Jandris SKY

Lahir di Jakarta, 20 Januari 1973. Sarjana S1 Jurusan Teknik Mesin. Dengan motto : " bersyukur dalam segala hal " Buku antologi puisi yang telah terbit...

Selengkapnya
Navigasi Web
GEMERCIK AIR DI GUA PINDUL
28 - 05 - 2018

GEMERCIK AIR DI GUA PINDUL

"GEMERICIK AIR DI GOA PINDUL"

Oleh : Jandris Slamat Tambatua

Hari yang melelahkan, ketika makna tak lagi memberi pengertian akan ikhtiar. Rasa sepi, tubuh menepi, terpental di rundung murung, sedalam lengkung kehidupan. Mata air Pindul masih tak bergeming.

Rasa ini tetap tenang meski tlah menhilang. Walau ragamu melayang seakan menghampiri, mengingatkan segala memori yang pernah terlewati. Ilusiku rapuh, carut-marut mengambang kabut.

Terkadang aku lalai, pada angan yang tlah ku bingkai. Hasrat terperdaya oleh ketiadaan.

Melenyapkan harap, hilang di sergap ingkar.Terbelit rayuan liar, terbekap kerling yang tertukar.

Kadang terasa begitu riuh di sekitar kelebat angin. Deras angin, tak hela meniup lirih. Cerah surya terasa begitu menyengat hingga Mata air Pindul pun tak mampu menghalau riuhnya.

Perjalanan dusun suguhi pemandangan, menikmati alam lewat lukisan. Terbentang indah persawahan. Nyiur melambai diketinggian. Kelompok lembu dihamparan, melumat habis rerumputan.

Mengantar embun dalam perjalanan, memgalir aliran sungai ditengah derasnya hujan, tepat disisi persawahan depan gubuk itu.

Dapat memandang alam hiasan dengan menyusuri tapak di tengah hutan. Terisi karet dan buah-buahan.

Jauh keatas lewati jalan, tampak bukit tertutup awan serta ranting liar pepohonan. Panorama alam suatu dusun, ku lihat desa indah dibalik hutan. Cukup lama aku menunggu hujan reda, kira-kira sudah 20 menit dan masih deras saja. Kehadiran guntur yang mengelegar.

Awan gelap menutup cahaya rembulan, disaat gerimis menjadi hujan. Memanh aku sangat menyukai hujan dan banyak kenangan disaat itu, karena pelangi takkan muncul tanpa hujan.

Ketika menunggu hujan datang, terkadang bisa dalam bentuk gerimis yang romantis. Seperti air yang dicurahkan dari langit dan hujan selalu menyibakkan misteri dan inspirasi.

Seperti hujan sore ini, dari pinggir jalan saya memerhatikan aliran air. Memenuhi selokan kemudian ia mengalir. Entah ke mana arah alirannya.

Setelah hujan agak reda, air pun mengalir dari daun dan jatuh kembali. Terlalu memerhatikan perilaku air, sampai lupa hujan membasahi tubuh ini. Dalam derasnya hujan aku pun mandi.

Tangis pun akan menutupi oleh hujan dan orang sekitar ku tiada yang tahu. Justru akan tahu jika menangis dalam gerimis. Derasnya hujan tak mampu menghapus jejak kenangan indah dalam kepahitan.

Jika sebagian orang tahu apa arti air mata, maka ia akan tahu makna hujan saat senja. Hujan gerimis belum reda dan dingin makin selimuti rasa. Teringat suaramu yang menggoda, terdengar merdu alunan melodi hujan.

Sebagian besar hujan turun. Tidak semua cuaca buruk seperti hari ini. Mendung kian menutupi sinar mentari, karena intik hujan mulai membasahi sanubari. Ketika kedua mata asyik memandang langit.

Nyanyian surgawi kulantunkan melalui hujan. Turun tanpa henti menjadi penghantar. Membawa kenangan manis saat bersama Di keheningan malam, mengobati rasa sepi ku.

Alunan suara merdu pun menuai indahnya mata air pindul, semakin tak sanggup melepas kepergian mu. Air langit tak menyapa lagi, entah ke mana kini berada. Mungkin mulai bosan mendengar mahluk bumi mengeluh.

Memang sudah takdirnya ia tak menyapa lagi. Menyentuh gigil akasia yang tertiup angin rindu dan embun-embun pada kelopak daunnya. Sesekali ku tatap langit biru, untuk memastikan akan rasa ragu ku.

Meski rasa gundah mulai membalut hati ku. Kemanakah perginya air bening itu? Tak lagi tampak memeluk dan membasahi bumi, mungkinkah dia akan kembali.

Menebarkan bau basah pada alam raya atau menyeruakkan ribuan do'a ke angkasa raya. Aku rindu dan menatapi langit menangis. Menatapi langit menghadiahkan airnya, meneguk rasa kebahagiaan pada dahaga kerinduan.

Air langit membasahi tubuku, memberi kesan terindah dalam melodi cinta.

Air langitku kembalilah. Tiada kata yang dapat melukiskan bagaimana indahnya ia. Tiada makhluk yang begitu sejuk selain dirinya. Hingga menghanyutkan kenangan ku dalam keindahan wisata di goa pindul.

©jandrisslamattambatua

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post