AKU BINATANG
AKU BINATANG
Bagai lalu angin
Serta semua yang ku ingin
Bayangku coba bermain
Awal hari dihari Senin
Awalnya aku bingung mau menulis apa, mungkin karena ku tak tahu apa-apa atau mungkin karena kurang bertapa. Akhirmya setelah sejenak ku berdiam sambil seruput kopi, “Aku Binatang” sepertinya judul yang pasti.
Mungkin beberapa manusia di planet ini beranggapan aku terlalu naif atau bodoh untuk menentukan judul ini. Jika memang demikian, maka salah satu sastrawan republik ini sama halnya dengan ku. Naif dan bodoh. Sebut saja namannya Chairil Anwar. Tetapi tidaklah demikian. Salah satu karyanya “Aku Binatang Jalang” abadi hingga kini, mungkin sampai ku mati.
“Aku Binatang” ini juga terinspirasi dari salah satu mata pelajaran yang wajib di sekolah. Dalam konteks biologi tidak ada kerajaan manusia. Mahluk hidup hanya dibagi dalam lima kerajaan menurut R.H Whitaker. Manusia tidak termasuk di dalamnya. Jadi menurut biologi, manusia termasuk dalam kerajaan mahluk hidup yang manakah?. Ilmuwan sampai saat ini masih mengelompokkan manusia ke dalam kerajaan hewan.
Sebelum sampai ke era ini, dimasa aku masih menggunakan seragam putih merah, putih biru dan putih abu-abu. Kata-kata yang mengarah ke dunia binatang menjadi hal biasa. Hal ini tidak menimbulkan dendam dalam hati, apalagi benci. Aku selalu bahagia setiap hari. Karena ku tahu, kata-kata itu menyadarkan ku betapa aku belum sepenuhnya jadi manusia saat itu. Terlambat, ribut di kelas saat tak ada guru adalah beberapa hal yang menghilangkan beberapa sifat manusia ku. Apakah namanya jika sifat manusia hilang atau tidak ada dalam sesosok yang disebut manusia?
Ada beberapa nasihat yang ku dapatkan dari Bapak ku. Bapak ku selalu bilang, “Meskipun kambing di kampung sendiri, jadilah banteng di perantauan”. Hahahaha.. Bukankah kambing dan banteng itu binatang?. Jadi, tanpa disadari aku sudah dinasihati untuk jadi binatang. Di kampung dan di perantauan harus jadi binatang. Anehnya, salah satu lagu favorit di kampung ku yang berjudul “Anak Medan” mengutip kata-kata nasihat Bapak ku. Sebenarnya siapa yang lebih dahulu dengan kata-kata itu? Aku pun tidak tahu. Yang jelas, bapak dan lagu itu sama-sama memberi poin penting “Jadilah Binatang”.
Tekanan darah manusia merupakan hasil perbandingan antara sistol dan diastol. Diukur dan akan menghasilkan angka. Dari angka tersebut akan diketahui tingkat kenormalannya. Biasanya, jika tekanan darah diatas angka 120/80 mmHg maka disebut darah tinggi. Marah merupakan salah satu indikatornya. Jika marah, maka manusia akan kehilangan beberapa fungsi kontrolnya. Ketika mulai kehilangan kontrol, maka beberapa sisi manusianya akan menipis dan beberapa manusia di planet ini akan kembali berkata, “Jika marah, dia itu seperti harimau”. kadang aku berpikir, “mengapa gak seperti keong aja yah?”. Oh ya, aku juga manusia yang bisa marah.
Aku juga kadang heran. “Bergurulah kepada semut”, “Jadilah seperti merpati”, “Bertempurlah bagai lebah” adalah beberapa petuah yang kadang dijadikan oleh pembina upacara dalam pidatonya. Bukankah itu semua binatang? Jadi, sekali lagi aku disuruh untuk jadi binatang.
Mungkin, beberapa diantara kita menganggap cerita ini tidak memiliki unsur kebahasaan yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Atau, cerita ini jauh dari unsur kesopanan. Jadi, izinkanlah aku menulis penggalan puisi untuk membantu teman mengerti. Jika pun teman tetap tak mengerti, semoga semua kita berbudi pekerti.
Angin malam di sana
Bercanda manja
Tapi semua, tak ada yang sama
Berirama hanya fotamorgana
Berbeda hanya karena
Kacamata beda
MNJ (My Name Jepri)
@Saumanganya, 16 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap...puisi di ulas dengan gaya artikel...dan sah saja..lanjut
mantab Pak Jepri. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu.