jamilah spd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BICARA SANTUN MEMBAWA WATAK MULIA

Pernikahan, hal yang menyatukan dua karakter manusia. Jodohku, teman kuliah. Banyak kesamaan latar belakang. Kami berasal dari keluarga yang sederhana. Anak seorang petani. Dua puluh lima tahun usia penikahan kami. Di awal pernikahan kami harus terpisah tempat tinggal. Alasan pekerjaan yang harus kami alami. Saya yang harus mengajar di salah satu SMA Negeri di Jawa Timur. Suami mengajar di salah satu SMA Negeri di Timor Timur. Sekarang menjadi Negara tetangga.

Pindah tempat kerja, salah satu anugerah yang tiada duanya. Walaupun saat itu, saya harus mengajar di dua tempat yang jauh. Sabar itu yang ditamankan dalam jiwaku. Satu semester lamanya, SK mutasi baru diterima.

Di tahun kedua, kami dikaruniai anak laki-laki. Tak selang jauh, tahun ketiga dikaruniai anak kedua. Lima tahun kemudian dari usia pernikahan. Lima tahun setelah pernikahan, saya dan dua anak menempati rumah sendiri. Suami masih berada di Timor Timur. Tak lama kemudian Timor Timur gonjang ganjing. Terima kasih banyak kami sampaikan pada presiden Habibi. Dengan jajag pendapat itulah banyak hikmah harus kami syukuri. Kami dapat hidup serumah untuk membesarkan anak-anak.

Carut marutnya Timor Timur, banyak pegawai pulang ke daerahnya. Di tahun milenium semua pegawai yang kembali ke daerahnya diundang ke Jakarta. Penerimaan SK mutasi baru yang diterimanya. Suamiku ditempatkan di salah satu SMA Negeri di Jawa Timur yang tak jauh dari tempat tinggal kami. Setahun kemudian lahir anak ketiga.

Anugerah seorang anak, tugas utama orang tua. Sekolah yang berbasis agama banyak diminati orang tua. Menurut psikolog Elly Risman, pendidikan agama adalah tanggung jawab dan kewajiban orang tua kepada anak. Yang pada akhirnya mereka suka melakukan tanpa harus disuruh nantinya (tempo.co 28/05/2016). Berawal dari kejadian, membawa inspirasi bagi masa depan anak kami. Dua anak salah satu sekolah dasar sedang asyik ngobrol. Tanpa disengaja, saya mendengar. Mereka bilang untuk apa ikut pelajaran, saya nggak senang. Tanpa dicari oleh guru yang mengajar, kedua anak yang ngobrol hanya cuek saja.

Sekolah berbasis agama itu tujuan utama. Karena benteng diri sedini mungkin dipersiapkan. Madrasah ibtidaiyah, arahan yang kami berikan ketiga anak saya mencari ilmu. Dijenjang sekolah lanjutan pertama, baru mereka kami beri kebebasan memilih. Kebetulan, ketiganya berada di SMP Negeri di kota Pasuruan. Menginjak usia dewasa, kami arahkan untuk mencari ilmu di Pesantren. Ketiganya berada di pesantren Darul ‘Ulum Jombang, Jawa Timur.

Tata cara berbicara, kami biasakan. Karena kami orang Jawa maka penerapan berbahasa diterapkan (menggunakan “tata krama basa Jawa”). Kemandirian dalam pekerjaan terus ditanamkan. Sejak usia empat tahun, mulai bisa mencuci peralatan makan dan minum sendiri. Rasa kasihan tidak kami tampakkan, pada saat dia melakukan pekerjaan kecil. Agar hasil yang diperoleh maksimal. Dari apa yang kami terapkan, ketika anak pertama mau membutuhkan sesuatu diawali dengan sakit ringan. Beda lagi dengan anak kedua, jika bertutur dan menginginkan sesuatu. Diawali dengan sesuatu yang membuat hati seorang ibu merasa iba. Lain lagi dengan anak ketiga, sejak kecil pinginnya berusaha sendiri.

Mencoba, itu hal yang biasa dilakukan. Banyak cerita, yang kami alami ketika membesarkan anak. Kebetulan, ketiga suka bermain game online. Yang pertama, ada fasilitas bermain dirumah temannya. Sedang yang keduadia bermain mulai pulang sekolah sampai pukul 21.00 WIB dan dilakukan tiap hari ketika SMP. Anak terakhir melakukan pada hari libur sekolah. Panggilan orang tua ke sekolah, pernah saya alami. Terutama pada anak kedua. Semua itu ada manfaatnya dan saya ambil hikmahnya. Sebagai ibu, derai air mata biasa kami alami, walaupun saya keras. Kesemuanya itu pengalaman berharga, yang menjadikan saya semakin dewasa dalam menghadapi masalah.

Ibu, merupakan madrasah pertama. Anak yang telah diberikan bukan untuk menjadi musuh, tetapi sebagai penyejuk mata. Ketika anak baru bisa berbicara, ucapan yang jelas harus ditanamkan. Bukan dengan memberikan ucapan yang nggak jelas (“pelat”). Karena itu akan membuat mereka susah berbicara. Apalagi anak kecil yang diberi alat yang dimasukkan pada mulutnya itu artinya menanamkan jiwa pembohong.

Doa ibu pada anaknya, seperti Rosulullah pada umatnya. Dengan dasar itulah, saya selalu berusaha melakukannya. Dua puluh lima tahun, usia pernikahan kami. Kepercayaan, kunci utama yang ada pada anak-anak. Diusia perak ini, anak pertama kuliah S2 Kimia di UI. Anak kedua masih semester terakhir Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Jember. Sedangkan anak ketiga masih kelas XI MIPA di SMA Darul Ulum Peterongan, Jombang, Jawa Timur. Semoga ketiga anak kami, menjadi orang yang berguna di masyarakat. Pengetahuan agama yang dimiliki, dapatnya menjadi benteng pribadi anak-anakku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post