Lelaki Pejuang Subuh yang Hafidz
#Tantangan Menulis 90 hari ke 65
Lelaki Pejuang Subuh yang Hafidz
Oleh: Jabariah Abbas
I Ceredda memiliki tetangga yang menyewa dikontakan depan rumahnya, mereka adalah sepasang suami istri dengan seorang anak laki laki yang kira kira berumur 6 atau 7 tahun, usia anak sekolah kelas dasar, tapi I Ceredda tak penah melihatnya mengenakan seragam sekolah atau belajar jarak jauh seperti yang diberlakukan pada hampir semua sekolah yang berada di zona orange. Setiap hari ayah ibunya tampak sibuk sehingga nyaris tak ada waktu bercengkerama dengan tetangga atau penghuni rumah kontrakan yang lain. bahkan untuk saling tegur sapa di kerumunan emak emak yang lagi menawar ikan dan sayur daeng paggandeng.
Suatu sore sepulang dari mengajar I Ceredda menyempatkan mampir di depan kotrakannya. Suaminya sedang membersihkan mobil tua keluaran tahun 1995, mobil yang setiap subuh menjadi semacam alarm buat tetangga lain yang tak mempan terjaga dengan suara adzan. Di sisi lain istrinya lagi memilah wortel dan kentang yang tak layak jual lagi, memisahkannya dari yang masih bagus. Yang sudah mulai membusuk segera menjadi penghuni tong sampah, semacam karung plastik kemasan gula pasir yang diperolehnya dari pasar tradisional yang menjadi tempatnya menjual tiap pagi. Sambil memilah milah pot bunga bentuk tawon yang juga dijualnya, dengan nada bersahabat I Ceredda menyampaikan kalau sayuran dan buah buahan yang tidak laku dan membusuk itu bagus untuk dijadikan pupuk kompos, cukup difermentasi lalu dapat diuangkan dengan menawarkannya kepada florist (penyuka bunga bunga) yang menawar pot pot bunga.
Mereka keluarga yang rama, walau sederhana namun mereka tampak berbahagia. Sebelum pamit pulang. Suaminya memohon maaf sekiranya deru mobil tuanya menganggu subuh hari tetangga.”kami harus memburu fajar ibu, berangkat cepat agar tempat menjual kami tidak diserebot orang dan pelanggan dapat mengambil barang lebih awal”. Anaknya ikut menjual juga pak ? I Ceredda melirik anak laki laki si bapak yang ternyata bernama Muhammad Al Fatih. Nama tokoh hebat penakluk konstantinopel. Mungkin orangtuanya menginginkan anaknya menjadi orang hebat seperti Sultan Muhammad AL Fatih. ”Oh tidak, Fatih dititp di Mushalla tempat sholat subuh tadi. Imam mushallanya adalah adik istri saya. Fatih diantarnya ke Darul Falah Quran Centre untuk belajar Al Quran Metode tabarak. Saya dan istri pun setelah pasar bubar, akan kesana untuk menjenput Fatih dan menyetor hafalan pada ustadz. Mengetahui cerita dan keadaan mereka, I Ceredda jadi merasa sangat bersalah telah salah sangka . Ternyata tetangganya adalah pejuang subuh yang juga hafidz quran.
Catatan : daeng paggandeng = abang abang penjula sayur dan ikan keliling.
(di serambi sambil menikmati rembulan, 02 Agustus 2020)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sukses selalu kk, dan barokallah, aamiin
Wadiik baraqallah...terimakasi ibu guru ayu..sehat dan sukses selalu
Mantab. Keren Bunda. Salam literasi, sukses selalu.
Alhamdulillah..terimalasi pak Edi apresiasinya..jazakallah khaerSalam literasiSehat dan sukses trus utk bapak
Kisah inspiratif bunda! Keren!
Alhamdulillah..terimakasi ibu guru Chadijah..sehat dan sukses selalu ibu..baraqallah
Bagus sekali isi pentigrafnya bun,,kluarga yg sangat dekat dg ilmu agama..
Terimakasi ibu guru Yulia sudah berkunjung,Jazakillah khaersehat dan sukses selalu ya bunsalam literasi