Jefri Irawan Susianto, S.Pd. I

Staf Tata Usaha (TU) di Madrasah Tsanawiyah Nurusy Syuhada' dan di Madrasah Aliyah Nurusy Syuhada' di Jl. Diponegoro No. 92 Desa Kedxungrejo Kecamatan Rowokangk...

Selengkapnya
Navigasi Web

GLS (Gerakan Literasi Sekolah)

Buku adalah senjata. Tanpa buku kita tak akan bisa berbuat apa-apa, karena tidak bisa mengetahui beberapa informasi yang ada dalam buku. Orang-orang pintar sellu menyempatkan waktunya untuk membaca buku. Seakan-akan kebutuhan orang pintar adalah buku., hidupnya tak bisa dipisahkan sedikitpun dengan buku. Buku merupakan kebutuhan pokok bagi orang pintar dan maju. Ada banyak koleksi buku di lemari, ratusan bahkan ribuan buku bagi orang-orang pintar. Jika ingin jadi orang pintar harus banyak baca buku. Buku apa saja, yang mengandung pengetahuan dan informasi keilmuan.Gerakan literatur sekolah memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015. Salah satu gerakan di dalam literasi tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai.Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik, serta meningkatkan ketrampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal,nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orangtua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam gerakan literasi sekolah.Buku dan sekolah adalah sehati, saling mengisi dan berinteraksi. Ibaratnya, buku adalah teman bicara yang tidak pernah mendahuluimu, teman bicara yang tidak memanggilmu di saat sedang bekerja, teman bekerja yang tidak memaksamu untuk berdandan ketika menghadapinya, teman hidup yang tidak menyanjungmu, kawan yang tidak membosankan, dan penasehat yang tidak mencari-cari kesalahan.Dengan adanya banyak buku di dalam sekolah, semakin menjadikan sekolah itu tidak membosankan. Buku-buku itu dikoleksi rapi dalam ruangan perpustakaan, ditata, dikemas, dan tentu saja untuk dibaca dan bukan menjadi barang pajangan saja yang habis dimangsa rayap. Sungguh rugi jika itu tejadi. Seperti gudang ilmu yang tidak pernah digali isinya dan pengetahuannya. Kebiasaan membaca terhadap anak-anak di sekolah harus digalakkan lagi. Jangan sampai anak-anak menjadi malas membaca buku karena berbagai banyak kendala, yaitu dengan adanya banyak hiburan-hiburan di zaman yang sudah maju ini. Seperti bermain game on line, bermain play station yang menyita waktu anak didik yang membaca buku. Inilah yang membuat anak didik menjadi malas untuk membaca buku. Kemudian inilah yang harus segera kita atasi dengan terus menggerakkan seluruh tenaga yang ada di sekolah-sekolah untuk terus memnyuarakan gerakan membaca. Tak terkecuali Kepala Sekolah/Madrasah, guru, peserta didik, orangtua, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, masyarakat, dan tenaga-tenaga lainnya. Sesungguhnya kebiasaan membaca adalah kebiasaan yang mulia. Apalagi kebiasaan membaca itu perlu ditanamkan sejak masih dini agar nanti terbiasa dengan kegiatan membaca

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post