Barang Yang Tertinggal
Di sebuah kota terpencil di daerah perbatasan pesisir pantai dan hutan rimba. Walaupun kotanya tidak terlalu besar, namun begitu indah di setiap sudut kota. Pohon – pohon hijau berderet tampak asri menambah keanggunan. Burung – burung terbang berbaris sambil berkicauan mengeliling kota. Kota yang ramah lingkungan sekaligus orang – orang sekitar juga ramah saling bertegur dan menyapa. Tak heran kota ini disebut kota ramah.
Matahari baru saja terbit dari arah timur, menandakan waktu istirahat berakhir. Menjemput rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa. Jika ada kesempatan mendapatkannya, kenapa tidak diambil? Kita bisa menerimanya dengan tulus dan menolak dengan ikhlas. Tanpa usaha dan bekerja, tidak ada hasil yang memuaskan hati.
Itulah yang dikatakan Ayah kepada anak tunggalnya di ruang keluarga yakni Harris. Selagi Ayah mempersiapkan keperluan peralatan yang ingin dibawa, Ibu sedang memasak makanan kesukaan suaminya untuk bekal saat di kantor. Harris duduk mendengarkan nasihat dari Ayahnya dengan baik dan membantu Ayah mencari kebutuhan yang diperlukan seperti laptop, catatan kecil, jam tangan dan lain – lain. Karena pada hari ini adalah hari libur sekolah, maka Harris bisa membantu orang tuanya.
Setelah dicek semua peralatan dan menurutnya semua sudah tertata rapi, Ayah siap berangkat kerja penuh semangat. Ayah berpamitan pada Ibu dan Harris di depan pagar rumah. Mencium pipi kiri dan kanan. Tak lupa juga bersalaman. Itulah kebiasaan yang sering mereka lakukan jika ada orang yang ingin keluar dari rumah. Ayah menyalakan mesin motor. Ibu merasa ada barang yang tertinggal. Di hati penuh timbul pertanyaan.
“Ibu sudah menyiapkan semuanya, kan?” tanya Harris.
“Sepertinya ibu sudah menyiapkan semuanya ris, tapi sepertinya ada yang kurang?” Ibu penasaran.
“Apa bu yang kurang?” Harris ikut penasaran
Motor sudah dipanaskan dan siap untuk tancap gas. Ketika itu Ibu melihat reseleting tas yang Ayah pakai terbuka, dan itu tempat biasanya menaruh bekal makanan. Ibu inginmenghampiri, tetapi Ayah sudah mengucapkan selamat tinggal dan sudah menancapkan gas.
“Ayah tunggu!! Tasnya kebuka yahh!!! Sini dulu yahh!” Harris berteriak dari kejauhan. Teriakan Harris membangunkan Olivia dari tidur yang nyenyak. Seketika dia kaget dan melanjutkan tidurnya. Olivia tinggal di sebelah rumah Keluarga Harris. Sudah sekitar 250 meter. Ayah mendengar suara teriakan Harris yang sangat keras dan memutarkan arah kembali ke rumah.
“Ada apa ris?” kata Ayah.
“Tas Ayah belum ketutup rapat tuh yah” jawab Harris.
Ibu dari depan pintu rumah menggelengkan kepala sambil tersenyum.
“Oh iya ris, makasih ya udah diingatkan” ayah menutup rapat dengan perlahan. Seketika ia melihat isi bagian tas tersebut dan terasa ringan saat diangkat. Ayah baru menyadari, ternyata ada yang tertinggal.
“Oh ya bu, bekal makanan Ayah mana ya?” tanya Ayah pada Ibu. Ibu langsung teringat bahwa bekal makanan Ayah masih tertinggal di dapur. Ibu langsung lari dan mengambilnya di dapur.
“Aduh ada – ada aja yang ketinggalan” Ucap Harris sambil tertawa.
“Ini yah makanannya, Ibu lupa masukin kedalam tas untung Harris panggil dan diingatkan” kata Ibu.
“Hehe iya bu, makasih ya bu, makasih juga ya nak.”
Setelah Ayah pergi bekerja dan meninggalkan rumah, Ibu dan Harris melakukan aktivitas seperti biasanya lagi.
.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar