Izzuna

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Teori Fusion of Horizons oleh Hans Georg Gadamer

Teori Fusion of Horizons oleh Hans Georg Gadamer

Izzun Nafi'ah/22202262/3 IAT A

Biografi

Hans-Georg Gadamer adalah salah seorang filosof Jerman, yang lahir di Marburg pada 11 Februari 1900. Gadamer tumbuh dalam keluarga akademis dan agamis, karena ayahnya merupakan seorang ahli kimia farmasi dan ibunya termasuk seorang protestan yang taat dan konservatif. Namun terlepas dari status orang tuanya, Gadamer memilih untuk menjadi penganut agama nalar. Ia juga sempat menjadi rektor di Universitas Marburg. Gadamer diharapkan ayahnya agar kelak menjadi seorang ahli ilmu alam (Naturwissenschaften) namun dia justru tertarik pada ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Geisteswissenschaften).

Gadamer meninggal pada tahun 2002 yang sebelumnya dia menetap dan mengabdikan dirinya dalam bidang keilmuan di kota Heidelberg. Selama hidup Gadamer banyak menulis buku dan artikel, terutama dalam bidang filsafat. Salah satu karya terkenalnya adalah warhheit und methode (1960) merupakan buku tentang hermeneutika yang sangat berpengaruh di dunia Barat.

Pemikiran hermeneutika Gadamer sangat dipengaruhi oleh Heidegger, dapat dikatakan setengah pemikiran Gadamer itu terinspirasi dari Heidegger. Pokok pemikiran Heidegger yang diambil Gadamer adalah pemikiran Ontologis.

Teori “Fusion of Horizons

Horison adalah prasangka yang muncul karena tradisi, dan prasangka tersebut dapat diubah ketika muncul prasangka lain, sehingga dalam artian sebuah horison melebar. Dengan kata lain, horison intrepetasi seseorang ditentukan oleh prasangka yang terbangun karena adanya tradisi yang dialaminya. Tradisi itu sendiri, merupakan horison yang luas, dan di dalam horison tradisi tersebut horison pengetahuan seseorang berada.

Dalam proses penafsiran seseorang harus sadar bahwa ada dua horison, yaitu (1) cakrawala pengetahuan (horison dalam teks), (2) cakrawala pemahaman (horison pembaca). Seorang pembaca teks memulainya dengan cakrawala hermeneutikanya, tetapi dia juga harus memperhatikan bahwa teks juga memiliki horisonnya sendiri yang mungkin berbeda dengan horison yang dimiliki pembaca. Menurut Gadamer, dua horison ini harus dikomunikasikan, sehingga ‘ketegangan antara keduanya dapat diatasi’ (the tension between the horizons of the teks and the reader is dissolved). Oleh karena itu, ketika seorang membaca teks yang muncul pada masa lalu maka dia harus memperhatikan horison histori teks tersebut (dimana teks tersebut diungkapkan dan ditulis). Seorang pembaca teks harus mempunyai kesadaran dan pengakuan adanya horison teks yang mungkin berbeda atau bahkan bertentangan dengan horiosn pembaca.

Disini yang dimaksud dengan komunikasi antar dua horison adalah bukan perpindahan horison si penafsir ke dalam horison pengarang, melainkan melebarnya wilayah horison si penafsir. Sehingga terjadilah yang disebut dengan peleburan horison (Fusion of Horizons) untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas dan menyeluruh. “Memperoleh sebuah horison berarti, bahwa orang belajar melihat melampaui apa yang dekat terjangkau tangan bukan untuk mengalihkan pandangan darinya, melainkan untuuk melihatnya secara lebih baik di dalam sebuah keseluruhan yang lebih luas dan dalam proporsi yang lebih benar”, demikian kata Gadamer.

Jadi, menurut Gadamer horison bersifat terbuka dan dinamis (terus bergerak). Horison masa silam misalnya, bukanlah sesuatu yang sudah selesai dan di tinggalkan begitu saja di belakang. Begitu juga horison masa kini yang senantiasa dalam proses pembentukan dan pengayaan dari horison masa silam.

Memahami sebuah teks berarti membiarkan teks tersebut berbicara. Komunikasi antara dua horison tersebut dinamakan “Hermeneutikal Circle” (lingkaran hermeneutika). Pemahaman atas teks tidak pernah steril dari situasi sosio-historis pembaca dan teks, misalnya otoritas dan tradisi, melainkan merupakan penggabungan situasi pembaca dan teks atau yang disebut dengan Fusion of Horizons (peleburang horison-horison). Jadi seorang penafisr harus melebarkan horison yang dimilikinya sampai menjangkau horison masa silam teks untuk memahami teks tersebut secara kreatif.

Horison pembaca menurut Gadamer hanya berperan sebagai titik berpijak seorang dalam memahami teks. Titik ini hanya sebuah pendapat atau kemungkinan bahwa teks berbicara tentang sesuatu. Titik pijak ini tidak boleh memaksakan agar teks harus berbicara sesuai dengan titik pijaknya. Sebaliknya, titik pijak ini justru harus membantu memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh teks. Terjadilah kesimpulan bahwa, makna obyektifitas teks lebih diutamakan daripada subyektifitas pembaca.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post