang sudah umum di Indonesia, yakni bacaan menurut riwayat Imam Hafsh ‘an ̔Asim Ţariq Syatibiyyah.[10] Jadi dengan metode ini diharapkan pelajar dengan cepat dapat baca Alquran. Metode Al-Bayan mampu mempersingkat waktu menjadi tiga bulan saja. Dengan rentang pengajaran antara 16-18 pertemuan, siswa bisa dengan lancar membaca Alquran, dan pemahamam ilmu tajwid dan makhraj al-huruf merupakan hal yang paling pokok dalam kajian bacaaan Alquran.
Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adalah kajian tentang mempertinggi kecakapan siswa dari proses penerjemahan simbol-simbol dari tulisan kedalam kata-kata lisan (menyebutkan yang tertulis), mengingat dan mengucapkan ayat-ayat pendek yang terdapat dalam Alquran dengan mengimplementasikan metode Al-Bayan dalam pembelajaran.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai pembelajaran bagi siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal Alquran dengan baik sesuai dengan hukum tajwid.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru dalam meningkatkan kemampuan siswa membaca dan menghafal Alquran, khususnya kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Peusangan Selatan.
3. Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah dalam membina guru-guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajarkan materi Alquran.
4. Sebagai bahan masukan kepada peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A. Kerangka Teoritik
1. Kemampuan Membaca Alquran
Secara etimologi kemampuan berarti “kesanggupan, kecakapan, kekuatan”.[11]Jadi kemampuan yang dimiliki seseorang menunjukkan kesanggupan, kecakapan dan kekuatannya melakukan sesuatu. Jika dikaitkan dengan kegiatan belajar, maka kata kemampuan cenderung pada pengertian kecakapan, yaitu kecakapan yang dimiliki seseorang setelah melalui proses belajar.
Secara teoritis dikemukakan adanya kemampuan umum (dimiliki dan berlaku bagi semua manusia) dan kemampuan khusus (yang hanya diperlakukan bagi kelompok propesi tertentu sesuai dengan tugas yang diembannya).[12] Demikian halnya siswa memiliki kemampuan bawaan yang berlaku bagi dirinya, Kemampuan tersebut dapat diartikan dengan inteligensi, inteligensi menunjukkan pada ranah berpikir abstrak, dan inteligensi merupakan kemampuan untuk merespon stimulus dari luar dengan cepat dan tepat. Inteligensi tersusun atas beberapa kemampuan primer dan sekunder, yang berperan untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan tertentu, sebagaimana berikut:
1) Verbal Meaning, kemampuan untuk memahami ide yang berwujud kata atau gagasan yang dinyatakan dalam bentuk bahasa.
2) Number Facility, yaitu kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk bekerja dengan bilangan.
3) Reasoning, yaitu kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk memecahkan masalah-masalah yang pelik.
4) Perceptual Speed, yaitu kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk mengenal persamaan dan perbedaan antara berbagai objek dan simbul.\
5) Spatial relation, yaitu kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk memahami dan mengubah sesuatu menjadi sajian yang berupa gambar, skema atau wujud lain yang mengambarkan ruang.[13]
Selain kemampuan umum yang harus dimiliki oleh siswa ada kemampuan khusus yang yang diperlukan bagi siswa demi menunjang kreatifitas dan minat siswa dalam melaksanakan dan menunjang prestasi belajar.
Berkaitan dengan membaca, ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan membaca, diantaranya adalah:
Farida Rahim berpendapat bahwa “Membaca adalah proses menerjemahkan simbol tulis ( huruf ) kedalam kata-kata lisan”.[14] Membaca merupakan proses menerjemahkan simbol yang tertulis kedalam bunyi.
DP.Tampubolon berpendapat bahwa “Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan”.[15] Membaca merupakan kegiatan yang ditimbulkan oleh fisik ( panca indra) dan mental berkembang menjadi suatu kebiasaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “membaca adalah mengeja, melafadhkan apa yang tertulis, mengucapkan, serta melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya di hati)”.[16] Jadi menurut pengertian ini membaca adalah mengucapkan kata-kata yang tertulis dengan mengeja hanya dalam hati atau melafadhkan secara lisan.
Henry Guntur Tarigan mengungkapkan bahwa membaca adalah “suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”.[17]Dengan demikian, membaca merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari bahasa tulis yang dibaca.
Dari pendapat tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental dan memahami informasi sebanyak-banyaknya dari teks tertulis.Untuk memperoleh informasi berkembang menjadi suatu kebiasaan.Namun yang ingin dikembangkan dalam kajian ini adalah membaca secara harfiah isi kandungan Alquran.
Kemampuan membaca dapat diperoleh dari minat baca yang dimilikiseseorang. selanjutnya Suryabrata mengatakan bahwa kebiasaan membaca seseorang diakui atau tidak justru berkaitan dengan minat baca yang dimilikinya. Lebih jauh ia mengatakan bahwa seseorang yang berminat terhadap sesuatu akan bersungguh-sungguh melakukan sesuatu yang diminatinya. Begitu juga dengan minat baca seseorang terhadap sesuatu bacaan. Apabila ia berminat terhadap sesuatu bacaan, maka ia akan bersungguh-sungguh membaca bacaan yang diminatinya untuk mendapatkan berbagai informasi atau tujuan lain dari hasil bacaan itu. untuk mengetahui perkembangan informasi dewasa ini, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sering harus dilakukan. Jika tidak, seseorang akan ketinggalan informasi,[18]seperti media-media cetak (Alquran, majalah, buku dll). Membaca merupakan gerbang ilmu pengetahuan.Dengan bacaan dapat mengetahui segala pengetahuan dan dapat menggali segala informasi dari segi intelektual, sosial, budaya, komunikasi dan lain sebagainya.
Kemampuan membaca Alquran dapat diketahui dari pengetahuan seseorang membaca huruf-huruf hijaiyah yang terdapat dalam Alqurandengan lancar, sesuai dengan ketentuan ilmu membaca Alquran, seperti makhraj dan tajwid.Henry Guntur Tarigan menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu: (1) Pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca. (2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-Unsur linguistik yang formal. (3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.[19]Dengan demikian ketrampilan membaca Alquran merupakan mengetahui huruf-huruf dengan makhraj, tajwįd dan tanda baca. dari kolerasi tersebut dapat mengetahui lebih lanjut makna yang terkandung dalam Alquran.
Selain dari itu hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam menyajikan membaca teknis atau melancarkan adalah sebagai berikut: (a) Guru menyediakan bahan bacaan yang sudah dibahas dalam pelajaran membaca dalam hati dan membaca bahasa. (b) Kata-kata atau bagian-bagian kalimat yang sukar untuk dilafalkan atau salah dibaca dijadikan bahan untuk mengadakan latihan lafal atau intonasi. (c) Guru menyuruh seorang murid yang dianggap sudah dapat dijadikan teladan dalam membaca lancar, untuk membacakan satu alinea atau lebih. (d) Guru mengundang murid-murid lain untuk mengemukakan pendapatnya: Apakah masih ada yang perlu diperbaiki. (e) Kelas diberi giliran. Sedapat mungkin dihindari cara giliran menurut abjad atau barisan dan sebagainya. (f) Kesalahan-kesalahan disuruh diperbaiki oleh teman-temannya menurut teknik yang menjamin ketertiban. (g) Untuk memelihara adanya perhatian, sewaktu-waktu guru membacakan kisah pendek yang menarik. (h) Lima atau sepuluh menit terakhir dapat dipergunakan untuk memasukkan unsur kompetisi dengan memberi kesempatan kepada murid-murid untuk terus mendapat giliran sampai ia membuat kesalahan.[20]Teknik membaca sebagaimana yang telah disebutkan diatas merupakan cara yang efektif bagi guru-guru dalam memberikan materi bacaan pada siswa agar siswa tertarik untuk membaca, termotivasi dan menumbuhkan minat baca sehingga siswa dapat membaca dengan lancar tanpa harus mengeja huruf perhuruf atau kata perkata.
Namun dalam bacaan Alquran perlu penekanan pada makhraj dan tajwįd karena makraj mengatur tentang hukum-hukum membaca tajwįd dan makhraj menjelaskan tentang tata cara keluarnya huruf ketika melafalkan huruf tersebut. Agar bacaan siswa sesuai dengan makhraj dan tajwid, maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam pengajaran membaca Alquranadalah sebagai berikut: (1) Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari Alif sampai dengan ya. (2) Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf itu. (makhraj), (3) Bentuk dan fungsi tanda baca seperti syakal, syaddah, tanda panjang (mãd), tanwĩn dan sebagainya.(4) Bentuk dan fungsi tanda baca berhenti membaca (waqaf) seperti waqafmutlak, wakaf jawaz dan sebagainya.(5) Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama dan bermacam-macam qiraat yang dimuat dalam ilmu qiraat.(6) Adab al-tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca Alquransesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.[21]
Berdasarkan uraian di atas kemampuan membaca Alquran adalah kecakapan dalam melafadhkan huruf hijaiyah dan kalimat (kata), tanda-tanda baca, cara mengucapkan huruf Arab dengan makhrajnya dan tajwidnya dengan tepat dan lancar.
2. Kemampuan Menghafal Alquran
Menghafal dalam Kamus Bahasa Indonesia bahwa menghafal berasal dari kata dasar hafal yang berarti “telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan “me” menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresap kedalam pikiran agar selalu ingat.[22]
Menghafal Alquran merupakan hal yang penting dalam menjaga kemurnian dan keaslian Alquran. Dalam bahasa Arab kata menghafal berasal dari kata ﺤﻔﻅﺎ- ﻴﺤﻔﻅ - ﺤﻓﻅ yang berarti menjaga, memelihara dan melindungi[23]. Jadi menghafal adalah usaha sadar siswa dalam mengingat dan mengucapkan suatu kalimat supaya terjaga kemurniannya.
Menurut Sa’adulloh “para ulama sepakat bahwa hukum menghafal Alquran adalah farḍu kifayah. Sedangkan menghafal sebagian surah Alquran seperti al-Fatihah adalah farḍu ‘ain.Hal ini mengingat bahwa tidak sah shalat seseorang tanpa membaca Alquran”.[24]
Menurut para ulama sebagaimana dikemukakan Sa’adulloh[25] ada beberapa faedah menghafal Alquran adalah sebagai berikut: (1) Memberikan kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. (2) mendapatkan anugerah dari Allah berupa ingatan yang tajam dan pemikiran yang cemerlang. (3) Mendorong seseorang yang hafal Alquran untuk berprestasi lebih tinggi dari teman-temannya yang tidak hafal Alquran sekalipun umur, kecerdasan dan ilmu mereka berdekatan. (4) Penghafal Alquran memiliki identitas yang baik, akhlak dan perilaku yang baik.(5) Penghafal Alquran mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik Arab dari landasannya secara thabi’i (alami) sehingga biasa fasih berbicara dan ucapannya benar. (6) Jika penghafal Alquran mampu menguasai arti kalimat-kalimat di dalam Alquran, berarti ia telah banyak menguasai kosakata bahasa Arab, seakan-akan ia telah menghafalkan sebuah kamus bahasa Arab.(7) Dalam Alquran banyak sekali kata-kata bijak (hikmah) yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Dengan menghafal Alquran seseorang akan banyak menghafalkan kata-kata tersebut. (8) Bahasa dan Ushlub (susunan kalimat Alquran) sangatlah memikat dan mengandung sastra Arab yang tinggi. (9) Dalam Alquran banyak sekali contoh-contoh yang berkenaan dengan ilmu nahwu dan sharaf. (10) Penghafal Alquran akan dengan cepat menghadirkan ayat-ayat hukum yang diperlukan dalam menjawab suatu persoalan hukum. (11) Penghafal Alquran setiap waktu akan selalu memutar otaknya agar hafalan Alqurannya tidak lupa. Hal ini akan menjadikan hafalannya kuat, ia akan terbiasa menyimpan memori dalam ingatannya. Dengan demikian faedah menghafal Alquran sangat banyak. Hal ini tentu akan menjadi motivasi bagi umat Islam untuk menghafal ayat-ayat Alquran.
Dalam menghafal Alquran terdapat beberapa kaidah yang perlu diperhatikan, di antaranya:
(a) Keiklasan yang tulus dari hati serta tujuan yang baik menjadikan hafalan Alquran dan perhatiannya hanya untuk Allah swt.
(b) Memperbaiki ucapan dan bacaan. Hal ini dapat dilakukan denan cara mendengarkan dari qori yan baik atau hafidh yang sempurna.
(c) Menentukan batas hafalan setiap minggu.
(d) Jangan melampaui hafalan wajib mingguan hingga hafalan menjadi benar dan sempurna.
(e) Gunakan satu rasm untuk mushaf hafalan. Karena hafalan dapat terekam melalui Oudio-Visual.
(f) Memahami ayat-ayat dari hafalan dan mengetahui keterkaitan antara sebagian ayat dengan ayat yang lainnya.
(g) Jangan melewati bacaan wajib hingga anda mengikat yang pertama dengan yang terakhir.
(h) Mengulangi dan memperdengarkan hafalan secara rutin.
(i) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa. Karena sangat banyak ayat-ayat yang serupa yang terdapat dalam Alquran hingga terkadang pembaca Alquran salah.
(j) Gunakan kesempatan tahun-tahun emas untuk menghafal. Yaitu usia 5-10 tahun hingga 23 tahun.
(k) Dengarkan kaset-kaset Alquran.
(l) Lakukan shalat dengan membaca bacaan baik itu shalat fardhu atau shalatsunat.[26] Untuk mendapatkan hafalan yang baik dan sempurna dengan target waktu yang diinginkan, maka kaidah yang telah diuraikan diatas dapat menjadi pertimbangan bagi penghafal Alquran.
Dalam menghafal Alquran orang mempunyai metode dan cara yang bermacam-macam. Namun tujuan dari metode tersebut adalah upaya untuk dapat mempercepat hafalan dan memperlambat kelupaan.
Proses menghafal Alquran dilakukan melalui proses bimbingan seorang guru tahfizh. Dalam proses tersebut bimbingan dilakukan melalui lima kegiatan penting, yaitu: Bi an-nazhar, Tahfizh, Talaqqi, Takrir, dan Tasmi’[27], kesemuanya ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bi al-nazhar, yaitu Membaca dengan cermat ayat-ayat alquran yang akan dihafal dengan melihat mushaf alquran secara berulang-ulang. Proses bi an-naẓar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau 41 kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafad maupun urutan ayat-ayatnya. Agar lebih mudah dalam peruses menghafalnya maka proses bin nazhar ini diharapkan calon pembaca juga mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.
2. Tahfidh, yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat alquran yang telah dibaca berulang-ulang secara cermat. Misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek sampai tidak terdapat kesalahan sedikitpun. Setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut sudah dapat dihafal dengan baik lalu ditambah dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya sehingga sumpurna. Kemudian rangkaian ayat tersebut diulang kembali sampai benar-benar hafal. Setelah yakin materi satu ayat dapat dihafal dengan lancer kemudian pindah kepada materi berikutnya. Cara merangkaikan hafalan urutan kalimat dan ayat dengan benar yaitu setiap selsai menghafal materi yang berikutnya harus selalu diulang-ulang mulai dari ayat pertama dirangkaikan dengan ayat kedua kemudian dirangkaikan dengan ayat ketiga hingga ayat-ayat berikutnya. Setelah satu halama selesai dihafal, diulang kembali dari awal sampai tidak ada kesalahan, baik lafadh maupun urutan ayat-ayatnya. Setelah halaman yang ditentukan dapat dihafal dengan baik dan lancer lalu baru dilanjutkan untuk menghafal halaman berukutnya. Dalam hal merangkai hafalan perlu diperhatikan sambungan akhir halaman terbut dengan awal halaman berikutnya sehingga halaman itu akan terus sambung-menyambung.
3. Talaqqi, yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau instruktur. Guru tersebut haruslah seorang hafid alquran, telah mantap agama dan ma’rifatnya, serta dikenal mampu menjaga dirinya. Proses talaqqi ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan calon hafiḍ yang mendapatkan bimbingan seperlunya. Seyogyanya guru tahfid juga hendaknya yang benar-benar mempunyai silsilah guru sampai kepada Nabi Muhammad SAW..
4. Taqrir, yaitu mengulang hafalan atau memperdengarkan hafalan yang pernah dihafalkan kepada guru tahfiḍ. Taqrir diamaksudkan agar hafalan yang pernah dihafalkan tetap terjaga dengan baik agar hafalan yang dihafal lancar dan tidak mudah lupa. Maka disini dapat dibagi waktu menghafal materi hafalan baru pada pagi hari, dan sore hari untuk mengulang materi yang telah dihafalkan.
5. Tasmi’, yaitu Memperdengan hafalan kepada orang lain baik perorangan maupun pada jamaah. Dengan tasmi’dapat mengetahui kekurangan pada diri penghafal, karena bisa saja ia lemah dalam mengucapkan huruf atau harakat. Dengantasmi’ seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalannya.
Metode yang digunakan untuk menghafal alquran di antaranya adalah: (a) Metode keseluruhan, yaitu membaca satu halaman dari baris pertama sampai baris terakhir secara berulang-ulang sampai hafal (b) Metode bagian, yaitu orang menghafal ayat demi ayat atau kalimat demi kalimat yang dirangkaikan sampai satu halaman (c) Metode campuran, yaitu kombinasi antara metode seluruhnya dengan metode bagian.[28]Dalam hal ini guru dapat menggunakan salah satu di antara metode tersebut dalam mengajarkan menghafal Alquran.
3. Metode Al-Bayan
a. Pengertian metode Al-Bayan
Metode mempunyai peran penting dalam menyampaikan materi pelajaran.Keberhasilan pembelajaran banyak ditentukan oleh metode yang digunakan guru dalam mengajar.Metode mengajar adalah “suatu cara yang dapat digunakan pendidik dengan berbagai teknik dalam proses belajar mengajar agar materi pelajaran dapat dicerna dengan mudah serta efektif oleh peserta didik”.[29] Sementara itu Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa “metode pengajaran agama Islam adalah cara yang paling efektif dan efisien dalam mengajarkan agama Islam”.[30]
Metode dalam pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode yang dipakai sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.[31]
Metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dalam dunia proses Kegiatan belajar mengajar (KBM), metode jauh lebih pentingdari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran.Sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam prosestersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi keduaterpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran:tujuan, metode, materi, media dan evaluasi.[32]
Metode mengajar memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pembelajaran. Sejalan dengan hal ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Sejalan dengan hal ini Djamarah dan Zin mengatakan bahwa kedudukan metode dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: “(a) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik (b) Metode sebagai strategi pengajaran (c) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan”.[33]
1) Metode Sebagai alat motivasi ekstrinsik.Metode yang menarik dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa belajar.Dengan demikian metode dapat menjadi sumber motivasi dari luar dirisiswa atau menumbuhkan motivasi ekstrinsik.Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri peserta didik. Menurut Sardiman “motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Karena itu metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan kegiatan belajar seseorang”.[34]Penggunaan metode mengajar disesuakan dengan situasi dan kondisi suasana kelas dan jumlah siswa yang ada di dalam kelas tersebut. Menurut Djamarah dan Zain “penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah”.[35]Jadi metode mengajar dapat menjadi motivasi ektrinsik apabila dapat merangsang dan membangkitkan kegiatan belajar peserta didik.
2) Metode Sebagai Strategi Pengajaran. Proses belajar mengajar merupakan proses transfer pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai kepada siswa. Agar proses tersebut berlangsung dengan baik, guru harus mampu menerapkan metode yang tepat. Dalam hal ini guru harus mampu menggunakan teknik menyampaikan pelajaran agar siswa dapat mengikuti pelajaran secara efektif dan efisien dan mencapai tujuan yang ditetapkan.
3) Metode Sebagai Alat untuk Mencapai Tujuan.Metode merupakan alat yang digunakan untuk membantu guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini mengingat proses pembelajaran pada dasarnya dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Tujuan pembelajaran meliputi “kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik”.[36] Dengan demikian penerapan metode pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Pemanfaatan metode yang dilakukan dengan tepat akan mampu mempercepat tujuan pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain, “Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan.Ketika tujuan dirumuskan agar peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan”.[37]Oleh sebab itu dalam menggunakan metode pembelajaran guru harus mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan karakteristik siswa.
Pemilihan metode yang serasi dan seimbang bagi pelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam menyajikan pelajaran kepada anak didiknya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tayar Yusuf dan Yurnalis etek yang mengatakan: Seyogyanya para guru mestinya berusaha memilih metode yang serasi dan juga sedapat mungkin diselingi dengan yang haru sehingga para siswa merasakan adanya kesegaran ketika menerima pelajaran dalam kelas, mereka terhindar dari rasa bosan dan mengantuk. Pelajaran akan dirasakan tidak sulit dan disenangi berkat harmonisasi didalam pemakaian metode.[38]Dengan demikian jika metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa, maka hasil belajar siswa dapat diringkatkan, termasuk kemampuan siswa membaca Alquran.
Sebuah metode dikatakan baik dan cocok manakala bisa mengantarkepada tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal Alquran, metode yang baik akan berpengaruh kuat terhadap proses hifzhul Qur’an, sehingga tercipta keberhasilan dalam menghafal Alquran.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat, yang telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Diantara metode yang dapat digunakan guru dalam mengajarkan materi Alquran adalah metode Al-Bayan. Metode Al-Bayan merupakan salah satu metode yang dikembangkan untuk mempermudah pengajaran materi Alquran. Dalam hal ini yang dimaksud metode Al-Bayan adalah sebagai berikut:
Metode yang mengajarkan cara cepat belajar Alquran dengan cara yag baik dan benar menurut ilmu tajwid, disusun secara sistematis, dilengkapi dengan pengetahuan tajwid praktis dan dibantu dengan cara membaca versi Indonesia, bacaannya menggunakan bacaan yang sudah umum di Indonesia, yakni bacaan menurut riwayat Imam Hafsh ‘an Ashim Thariq Syathibiyyah.[39]
Meskipun metode ini belum menyebar secara luas, metode ini yang terus dikembangkan Otong ini telah dikenal di beberapa wilayah Jawa, Sumatera dan Sulawesi.Berbagai seminar dan pengadaan pengajianpun rutin dilakukan Otong guna memasyarakatkan metode ini.Penulis sendiri pertama sekali mengenal metode ini melalui seminar yang diselenggarakan di gedung GOR kedokteran di Lhoksemawe pada tahun 2009.
Namun tak ada kata terlambat untuk terus mempelajari Alquran.Sekarang, bukan hanya umat Islam yang menggali Alquran, masyarakat Barat juga sudah memulai untuk terus mengkaji kandungan Alquran. Maka dari itu, kita berharap dengan memulai belajar membaca dengan baik dan benar menjadi awal guna mendalami rahasia demi rahasia Alquran.
b. Langkah langkah pelaksanaan Metode Al-Bayan
Metode Al-Bayan menggunakan tingkat usia sekolah dan jumlah pertemuan sebagai tolok ukur pembelajarannya, sehingga mempunyai masa pembelajaran yang berbeda sebagaimana yang terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Tingkat Usia Sekolah dan Jumlah PertemuanMetodeAl-Bayan
Usia Sekolah
Waktu yang Diperlukan
Buku Panduan
TK B s/d Kelas 3 SD
21 pertemuan
Jilid 1
Kelas IV SD s/d 3 SMP
18 pertemuan
Jilid 2
SMA s/d Seterusnya
16 pertemuan
Jilid 3
Sementara itu bagi yang ingin megajar dan belajar mandiri, dengan metode al-Bayan, cukup menggunakan jilid 4. Dengan demikian hingga pertemuan terakhir, dijamin akan mampu membaca Alquran dengan baik, lancar, menguasai bacaan panjang pendek, bacaan dengung (gunnah), dan hukum-hukum bacaan panjang (mad).
Kelebihan menggunakan metode al-Bayan adalah “waktu pertemuan biasa dipersingkat jika hanya ingin menguasai cara membaca dengan bacaan panjang pendek. Jumlah pertemuan akan berkurang 11 (sebelas) kali pertemuan pada semua tingkatan usia”.[40] Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8
Pengurangan Jumlah Pertemuan Jika Hanya Ingin MenguasaiCara Membaca dengan Bacaan Panjang Pendek Pada Metode Al-Bayan
Usia Sekolah
Waktu yang Diperlukan
TK B s/d Kelas 3 SD
10 pertemuan
Kelas IV SD s/d 3 SMP
7 pertemuan
SMA s/d Seterusnya
5 pertemuan
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari penggunaan metode Al-Bayan, maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Gunakan skema proses pembelajaran, yakni 7 (tujuh) pertemuan untuk menguasai cara membaca, dan 11 (sebelas) pertemuan untuk menguasai cara membaca yang benar dengan ilmu tajwid.
2) Tidak berpindah ke pertemuan selanjutnya jika pertemuan sebelumnya belum dikuasai.[41]
Skema proses pembelajaran untuk 7 (tujuh) kali pertemuan dapat dilihat pada skema berikut ini:
Skema 1: Proses Pembelajara 7 (tujuh) Pertemuan
Dalam pertemuan pertama sampai ketujuh adalah Penguasaanterhadap pengenalan huruf hijaiyah pemantapan huruf hijaiyah dan juga huruf- huruf hijaiyah yang berharakat fathah, kemudian dilanjutkan dengan pemantapan harakat kasrah, fathah,dandhammah serta ditambahkan cara melafadhkan huruf mati.Adapun dalam metode ini menjelaskan tentang cara membaca mad Asli atau yang disebut dengan panjang sederhana fathah, panjang sederhana kasrah dan panjang sederhana dhammah serta bacaan huruf hijaiyah yang berharakat tanwin atau harakat campuran.
Selanjutnya skema proses pembelajaran 11 (sebelas) kali pertemuan untuk menguasai cara membaca ( tajwid). dapat dilihat pada skema berikut ini:
Skema 2:Proses Pembelajara 11 (sebelas) Pertemuan
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa metode Al-Bayan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa pada membaca dan menghafal Alquran.Namun walaupun yang terlihat dalam tabel diatas banyaknya pertemuan yang harus dilaksanakan untuk penelitian ini penulis merancang 2 pertemuan saja karena hanya membaca dan menghafal ayat Al-Mã’ūn dan Al-Fĩl.
Sebenarnya banyak metode khusus dalam menghafal Alquran. Namun cara menghafal metode Al-Bayan sangat sederhana dalam pemantapan huruf hijaiyah misalnya, ada beberapa langkah yang harus dijalani yaitu: menghafal huruf hijaiyah dengan cara bertingkat. Dengan cara membagi huruf hijaiyah menjadi 8 bagian, atau empat bagian, setelah huruf tersebut dibagi, hafalkan bagian pertama kemudian gabungkan!, ulangi hafalan pertama, lalu hafal bagian kedua lalu gabungkan dengan hafalan pertama, ulangi hafalan pertama dan kedua. Begitu selanjutnya hingga selesai bagian yang ingin dihafal.[42] Sesuai dengan uraian di atas dapat dikatakan cara menghafal dalam metode Al-Bayan merupakan metode yang sangat sederhana yang biasa di implementasikan untuk siswa kelas VII SMP Negeri 2 Peusangan Selatan .
c. Kelebihan MetodeAl-Bayan
Dunia pendidikan mengakui bahwa suatu metode pengajaran senantiasa memiliki kekuatan dan kelemahan. Keberhasilan suatu metode pengajaran sangat ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :(1.) Kemampuan guru; (2.)Siswa; (3.)Lingkungan; (4.)Materi pelajaran; (5.)Alat pelajaran; (6.)Tujuan yang hendak dicapai.Dalam mengajarkan baca tulis Alquran harus menggunakan metode. Dengan menggunakan metode yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan merata bagi siswa.
Semua metode yang ditawarkan oleh peneliti memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun metode Al-Bayan kelebihan yang dimiliki sebagai berikut: (a) Cara belajar yang tepat, cepat, dan praktis. (b) Al-Bayan menggunakan tingkat usia dan jumlah pertemuan sebagai tolak ukur. (c) Waktu pertemuan yang lebih singkat jika hanya menguasai cara membaca dengan bacaan panjang-pendek saja. (d) Penggabungan membaca huruf arab dengan membaca yang benar menurut ilmu tajwid. (e) Pelajaran yang tersusun sistematis, yang dilengkapi dengan bantuan cara membaca versi Indonesia. (f) Contoh latihan pada setiap akhir pertemuan yang diambil dari Alquran standard Madinah dengan pemberian tanda sesuai dengan materi. (g) Ilustrasi yang memvisualisasikan huruf hijaiyah. Selanjutnya manfaat dari penggunaan metode Al-Bayan adalah sebagai berikut: (1) Terbebas dari buta huruf Alquran. (2) Mempermudah belajar membaca Alquran. (3) Dapat membaca Alquran dengan baik dan benar dan menguasai pengetahuan ilmu tajwid.[43]
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1
Kerangka Berpikir dalam Proses Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dijelaskan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada Bab I, yang kemudian dikaitkan dengan kerangka teori dan kerangka pikir yang diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Dengan Metode Al-Bayan dapat meningkatkan kemampuan membaca Alquran siswa kelas VII SMP Negeri 2 Peusangan Selatan.
2. Dengan Metode Al-Bayan dapat meningkatkan kemampuan menghafal Alquran siswa kelas VII SMP Negeri 2 Peusangan Selatan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini digolongkan kepada Penelitian Tindakan Kelas.Penelitian tindakan kelas dalam istilah bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR).Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang diterangkan.
a. Penelitian, menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
c. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik.
Sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan di atas, Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.[44] Dengan demikian penelitian ini merupakan suatu tindakan untuk mencari pemecahan masalah yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kemampuan siswa membaca dan menghafal Alquran.
Penelitian tindakan yang digunakan adalah penelitian partisipan, yaitu peneliti terlibat secara penuh dan langsung dalam proses penelitian mulai dari awal hingga akhir. Dan peneliti berkolaborasi dengan seorang guru pendidikan Agama Islam SMP Negeri 2 Peusangan Selatan untuk membantu mencari solusi yang efektif dalam pembelajaran dengan menerapkan metode Al-Bayan sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal Alquran siswa.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 2 Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ketiga Tahun Ajaran 2015-2016 bulan September dan Nopember. Penentuan waktu ini mengacu kepada kalender akademik sekolah, Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan sejalan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, yaitu3 jam pelajaran perminggu dengan 1 kali pertemuan.
3. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Peusangan Selatansebanyak 21 orang yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 16 orang perempuan.
4. Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dari:
a. Siswa, yaitu untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa membaca dan menghafal Alquran.
b. Guru, yaitu untuk melihat pelaksanaan pembelajaran dalam penerapan metode Al-Bayan dalam mengajarkan membaca dan menghafal Alquran.
c. Teman sejawat, yaitu untuk melihat penerapan penelitian secara komprehensif.
C. Instrumen Pengumpul Data
Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian tindakan kelas ini maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Tes, dipergunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan peserta didik.
2. Observasi, peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap obyek dan aktivitas dalam proses pembelajaran dengan metode Al-Bayan.
3. Wawancara, kegiatan yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada informan berkenaan dengan permasalahan yang diteliti.
4. Kajian dokumen, peneliti mengolah data dokumen dari hasil evaluasi terhadap hasil pembelajaran dengan metode Al-Bayan
D.Prosedur Penelitian
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model tahapan penelitian tindakankelas dengan bagan yang berbeda, namun pada intinya tiap tahap pelaksanaan mencakup 4 (empat) tahap yaitu: (1) perencanaan (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi dalam setiap siklus, apabila pada siklus I tindakan tidak berhasil maka dilanjutkan pada siklus II. Adapun tahapan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2
Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
E. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan terdiri data kuantitatif dan kualitatif sebagaimana yang diuraikan berikut ini:
1. Analisis Data Kualitatif
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Mereduksi data, yaitu membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu. Ada dua langakah dalam mereduksi data, yaitu identifikasi satuan (unit) dan diikuti dengan membuat koding.[45] Reduksi data dilakukan untuk memilih data yang dibutuhkan mengingat data yang dikumpulkan dari lapangan penelitian cukup banyak.
b. Penyajian (Display) Data
Setelah reduksi data, maka analisis data dilanjutkan dengan penyajian (display) data.[46] Penyajian data diarahkan untuk mengorganisasikan, menyusun dan menghubungkan data yang diperoleh sehingga lebih mudah dipahami. Penyajian data dilakukan dalam bentuk deskriptif dan tabulasi.
c. Verifikasi Data (Conclusion Drawing)
Setelah penyajian data, maka analisis data dilanjutkan dengan “menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data”.[47] Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk memperoleh bukti-bukti inin disebut sebagai verifikasi data. Jika kesimpulan yang dibuat pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel.Pada langkah verifikasi ini peneliti masih tetap terbuka untuk menerima masukan data.Hanya data yang memiliki persyaratan tertentu saja yang diperlukan peneliti. Persyaratan data yang dapat diproses dalam analisis lebih lanjut seperti, absah, berbobot, dan kuat, sedangkan data lain yang tidak menunjang, lemah, dan menyimpang jauh dari kebiasaan harus dipisahkan.
Analisis Data Kuantitatif
Data-data yang sifatnya kuantitatif dari pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dianalisis secara statistikdengan menggunakan teknik persentase. Dalam hal ini rumus yang dijemukakan Anas Sudijono berikut ini:
Keterangan:
f = frekuensi yang dicari persentasenya.
N = Jumlah frekuensi (sampel).[48]
Data kuantitatif tersebut selanjutnya diinterpretasikan berdasarkan pendapat Arikunto,[49] berikut ini:
Tabel 10
Interpretasi Skor
Persentase aktivitas belajar
Kategori
81% ≤ P < 100%
61% ≤ P < 100%
41% ≤ P < 100%
21% ≤ P < 100%
0% ≤ P < 100%
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kerja ilmiah, untuk melakukannya mutlak dituntut keobjektifan data.Untuk memenuhi kriteria ini maka faktor kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) harus terpenuhi. Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.[50] Karena itu apabila kriteria validitas dan reliabilitas tidak terpenuhi maka tentu saja proses penelitian tindakan kelas ini perlu dipertanyakan keilmiahannya. Sehubungan dengan itu pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi uji kredibilitas dengan teknik-teknik sebagai berikut:
Perpanjangan
Pengamatan
Triangulasi
Diskusi dengan
Teman
Gambar 3.3 Skema Uji Kredibilitas Data
G.Indikator Kinerja
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila memenuhi beberapa syarat sebagai berikut.
a. 85 % siswa mampu membaca Alquran sesuai dengan indikator yang ditetapkan setelah menggunakan metode Al-Bayan.
b. 85% siswa mampu menghafal Alquran sesuai dengan indikator yang ditetapkan setelah menggunakan metode Al-Bayan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
a. Hasil Belajar Siswa Pratindakan
Hasil belajar pada pratindakan masih tergolong kurang.Rencana tindakan di anggap sukses atau efektif bila kemampuan membaca dan menghafal siswa tuntas atau mencapai >85%. Pada pratindakan diberi tes awal Adapun rekapitulasi persentase ketuntasan hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 25:
Tabel 25
Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pratindakan
Nilai
Kategori penilaian
Frekuensi
Bobot skor
Persentase %
Rata-rata
T
TT
85-100
75-84
65-74
0 -64
Sangat baik
baik
cukup
kurang
2
5
5
9
175,8
397,9
351,2
522,9
12,1%
27,5%
24,3%
36,1%
1447,8
21
= 68,9
Jumlah
7
14
1447,8
100
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VII1pada tes awal pratindakan adalah 68,9. Siswa yang tuntas hanya 7 orang (33,3%), dan yang tidak tuntas sebanyak 14 orang (66,7%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:
Gambar 5
Grafik Ketuntasan kemampuan membaca dan menghafalpada Pratindakan
b. Aktivitas Mengajar guru
Sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan metode ceramah, di mana peneliti menjelaskan materi dengan memberikan contoh-contoh yang berhubungan dengan cara membaca dan menghafal alquran. Hasil observasi aktivitas mengajar guru terhadap pelaksanaan pembelajaran pratindakan tanpa menggunakan metode al-bayan dapat dilihat Tabel 26 berikut:
Tabel 26
Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru pada Pratindakan
No
Indikator
Pengamat
1
Kegiatan awal
1. Memberikan Apersepsi
2. Memberikan motivasi
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
4. Menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran
3
3
2
3
2
Kegiatan inti
1. Mengamati
2. Menanya
3. Eksperimen/explore
4. Asosiasi
5. Komunikasi
3
3
3
2
2
3
Kegiatan akhir
1. Melaksanakan tes
2. Membuat kesimpulan sesuai materi
2
2
Jumlah
28
Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase, skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Untuk menghitung persentase nilai rata-rata adalah dengan cara membagi jumlah skor perolehan dengan skor maksimal dikalikan 100%. Berdasarkan data observasi dari pengamat pada tersebut terhadap pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti diperoleh skor 28 dan skor maksimal 44, maka 28 : 44 x 100% = 63,6%. Dengan demikian persentase nilai rata-rata aktivitas guru pratindakan adalah 63,6%. Berarti taraf keberhasilan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan observasi pengamat termasuk dalam kategori kurang dengan kata laintidak berhasil. Hal ini perlu direfleksi dan membuat rencana tindakan pada pertemuan selanjutnya.
c. Hasil Responkemampuan membaca dan menghafal Siswa
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung ada beberapa hal yang terlihat dari siswa, yaitu:
1. Kurangnya perhatian dari siswa, ketika guru menjelaskan materi membaca al-quran masih banyak siswa yang tidak serius memperhatikan dan ada yang saling berbicara, keluar masuk kelas dengan alasan sesak pipis, mencoret-coret buku, merobek-robek kertas sampai halus kemudian membuangnya sembarangan, dan ada juga yang ketiduran dengan alasan membantu orang tua berjualan pisang goreng jadi kurang tidur malam.
2. Banyak siswa yang tidak mau bertanya terhadap materi yang belum jelas atau belum mengerti dan hanya sedikit yang aktif.
3. Bila ada pertanyaan, siswa tidak berani mengemukakan jawaban sehingga suasana belajar menjadi pasif. Siswa bersikap cuek dan sibuk dengan urusan pribadi, acuh tak acuh terhadap materi yang sedang dipelajari.
1) Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
Kegiatan yang dilakukan pada siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah :
1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah;
2. Merencanakan pembelajaran yang berisikan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode al-bayan;
3. mengembangkan rencana kegiatan harian berdasarkan silabus;
4. mengembangkan format penilaian proses dan hasil belajar; dan
b. Pelaksanaan Siklus I
Pembelajaran dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 21Nopember 2015 dan berlangsung mulai pukul 10.45 - 12.05 WIB (3 x 40 menit). Pembelajaran pada siklus I dilakukan dengan 1 x pertemuan.Pada pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan teman sejawat sebagai pengamat.Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan awal ( 10 menit )
Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.Guru memulai pembelajaran dengan membaca alquran surah /ayat pilihan.Memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.Memotivasi peserta didik dengan kegiatan yang ringan, seperti cerita motivasi.Menyampaikan tujuan pembelajaran.Mengajukan pertanyaan secara komunikatif materi sebelumnya dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.Kemudian guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.
2. Kegiatan inti ( 60 menit)
Dengan menggunakan pendekatan scientific kegiatan inti terdiri dalam lima tahap yaitu mengamati, menanya, eksperimen, asosiasi, dan komunikasi. Pertama sekali siswa mengamati dan memberi komentar tentang surat al-mujadalah ayat 11 yang ada pada buku teks pelajaran, kemudian membaca dalam hati, selanjutnya menyimak bacaan dari temannya yang sedang membaca. Selanjutnya pada tahap menanya dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan tentang hukum bacaan nun mati, tanda wakaf dan makharjnya. Secara berkelompok mencari data tentang hukum membaca alquran, mendiskusikanny. Selanjutnya melakukan analisis tentang cara membaca surat al mujadalah ayat 11 dengan baik dan benar. Kemudian mempresentasikan hasil diskusi tentang cara membaca dan menghafal surat al mujadalah ayat 11.Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, selanjutnya merumuskan kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan. Selanjutnya dengan bimbingan guru, peserta didik menghafal surat al-mujadalah ayat 11 yang telah dibacanya.
3. Kegiatan akhir (10 Menit)
Pada tahap akhir,bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.Guru memberikan reward kepada kelompok “terbaik”, yakni:kelompok yang benar dalam memaparkan hasil diskusinya dan kelompok yang paling baik dalam menanggapi pertanyaan dari kelompok lain. Guru menjelaskanmateri yang akandipelajari pada pertemuan berikutnya dan menyampaikan tugas mandiri terstruktur.Kemudian secara bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.
c. Observasi
Observasi dilakukan selama proses belajar mengajar menggunakan instrument yang telah disusun yaitu lembar pengamatan untuk guru dan lembar pengamatan siswa. Lembar observasi kegiatan guru dan siswa dapat dilihat pada Lampiran 7.
1) Kemampuan membaca dan menghafal Siswa Siklus I
Hasil belajar pada siklus I masih tergolong cukup.Rencana tindakan di anggap sukses atau efektif bila hasil belajar siswa tuntas atau mencapai >85%.Pada akhir siklus I ini peneliti memberikan tes untuk mengetahui apakah materi sudah dipahami oleh siswa.Hasil tes siklus I dapat di lihat pada lampiran 6b. Adapun rekapitulasi hasil tes belajar siklus I dapat dilihat pada Tabel 28 berikut:
Tabel 28
Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I
Nilai
Kategori penilaian
Frekuensi
Bobot skor
Persentase %
Rata-rata
T
TT
85-100
75-84
65-74
0 -64
Sangat baik
baik
cukup
kurang
12
3
-
-
-
-
3
3
1090,2
236,6
221,3
172
63,3
13,8
12,9
10
1720,5
21
= 81,9
Jumlah
15
6
1720,5
100
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VII1 pada tes siklus I adalah 81,9. Siswa yang tuntas mencapai 15 orang (71,4%), dan yang tidak tuntas sebanyak 6 orang (28,6%). Lebih jelasnya ditunjukkan pada Gambar 7 berikut:
Gambar 7
Grafik PersentaseKetuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I
2) Aktivitas Mengajar guru
Dalam kegiatan proses belajar mengajar pada siklus I ini guru mempergunakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan modul, di mana guru melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP. Dalam hal ini siswa mempraktekkan salat jumat sehingga menimbulkan stimulus dan respon yang menumbuhkan keaktifan pada siswa. Adapun aktivitas guru dapat dilihat pada Tabel 29 berikut:
Tabel 29
Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru pada Siklus I
No
Indikator
Pengamat
1
Kegiatan awal
1. Memberikan Apersepsi
2. Memberikan motivasi
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
4. Menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran
4
3
3
3
2
Kegiatan inti
5. Mengamati
6. Menanya
7.menganalisis
8. mengasosiasi
9. Mengkomunikasi
4
4
3
3
3
3
Kegiatan akhir
10.Melaksanakan tes
11.Membuat kesimpulan sesuai materi
4
3
Jumlah
37
Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase, skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Untuk menghitung persentase nilai rata-rata adalah dengan cara membagi jumlah skor perolehan dengan skor maksimal dikalikan 100%. Berdasarkan data observasi dari pengamat pada Tabel 29 terhadap pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti diperoleh skor 37 dan skor maksimal 44, maka 37 : 44 x 100% = 84,1%. Dengan demikian persentase nilai rata-rata aktivitas guru siklus I adalah 84,1%. Berarti taraf keberhasilan tindakan aktivitas guru yang dilaksanakan berdasarkan observasi pengamat termasuk dalam kategori baik.
3) Hasil Respon Belajar Siswa
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan modul salat jumat sangat positif.Berdasarkan hasil pengamatan ketika pembelajaran berlangsung, siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran, rasa senang itu terlihat ketika siswa disuruh untuk membaca alquran.Hasil respon siswa terhadap pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada Tabel 30. Berikut:
Tabel 30
Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I
No
Indikator
Pengamat
1
Kegiatan awal
1. Mendengarkan Apersepsi
2. Termotivasi
3. Memperhatikan penjelasan tujuan pembelajaran
4. Mendengarkan penjelasan tentang langkah-langkah proses pembelajaran
3
3
3
3
2
Kegiatan inti
5. Mengamati
6. Menanya
7.menganalisis
8. mengasosiasi
9. Mengkomunikasi
3
3
3
3
3
3
Kegiatan akhir
10. Melaksanakan tes
11. Membuat kesimpulan sesuai materi
4
3
Jumlah
34
Analisis data hasil observasi kegiatan siswa menggunakan analisis persentase, skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Untuk menghitung persentase nilai rata-rata adalah dengan cara membagi jumlah skor perolehan dengan skor maksimal dikalikan 100%. Berdasarkan data observasi dari pengamat pada Tabel 30 terhadap observasi kegiatan siswa diperoleh skor 34 dan skor maksimal 44, maka 34 : 44 x 100% = 77,2%. Dengan demikian persentase nilai rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 77,2%. Berarti taraf keberhasilan tindakan aktivitas siswa yang dilaksanakan berdasarkan observasi pengamat termasuk dalam kategori baik atau berhasil.
a. Refleksi Hasil Tindakan Siklus I
Untuk mengetahui apakah siklus I berhasil atau belum, maka perlu dilakukan refleksi. Hasil refleksi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil tes akhir siklus I nilai rata-rata mencapai 81,9. Ini belum memenuhi standar ketuntasan klasikal (>85%). Dengan demikian kriteria keberhasilan belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan untuk itu tindakan pembelajaran perlu dilanjutkan ke siklus II.
2. Pengelolaan pembelajaran guru pada siklus I memperoleh persentase sebanyak 84,1%. Hal ini menunjukkan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan modul yang dilakukan guru sudah baik namun perlu ditingkatkan.
3. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan modul sangat positif, dengan persentase mencapai 77,2%.
4. Bahwa pembelajaran pada siklus I belum mencapai keberhasilan, baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Dengan demikian diputuskan untuk melanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran tetap dengan penggunaan modul salat jumat.
2) Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah :
1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah;
2. membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I
3. mengembangkan format penilaian proses dan hasil belajar siklus II
b. Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 28 Nopember 2015 dan berlangsung mulai pukul 10.40 - 12.00 WIB (3 x 40 menit).Pembelajaran pada siklus II dilakukan dengan 1 x pertemuan.Pada pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan teman sejawat sebagai pengamat.Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan awal ( 10 menit )
Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.Guru memulai pembelajaran dengan membaca alquran surah /ayat pilihan.Memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.Memotivasi peserta didik dengan kegiatan yang ringan, seperti cerita motivasi.Menyampaikan tujuan pembelajaran.Mengajukan pertanyaan secara komunikatif materi sebelumnya dan mengaitkan materi dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kegiatan inti ( 60 menit)
Dengan menggunakan pendekatan scientific kegiatan inti terdiri dalam lima tahap yaitu mengamati, menanya, eksperimen, asosiasi, dan komunikasi. Pertama sekali siswa mengamati dan memberi komentar tentang surat ar-Rahman ayat 33 yang ada pada buku teks pelajaran, kemudian membaca dalam hati, selanjutnya menyimak bacaan dari temannya yang sedang membaca. Selanjutnya pada tahap menanya dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan tentang hukum bacaan nun mati, tanda wakaf dan makharjnya. Secara berkelompok mencari data tentang hukum membaca alquran, mendiskusikanny. Selanjutnya melakukan analisis tentang cara membaca surat ar-Rahman ayat 33 dengan baik dan benar. Kemudian mempresentasikan hasil diskusi tentang cara membaca dan menghafal surat ar-Rahman ayat 33.Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, selanjutnya merumuskan kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan.Selanjutnya dengan bimbingan guru, peserta didik menghafal surat ar-Rahman ayat 33 yang telah dibacanya.
3. Kegiatan akhir ( Menit)
Pada tahap akhir,bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.Guru memberikan reward kepada kelompok “terbaik”, yakni:kelompok yang benar dalam memaparkan hasil diskusinya dan kelompok yang paling baik dalam menanggapi pertanyaan dari kelompok lain. Guru menjelaskanmateri yang akandipelajari pada pertemuan berikutnya dan menyampaikan tugas mandiri terstruktur. Kemudian secara bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa
c. Observasi
Observasi dilakukan selama prose belajar mengajar menggunakan instrument yang telah disusun yaitu lembar pengamatan untuk guru dan lembar pengamatan siswa.
1). Kemampuan membaca dab menghafal Siswa Siklus II
Hasil belajar pada siklus sebelumnya khususnya pada aspek kognitif masih rendah, oleh karena itu pada siklus II yang di tes hanya tes kognitif saja sedangkan aspek psikomotor sudah tuntas.Rencana tindakan di anggap sukses atau efektif bila hasil belajar siswa tuntas atau mencapai >85%. Pada siklus II ini peneliti memberikan tes akhir untuk mengetahui apakah materi tata cara pelaksanaan salat jumat sudah dipahami oleh siswa. Hasil tes siklus II dapat di lihat pada lampiran 6d. Adapun rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat pada Tabel 36 berikut:
Tabel 36
Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II
Nilai
Kategori penilaian
Frekuensi
Bobot skor
Persentase %
Rata-rata
T
TT
85-100
75-84
65-74
0 -64
Sangat baik
baik
cukup
kurang
7
11
-
-
2
1
617,2
919,5
136,2
58
35,6
52,4
7,9
4,8
1730,9
21
= 82,4
Jumlah
18
3
1730,9
100
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VII1pada tes siklus II adalah 82,4. Siswa yang tuntas mencapai 18 orang (85,7%), dan yang tidak tuntas hanya 3 orang (14,3%). Lebih jelasnya ditunjukkan pada Gambar 11 berikut:
Gambar 11
Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II
2) Aktivitas Mengajar guru
Dalam kegiatan proses belajar mengajar pada siklus II ini guru mempergunakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode al bayan, di mana guru melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP. Dalam hal ini siswa membaca dan menghafal alquran dengan yakin dan senang. Adapun aktivitas guru dapat dilihat pada Tabel 37 berikut:
Tabel 37
Pengamatan Aktivitas Mengajar Guru pada Siklus III
No
Indikator
Pengamat
1
Kegiatan awal
1. Memberikan Apersepsi
2. Memberikan motivasi
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
4. Menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran
4
4
4
4
2
Kegiatan inti
5. Mengamati
6. Menanya
7. Eksperimen/explore
8. Asosiasi
9. Komunikasi
4
4
3
3
4
3
Kegiatan akhir
10.Melaksanakan tes
11.Membuat kesimpulan sesuai materi
4
3
Jumlah
41
Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase, skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Untuk menghitung persentase nilai rata-rata adalah dengan cara membagi jumlah skor perolehan dengan skor maksimal dikalikan 100%. Berdasarkan data observasi dari pengamat pada Tabel 37 terhadap pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti diperoleh skor 41 dan skor maksimal 44, maka 41 : 44 x 100% = 93,2%. Dengan demikian persentase nilai rata-rata aktivitas guru siklus II adalah 93,2%. Berarti taraf keberhasilan tindakan aktivitas guru yang dilaksanakan berdasarkan observasi pengamat termasuk dalam kategori sangat baik.
3) Hasil Respon Belajar Siswa
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan modul salat jumat sangat positif.Berdasarkan hasil pengamatan ketika pembelajaran berlangsung, siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran dan saling mengajukan pertanyaan atau respon. Rasa senang itu terlihat ketika siswa disuruh untuk membaca dan menghafal al-quran dengan surat yangbtelah ditentukan. Hasil respon siswa terhadap pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada Tabel 38 berikut:
Tabel 38
Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II
No
Indikator
Pengamat
1
Kegiatan awal
1. Mendengarkan Apersepsi
2. Termotivasi
3. Memperhatikan penjelasan tujuan pembelajaran
4. Mendengarkan penjelasan tentang langkah-langkah
proses pembelajaran
4
4
3
4
2
Kegiatan inti
5. Mengamati
6. Menanya
7. Eksperimen/explore
8. Asosiasi
9. Komunikasi
3
3
4
3
3
3
Kegiatan akhir
10. Melaksanakan tes
11. Membuat kesimpulan sesuai materi
4
4
Jumlah
39
Analisis data hasil observasi kegiatan siswa menggunakan analisis persentase, skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Untuk menghitung persentase nilai rata-rata adalah dengan cara membagi jumlah skor perolehan dengan skor maksimal dikalikan 100%. Berdasarkan data observasi dari pengamat pada Tabel 38 terhadap observasi kegiatan siswa diperoleh skor 39 dan skor maksimal 44, maka 39 : 44 x 100% = 88,6%. Dengan demikian persentase nilai rata-rata aktivitas siswa siklus II adalah 88,6%. Berarti taraf keberhasilan tindakan aktivitas siswa yang dilaksanakan berdasarkan observasi pengamat termasuk dalam kategori sangat baik atau berhasil.
d. Refleksi Hasil Tindakan Siklus II
Untuk mengetahui apakah siklus II berhasil atau belum, maka perlu dilakukan refleksi. Hasil refleksi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata hasil motivasi belajar siswa pada siklus II mencapai 85,2%. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan sudah termasuk kategori sangat baik (berhasil).
2. Rata-rata hasil tes akhir siklus II mencapai 82,5, yang tuntas mencapai 90,5 dan tidak tuntas mencapai 9,5%. Hal ini sudah memenuhi standar ketuntasan klasikal (>85%) karena keberhasilan tindakan telah mencapai kriteria yang ditetapkan.
3. Pengelolaan pembelajaran guru pada siklus II mencapai 93,2%. Hal ini menunjukkan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan metode albayan yang dilakukan guru sudah sangat baik (berhasil).
4. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan modul sangat positif, dengan skor rata-rata 88,6%. Bahwa pembelajaran pada siklus II sudah mencapai keberhasilan, baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Siswa dengan mudah memahami materi yang disampaikan.
3. Rangkuman Peningkatan Kemampuan membaca dan menghafal, Kegiatan Guru dan Respon Siswa
a. PeningkatanKemampuan Membaca dan Menghafal Siswa
Peningkatan kemampuan membaca dan menghafalsiswa dari kegiatan pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 40 berikut:
Tabel 40
Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Siswa
No
Nilai
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
F
%
F
%
F
%
1
85 – 100 (A)
3
14,3
12
57,2
7
33,3
2
75 – 84 (B)
4
19
3
14,3
11
52,4
3
65 – 74 (C)
6
28,6
4
19
2
9,5
4
0 - 64 (D)
8
38,1
2
9,5
1
4,8
Jumlah
21
100
21
100
21
100
Dari Tabel 43 di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca dan menghafal siswa kelas VII1selama pelaksanaan pembelajaran menunjukkan peningkatan, yaitu kemampuan membaca dan menghafal pratindakan mencapai kategori A hanya 3 orang (14,3%), nilai B mencapai 4 orang (19%), nilai C mencapai 6 orang (28,6%), dan nilai D mencapai 8 orang (38,1). Namun terus meningkat dari siklus I, dan pada siklus II yang mendapat kategori nilai A sebanyak 7 orang (33,3%), nilai B mencapai 11 orang (52,4), nilai C mencapai 2 orang (9,5%), dan nilai D mencapai 1 orang (4,8). Untuk lebih jelas tentang peningkatan kemampuan membaca dan menghafal dari setiap siklus dapat dilihat pada Gambar 13 berikut:
Gambar 13
Grafik Peningkatan kemampuan membaca dan menghafal Siswa
Dari Gambar 13 jelas terlihat bahwa ada peningkatan yang baik dan signifikan dalam setiap tindakan yang dilakukan. Dan dari hasil belajar ini siswa yang tuntas yaitu siswa yang mencapai nilai KKM 80 dari kegiatan pratindakan sampai siklus II dapat dilihat pada Tabel 41 berikut :
Tabel 41
Rekapitulasi Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
No
Kejadian
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
F
%
F
%
F
%
1
Tuntas
7
33,3
15
71,4
19
90,5
2
Tidak tuntas
14
66,7
6
28,6
2
9,5
Jumlah
21
100
21
100
21
21
Skor rata-rata
68,9
81,9
82,4
Dari Tabel 41 jelas terlihat bahwa pada kegiatan pratindakan siswa yang tuntas mencapai 5 orang (23,8%) dan tidak tuntas mencapai 16 orang (76,2%). Pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 10 orang (47,6%), dan siswa yang tidak tuntas mencapai 11 orang (52,4%). Sedangkan pada siklus III siswa yang tuntas mencapai 19 orang (90,5%) dan yang tidak tuntas mencapai 2 orang (9,5%). Untuk lebih jelas tentang peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa tergambar pada Gambar 14 berikut:
Gambar 14
Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
3. Peningkatan Aktivitas Mengajar Guru
Peningkatan aktivitas mengajar guru dari pratindakan, siklus I, dan siklus II yaitusebelum dan sesudah menggunakan metode al bayanmengalami peningkatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 42:
Tabel 42
Peningkatan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru
No
Indikator
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
1
Kegiatan awal
1. Memberikan Apersepsi
2. Memberikan motivasi
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
4. Menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran
3
3
2
3
4
3
3
3
4
4
4
4
2
Kegiatan inti
5. Mengamati
6. Menanya
7. Eksperimen/explore
8. Asosiasi
9. Komunikasi
3
3
3
2
2
4
4
3
3
3
4
4
3
3
4
3
Kegiatan akhir
10.Melaksanakan tes
11.Membuat kesimpulan sesuai materi
2
2
4
3
4
3
Jumlah
28
37
41
Jumlah persentase
63,6%
84,1%
93,2%
Dari Tabel 45 di atas dijelaskan bahwa pada pembelajaran pratindakan yang dilaksanakan guru berdasarkan data observasi pengamat adalah 63,6% (kategori kurang baik), pada siklus I mencapai 84,1% (baik), dan siklus II mencapai 93,2% (amat baik).
d. Peningkatan Respon Belajar Siswa
Peningkatan respon belajar siswa dari kegiatan pratindakan sampai siklus II mengalami peningkatan,untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 43:
Tabel 43
Peningkatan Respon Belajar Siswa
No
Indikator
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
1
Kegiatan awal
1. Mendengar Apersepsi
2. Menerima motivasi
3. Mendengar penjelasan tujuan pembelajaran
4. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
3
4
2
Kegiatan inti
5. Mengamati
6. Menanya
7. Eksperimen/explore
8. Asosiasi
9. Komunikasi
2
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
Kegiatan akhir
10.Mengikuti tes
11.Membuat kesimpulan sesuai materi
2
2
4
3
4
4
Jumlah
24
34
39
Jumlah persentase
54,5%
77,3%
88,6%
Dari Tabel 43 dapat dijelaskan bahwa secara umum siswa sangat senang belajar membaca dan menghafal al-Quran dengan menggunakan metode al-Bayan. Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan bahkan respon siswa meningkat dari pratindakan mencapai 54,5%, pada siklus I mencapai 77,3%, dan siklus II mencapai 88,6%. Berarti mencapai keberhasilan dalam tindakan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari uraian-uraian hasil temuan yang dipaparkan, maka pada pembahasan berikut ini akan dijelaskan bahwa pada prinsipnya penelitian tindakan kelas ini dilakukan selain bertujuan untuk memenuhi tugas akhir pendidikan peneliti, juga untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan membaca dan menghafal al-quran, aktivitas guru mengajar, respon siswa dalam belajar dengan penggunaan metode al-bayan.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa temuan penting yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur dari keberhasilan sebuah proses pembelajaran. Temuan-temuan tersebut adalah:
Kemampuan membaca dan menghafal alquran pada pratindakan mencapai nilai rata-rata 68,9, siswa yang tuntas hanya 7 orang (33,3%), dan tidak tuntas mencapai 14 orang (66,7%). Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 81,9 sedangkan siswa yang tuntas hanya 15 orang (71,4%) dan tidak tuntas mencapai mencapai 6 orang (28,6%). Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa belajar dengan penerapan penggunaan metode albayan, masih banyak siswa yang main-main pada saat belajar, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan sehingga mempengaruhi ketuntasan belajar siswa.
Pada siklus II juga mengalami peningkatan kemampuan membaca dan menghafal alquran, nilai rata-rata siswa mencapai 82,4 naik senilai 4,7 dari siklus sebelumnya. Siswa yang tuntas mencapai 18 orang (85,7%), yang tidak tuntas hanya 3 orang (14,3%). Jadi persentase ketuntasan juga meningkat dari 76,2% menjadi 85,7% atau dari 16 orang menjadi 18 orang yang tuntas. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode al-bayan sebagai salah satu metode pembelajaran yang efektif dan efisien.
Keberhasilan lain dari penelitian ini ditunjukkan dari respon siswa sebagai subjek penelitian, maka secara keseluruhan siswa memberikan respon yang sangat positif terhadap penerapan pembelajaran dengan menggunakan modul. Selain itu respon positif siswa ini ditunjukkan oleh rasa senang dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran.Rasa senang siswa di antaranya wajah mereka kelihatan ceria, senang ketika jawaban yang diberikan mereka benar, tidak malu-malu ketika disuruh membaca bacaan salat jumat dengan baik dan benar, serta mau bertanya jika ada hal yang belum dimengerti.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan modul telah memberikan hasil berupa ketuntasan belajar siswa pada materi salat jumat.Dalam penerapannya banyak hal yang mempengaruhi siswa agar lebih aktif dalam mempelajari bagaimana melaksanakan salat jumat dengan berpedoman pada modul pembelajaran, sementara itu guru berperan sebagai fasilitator.
Akan tetapi karena keterbatasan waktu, biaya dan belum terbiasanya siswa dalam menggunakan modul pembelajaran, maka hal-hal yang diharapkan belum tercapai secara maksimal. Namun desain pembelajaran yang telah dirancang dapat berjalan dengan baik dan benar sehingga motivasi siswa meningkat dan hasil belajar siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan, hal ini berarti bahwa dalam penelitian ini sebagian siswa memiliki kemampuan memahami dan melaksanakan salat jumat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kemampuan membaca dan menghafal al-Quran siswa kelas VII1 SMP Negeri 2 Peusangan Selatan mengalami peningkatan. Sebelum penerapan penggunaan metode al bayan mencapai nilai rata-rata 68.9. Setelah penerapan menggunakan metode al-bayan mengalami peningkatan nilai rata-rata pada siklus I mencapai 81,9, dan pada siklus II mencapai 82,4. Demikian juga ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, sebelum penggunaan metode al-bayan siswa yang tuntas hanya 7 orang (33,3%), tidak tuntas mencapai 14 orang (66,7%), namun setelah penggunaan metode al bayan banyak siswa yang tuntas pada materi membaca dan menghafal al-quran yaitu pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 15 orang (71,4%), tidak tuntas mencapai 6 orang (28,6%), dan pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 18 orang (85,7%) dan tidak tuntas mencapai 3 orang (14,3%).
B. Saran-saran
1. Guru harus senantiasa untuk selalu berusaha menggali ide-ide yang bersifat inovatif dan kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan di kelas,
2. Mengingat penerapan metode al bnayan ini sangat berguna dalam upaya membelajarkan siswa dan membuat siswa lebih aktif dan mandiri dalam belajar, maka diharapkan penerapan metode al-bayan sebagai salah satu metode pembelajaran ini dapat dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran membaca Al-Quran yang ada di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, cet. 8, 2006
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, cet. 7, 2006
Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Alquran dan Rahasia- Rahasia Keajaibannya, Jogjakarta: Diva Press, 2009.
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, cet. 13, 2010
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progressif, cet. 5, 2002
Balnadi Sutadipura, Aneka Problema Keguruan, Bandung: Angkasa,cet.5,2000
DP. Tampubolon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung: Angkasa, cet. 8, 2005
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2000.
Farida Rahim.Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, cet. 2, 2008.
Hasan Alwi, et al.,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, cet. 3, 2005
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Bandung: Angkasa, cet.7, 2005
Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: Remaja Rosda-karya, 2006
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan Jakarta: GP Press, cet. 8, 2009
Moleong. Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. 29, 2011.
Nasrun Rusli, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, cet. 7, 2007
Nasution, S, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, cet. 12. 2008.
O.Surasman, Metode al-Bayan Cara Cepat Belajar Membaca Alquran, Jakarta: Erlangga, cet. 6, 2008.
Raghib As-Sirjani dan Abdurrahman A. Khaliq, Cara Cerdas Hafal Alquran Solo: Aqwam, 2007
Sutrisno Hadi, Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. 8, 1993
Sa’adulloh, Cara Cepat Menghafal Alquran. Jakarta: Gema Insani, 2008
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. 7, 2002
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Rineka Cipta, cet. 7, 2006
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, Vol. 15, 2002.
Suharsimi, Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
--------------, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi(Jakarta: Rineka Cipta,1993
Sumadi Suryabrata, Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Andi Offset. cet. 8, 2005
Tayar Yusuf dan Yurnalis Etek, Keragaman Tekhnik Evaluasi dan Metode Penerapan Jiwa Agama, (Jakarta: Ind. HIP-Co, cet. 12, 2007.
Teungku Muhammad hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran dan Tafsir (Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet. 7, 2005
[1]Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Quran, Jakarta: Lentera Hati, Vol. 15, 2002., h. 170.
[2]Raghib As-Sirjani dan Abdurrahman A. Khaliq, Cara Cerdas Hafal Alquran (Solo:
Aqwam, 2007), h. 45.
[3]Sa’adulloh, Cara Cepat Menghafal Alquran (Jakarta: Gema Insani, 2008), h. 19.
[4]Hasan Alwi, et al.,Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, cet. 3, 2005), h. 1198.
[5]Ibid., h. 707.
[6]Farida Rahim.Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, cet. 2, 2008), h. 3.
[7]Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, cet. 5, 2002), h.279.
[8]Hasan Alwi,Kamus Besar, h. 381.
[9]Teungku Muhammad hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran dan Tafsir (Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet. 7, 2005), h. 3.
[10]O.Surasman, Metode al-Bayan Cara Cepat Belajar Membaca Alquran (Jakarta: Erlangga, cet. 6, 2008), h. Ix.
[11]Hasan Alwi, et al.,Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, cet. 3, 2005),h. 869.
[12]Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi(Jakarta: Rineka Cipta,1993), h. 291.
[13]Ibid., h. 292.
[14]Farida Rahim.Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, cet. 2, 2008), h. 3.
[15]DP. Tampubolon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung: Angkasa, cet. 8, 2005), h. 228.
[16]Hasan Alwi, et al.,Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 109.
[17]Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, cet.7, 2005), h. 7.
[18]Sumadi Suryabrata, Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Andi Offset. cet. 8, 2005), h. 18.
[19]Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 10.
[20]Balnadi Sutadipura, Aneka Problema Keguruan (Bandung: Angkasa,cet.5,2000), h. 13.
[21]Ibid.
[22]Departemen Pendidikan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , h. 473.
[23]Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), h.279.
[24]Sa’adulloh, Cara Cepat Menghafal Alquran (Jakarta: Gema Insani, 2008), h. 19-20.
[25]Ibid.,h. 21-22.
[26]Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Alquran dan Rahasia- Rahasia Keajaibannya( Jogjakarta: Diva Press, 2009), h. 86-90.
[27]Sa’adulloh, Cara Cepat Menghafal Alquran, h. 55.
[28]Ibid.,h. 57.
[29]Nasrun Rusli, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, cet. 7, 2007), h. 5.
[30]Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: Remaja Rosda Karya, cet. 13, 2010), h. 9.
[31] Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: GP Press, cet. 8, 2009), h. 145.
[32]Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Press, cet. 7, 2006), h.109.
[33]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, cet. 7, 2006), h. 82-84.
[34]Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. 7, 2002), h. 73.
[35]Djamarah dan Zain, Strategi, h. 73.
[36]Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, cet. 8, 2006), h. 111.
[37]Djamarah dan Zain, Strategi, h. 75.
[38]Tayar Yusuf dan Yurnalis Etek, Keragaman Tekhnik Evaluasi dan Metode Penerapan Jiwa Agama, (Jakarta: Ind. HIP-Co, cet. 12, 2007), h.105.
[39]O.Surasman, Metode al-Bayan Cara Cepat Belajar Membaca Alquran, h. Ix.
[40]Ibid.
[41]Ibid.,h. 10.
[42]Ibid., h. 15-24
[43]Ibid.
[44] Suharismi Arikunto, et.al, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, cet. 3, 2006), h. 3.
[45] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 288.
[46] Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: Remaja Rosda-karya, 2006), h. 194.
[47]Ibid.,h. 195.
[48]Sutrisno Hadi, Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. 8, 1993), h. 40.
[49]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar, h. 251.
[50]S. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 75.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
terimakasih. luar biasa
izin untuk di copy sebagai referensi
silahkan pak, semoga bermanfaat untuk semua orang
izin copy ya ukhty, kalau boleh tahu ukhty kuliah dimana waktu penelitian ini ?