Kok tidak mendengar azan?
Kupang, kota yang terkenal dengan kota karang sehingga banyak yang mengatakan kota yang panas, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Memang banyak batu karang dan jika itu dinikmati ternyata menjadikan kota yang indah tak ada duanya di tempat lain. Udarana panas iya, karena dekat dengan laut, namun panasnya tidak seperti di Surabaya atau di Jakarta. Jika tidak percaya, silahkan datang saja ke Kupang. Pagi dan sore hari kita bisa selalu bisa menikmati indahnya matahari seperti janjinya pagi akan selalu terbit di ufuk timur dan seorenya akan istirahat, kita tak bisa lagi menatapnya. Keindahan terbitnya mata hari kita bisa saksikan dengan bebas leluasa, begitu pula saat hendak tinggalkan kita dengan pelan-pelan tampak dia enggan untuk tinggalkan kita hanya karena janjinya dia harus melaksanakan tugasnya masuk ke bumi atau ke laut di tempat yang jauh di barat sana.
Lukisan keindahan alam karenanya tak akan bisa dinikmati di kedua kota yang saya sebutkan di atas, kenapa begitu? karena keangkuhan manusia telah membuat polusi di sana sehingga udara yang seharusnya bersih menjadi kotor dan menghalangi indera kita untuk menyaksikan betapa indahnya matahari di saat terbit dan juga saat tenggelam di ufuk barat, semakin terasa dengan adanya asap dari cerobong pabrik-pabrik yang menyebar ke angkasa semakin menjadikan terasa sumpek. Bagi mereka yang memahami kesehatan mereka sudah biasa memakai masker, bukan hanya karena hadirnya “Corona” yang perlu kita waspadai saat sekarang.
Anak pertamaku sejak kecil tinggal di neneknya hanya sesekali datang ngumpul dengan kami dan dia selalu merindukan indahnya kota Kupang. Pernah suatu saat ketika sedang berada di Kupang membuat status di Fbnya “Kok tidak mendengar suara azan ya” saya perhatikan yang komen sangat banyak dan yang melekat di pikiran saya ada komen mengatakan “Tik (Panggilan nama anak saya), sedang di mana? Di hutan mana?” Terus bagaimana tahu waktu sholat? saat itu anak sedang kulian di UNESA jurusan geografi biasanya saat liburan digunakan untuk selesaikan tugas-tugasnya ke daerah pantai untuk mengamati bintang dan jika ke Kupang baliknya pasti membawa tanah atau pasir yang dimasukkan ke dalam botol yang dimasukkan ke dalam botol, katanya untuk melengkapi laboratorium kampus.
Status FB tersebut menjadikan beban pikiran saya dan timbul niat yang kuat “Nanti saat menjalanai masa pensiun saya harus tinggal dekat Masjid” agar memudahkan untuk beribadah dan alhamdulillah itu dikabulkan oleh Tuhan, sekarang tinggal tinggal tidak jauh dari Masjid. Sayangnya anak sudah tidak lagi di Surabaya dan semakin jauh serta sudah punya anak dan suami sehingga tidak leluasa untuk berkumpul dengan kami lagi, Pontianak - Kupang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sekarang saya bisa aktif di Masjid dan kebetulan Masjid tersebut dikelola yayasan dan memiliki madrasah sehingga saya banyak waktu untuk bersama penghuni madrasah tersebut. Untuk suara azan sekarang sudah bisa didengarkan hingga radius yang jauh. Saya merasa beruntung walapun saya tinggal di kompleks perumahan yang mayoritasnya non muslim namun suara azan tidak pernah ada yang komplain. Lagu-lagu rohani yang dikumandangkan dari Gereja di saat setelah waktu subuh kami ikut menikmatinya begitupun suara khotbah Pendeta di hari Minggu malam, juga suara berdo’anya umat Hindu dari pura di saat bulan purnama atau saat bulan mati/terbit dengan jelas sampai di telinga saya.
Kami tetap solid menjaga kerukunan umat dalam menjalani hidup bertetangga dengan lainnya, saling menghormati kita utamakan. Untuk suara azan khusus menjelang sholat magrib di hari Minggu suaranya cukup menggunakan suara dalam hanya di dalam dan sekitar Masjid yang bisa mendengarkan, tidak selantang di hari-hari lainnya.
Sekedar untuk ingatkan saja, jika mendengar azan itu pertanda waktu untuk sholat segera tinggalkan semua pekerjaan dan segera bergegas menuju ke Masjid, ingat dalam menjalani hidup ini kita diberi waktu dua puluh jam sehari semalam dan diminta untuk menyisipkan waktu beberapa menit saja buat bersujud kepadaNya, kepada pemilik hidup ini.
Kupang, 17/03/2020

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar