Jepri M.P. Sihombing

Guru Pengampu Biologi SMA Negeri 1 Pagai Utara, Kab. kepulauan Mentawai, Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
ALEXANDRO ALEXANDRIA (PART 2) PERTEMUAN DENGAN DENA

ALEXANDRO ALEXANDRIA (PART 2) PERTEMUAN DENGAN DENA

ALEXANDRO ALEXANDRIA (PART 2)

» PERTEMUAN DENGAN DENA «

Alexandro tidak peduli dengan isi SMS itu. “Ah, paling teman-teman yang iseng pengen ngajak keluar,” batin Alexandro sambil menyusuri gang komplek perumahan elit itu. Langkah sepasang kaki Alexandro terhenti. Terhenti karena sesuatu yang menarik perhatian hati. Baju yang tadi tergantung ramai, kini menyendiri. Tak ada jawaban pasti akan hal ini. Yang pasti, Alexandro selalu bertanya-tanya dalam hati, “dimana aku pernah melihat baju ini?”

“Kreeekkkk” bunyi yang terdengar ketika Alexandro membuka pintu rumahnya. Sebungkus rokok putih dari warung itu diletakkannya dekat asbak keramik itu. Alexandro juga tidak lupa mengisi daya samsung miliknya, berharap mendapat kabar yang dapat menjawab pertanyaannya selama ini. Alexandro menuju kamar mandi yang terletak di bagian paling belakang rumahnya. Kembali Alexandro membenci dirinya sendiri. Dia benci dengan dirinya yang sekarang. ‘andai itu tidak terjadi, mungkin tidak akan sepahit ini”.

Kringggg” tiba-tiba telepon rumah Alexandro berdering. Alexandro tidak peduli, air mengalir dari shower kamar mandi lebih baik untuk saat ini dibanding dering telepon. Tetapi dering telepon terus berulang seolah-olah memberi isyarat kepada Alexandro bahwa memang ada sesuatu yang sangat penting. Air yang mengalir dari shower itu pun berhenti. Alexandro segera membelitkan handuk kecil di tubuh bagian bawahnya.

Hallo” kata Alexandro memulai pembicaraan jarak jauh itu.

Iya hallo, Lex, ini gue Dena,

Mendengar nama itu, Alexandro segera menutup sambungan telepon itu. Bagi Alexandro, Dena adalah orang yang paling bertanggung jawab dengan hidupnya saat ini. Dena adalah orang yang berada di sebelahnya sesaat sebelum Alexandro lupa dengan segala yang terjadi di toyota rush miliknya seminggu lalu. Bukan Dena yang seharusnya disana saat itu, seharusnya Alexandria. Tetapi, saat itu Alexandria tidak ada. Hingga kini, Alexandro tidak tahu keberadaan Alexandria. Toyota rush menjadi tempat terakhir baginya dan Alexandria menikmati bahagia.

Dena merupakan teman baik Alexandro, tetapi hubungannya dengan Alexandria kurang baik akhir-akhir ini. Hubungan Dena dan Alexandria berantakan karena perbedaan pendapat antara keduanya. Dena adalah kakak Alexandria. Dena tinggal di salah satu rumah elit berjarak lima rumah dari rumah Alexandro.

Sebatang rokok putih kembali memberi rasa nikmat tersendiri bagi Alexandro. Kepulan asap putih menemani kopi hangat di gelas keramik. Tiba - tiba telepon rumah Alexandro berbunyi. Alexandro tidak peduli. Deringan telepon itu terus berbunyi. Telinga Alexandro yang mulai tidak nyaman dengan suara dering telepon itu. Tidur merupakan hal yang paling mungkin dilakukan oleh Alexandro. Springbad king koil menjadi tempat rebahan terbaik untuk saat ini bagi tubuh dan hati yang mulai remuk tak berwujud.

Senja pun tiba. Senja indah yang akan segera di ganti oleh gelapnya malam. Alexandro terbangun dari tidurnya. Samsung yang dari tadi mengisi daya, di on kan kembali. Tak seberapa lama, notifikasi pesan masuk dari nomor tak dikenal kembali jadi hal pertama yang terlihat olehnya. Alexandro membuka pesan itu, dan lagi-lagi “Lex, ‘ni gue Dena, Gue mau bilang sama mu kalo apa yang lu lihat waktu itu bukan seperti yang lu pikirin. Waktu itu gue gak sengaja lewat dan lihat mobil lu parkir. Yah… terus gue turun dan liat lu gak sadarkan diri. Trus gue buka pintu mobil lu, dan tiba-tiba lu sadar sendiri. Nah, baju robek yang gue pake waktu itu adalah bajunya Alexandria yang jatuh di depan mobil lu”

Membaca pesan singkat itu, detak jantung Alexandro seperti dipaksa memompa debit darah yang sangat besar. Kadang denyut itu berhenti dan tiba-tiba berdetak kencang. Alexandro merasa tubuhnya seperti diikat dan tidak bisa beranjak dari springbad king koil miliknya. “Dena pasti berbohong, dia hanya ingin menutupi semuanya, ‘knpa dia tiba-tiba ada dimobil waktu itu,, Dena kurang ajar,” batin Alexandro.

Jam tangan rolex milik Alexandro menunjukkan pukul 23.00 WIB. Rasa lapar mengalahkan kantuk yang teramat amat sangat. Alexandro mencoba bangun dari tempat tidurnya. Kulkas dua pintu dibukanya. Tiga buah apel dan satu botol minuman dingin tersisa. Alexandro mencoba menikmati satu buah apel dan sedikit minuman dingin tadi. Rasa lapar itu pun perlahan hilang. “Mungkin, cukup untuk menahan lapar sampai besok pagi,” gumam Alexandro dalam hati. Sebatang rokok putih pun kembali menemani malam dinginnya saat itu.

Gubraakkkkkk” seperti bunyi pintu yang dipaksa terbuka. Samar-samar mata Alexandro seperti melihat seorang perempuan. Tidak jelas wajah perempuan itu. Hal yang paling diingat oleh Alexandro adalah ucapan terakhir perempuan itu di telinganya,”Lex, ayo ke kamar… kau itu kalo sudah malam gini, jangan coba-coba deh berbuat gini lagi… Gak tahan gue Lex”.

Mentari di ufuk timur mulai menunjukkan keperkasaannya. Seperti biasanya Alexandro terbangun pukul 06.30 WIB. Perempuan itu tidak ada lagi. Alexandro mencoba bangun dengan kepala agak pusing. Tiba-tiba matanya tertuju pada sehelai kertas dan dibawahnya ada baju terlipat. Alexandro mencoba membaca tulisan di kertas itu, “Lex, baju lu udah gue sediain.. trus sarapan lu juga sudah gue siapin di meja makan.. kulkas juga sudah gue isi dengan makanan baru.. yang sabar ya Lex”. Kembali kertas itu diletakkannya di atas meja dan Alexandro mencoba memakai baju yang dibawah sehelai kertas tadi. “Baju yang keren dan ngepas bangat di badan gue,” batin Alexandro. Alexandro melangkah ke dapur, tiba-tiba terhenti, “Baju yang gue pake ini kayak sering gue lihat.. di mana yah???” pikir Alexandro bertanya-tanya.

Nada dering samsung Alexandro kembali berbunyi. “Halo Lex, ni gue Dena lagi.. tolong jangan matiin dan dengar penjelasan gue.. Kalo lu mau tau apa sebenarnya yang terjadi sama hidup lu, nanti malam kita ketemu di hotel tempat lu biasa sama Alexandria. Dan ingat satu hal Lex, gue mau lu datang sendiri. Jam tujuh malam ini ku tunggu. Gue sendiri di sana”. Alexandro hanya bisa terdiam seribu bahasa, dia tida tahu harus mengiyakan atau menolak.

Pukul sudah menunjukkan 18.30 WIB. Alexandro segera bergegas menuju hotel untuk berjumpa dengan Dena. Alexandro merasa ada hal yang aneh dengan pertemuannya dengan Dena. Toyota rush melaju kencang membelah kota Surabaya. Tiba di hotel, Alexandro segera menuju kamar dengan nomor yang sudah dikirim Dena melalui pesan singkat. Tiba di depan pintu kamar itu, Alexandro melihat pintunya tidak terkunci. Alexandro masuk dan tidak menjumpai siapapun disana. Hanya bunyi air mengalir di kamar mandi yang terdengar olehnya. Alexandro memberanikan diri memanggil Dena, “Dena.. Ini gue Alex.. lu dimana,, gue da nyampe ni,”. Tidak ada jawaban. Sekali lagi Alexandro memanggil dan tiba-tiba ada sahutan perempuan dari dalam kamar mandi, “Iya Lex,, bentar gue masih mandi… dimeja udah gue siapin minuman buat lu.. minum aja dulu,”.

Alexandro meminum minuman yang sudah terhidang di atas meja dan tiba-tiba,,,,,,, “Brukkk” Alexandro terjatuh dan tak sadarkan diri. Hanya penglihatan yang samar menemani. Seorang perempuan samar-samar terlihat olehnya keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah terurai sampai ke bahu. “Lex, bentar lagi lu akan tahu apa yang seharusnya lu tahu”……

MNJ (My Name Jepri)

@saumanganya, 30 September 2020

Tantangan Gurusiana hari ke-19

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post