Jamal Passalowongi

penulis adalah guru di SMAN 6 Barru Sulawesi Selatan...

Selengkapnya
Navigasi Web
HIBURAN

HIBURAN

Pada dasarnya kadang-kadang kita butuh liburan. Sekali-kalilah ke luar kota untuk menjernihkan kepala yang bergelut dengan tugas rutin setiap harinya. Kemana pun Anda pergi yang penting sejenak Anda melupakan masalah kantor, pekerjaan rumah, tugas-tugas yang belum selesai, dan sebagainya.

Libur bagi sebagian orang sudah menjadi kebutuhan primer di era super sibuk hari ini. Tidak heran destinasi wisata berkembang pesat di mana-mana, saya saja tidak pernah berpikir pantai di belakang rumah kami akan didatangi beratus-ratus orang setiap harinya hanya untuk mandi di laut, bermain pasir, bakar ikan, tertawa sepuasnya. Padahal pantai itu dulunya tempat kami bermain, berkejaran dengan ombak, biasa saja. Tetapi saat ini menjadi tidak biasa bagi orang-orang yang haus akan liburan...ya sesekali liburan.

Hari Ahad pagi, saat matahari sudah bermula, rombongan wisatawan sudah mulai terlihat satu persatu datang dengan kendaraaanya, pakai mobil, motor, sepeda, dan tentu saja jalan kaki bagi mereka yang dekat. Aku segera menyambut mereka meyodorkan suvenir laut yang aku dan nenekku buat sendiri, dan siapa sangka banyak orang yang senang, katannya “ini original” sangat murni jauh dari kebohongan seperti barang-barang KW.

Aku sendiri tidak paham apa kata mereka, sepertinya yang kami buat itu begitu berharga dan tampak aneh bagi mereka, padahal menurutku biasa saja. Kesibukan melayani pembeli, berkeliling pantai, menjual suvenir akhirnya berbuah manis. kerja kerasku dan nenekku kini telah berhasil membuat toko suvenir. Bayangkan saja ratusan orang datang setiap minggunya, membuang uang mereka hanya untuk merasakan bebas dan meringankan beban pikiran dari rutnitas.

Sulit memang rasanya diterima akal sehatku, bahkan di depan pantai kini berdiri rumah-rumah untuk istirahat para pelancong, dan inilah yang membuatku takut. Benar saja, rumah-rumah yang berfungsi sebagai villa istirahat itu akan mengikutkan penyedap rasanya berupa tersedianya gadis-gadis cantik yang menjadi pelayan. Demikianlah di mana-mana ketika suatu tempat menjadi tempat hiburan yang sudah super sibuk juga, maka ketersediaan berbagai macam perangkat untuk membuat tamu atau para pelancong itu betah berwisata ria akan menjadi prioritas, termasuk akhirnya akan munculnya prostitusi terselubung. diselubungi oleh Legalitas pendirian villa peristirahatan yang tentu saja bukan izin rumah bordil.

Ada tiga penyakit yang selalu menyelimuti kafe-kafe mini, ketika berubah menjadi kafe besar, sebagai penyedap rasa akan mengikutkan gadis-gadis cantik dan berubahlah menjadi prostitusi terselubung, kemudian lahirlah perjudian sebagai bumbu dapurnya, dan terakhir adalah premanisme berguna melindungi semua aset para pemilik modal. Dan saya tahu persis bahwa pemilik modal yang ada di sini, bersambung ke link internasional.

Sebuah situs yang merilis informasi mengenai aktivitas pasar gelap dunia, Global Black Market Information, Havoscope, menyebut secara global pendapatan prostitusi mencapai US$ 186 miliar, atau jika dikonversi ke rupiah mencapai Rp 2.501,7 triliun. Perkiraan jumlah tersebut didapat dari banyak sumber seperti program kesehatan publik, penegakan hukum dan tindak kriminal lain, serta informasi dari media.

Bagaimana dengan Indonesia, sungguh ironi luar biasa, bahwa dari 15 besar negara yang banyak menghabiskan uang untuk prostitusi, Indonesia berada di urutan ke-12. Menurut Havocscope, Indonesia menghabiskan US$ 2,25 miliar atau sekitar Rp 30,2 triliun dalam setahun. Itu berarti orang-orang di dunia membelanjakanuangnya hingga Rp 2.501 triliun lebih hanya untuk prostitusi dalam setahun. Data dari Havocscope ini dirilis pada pertengahan 2015 lalu.

Di satu sisi aku kagum dengan kerja super cepat para pengusaha villa itu, segenap upaya mereka lakukan untuk menggaet para wisatawan, objek wisata semakin banyak, dukungan pemerintah pun super hebat, Perpu, Perda, wisata menjadi andalan pemasukan Nasional, yang ironisnya di dalamnya tubuh pula akar masalah yang lain, boleh jadi menjadi salah satu retakan moral bangsa ini, seperti dua sisi mata uang, hingga kini permasalahan ini telah menjadi masalah internasional yang dimulai dengan kebutuhan manusia modern akan liburan, sekali liburan yang di dalamnya ada kesenangan. Inilah yang membuatku bingung, bahkan telah menyebabkan aku lelah berpikir, menjadi beban pikiran setiap hari membuatku mumet, dan tampaknya aku butuh liburan.

--selesai--

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

" Indonesia berada di urutan ke-12 dari 15 negara." Wow, datanya luar biasa.

01 Aug
Balas



search

New Post