FILOSOFI KEYBOARD
FILOSOFI KEYBOARD
“Huruf pada keyboard tidak ada yang berurutan sesuai dengan urutan abjad pada alfabet”. Demikian juga dengan kehidupan kita. Kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan. Hancur, berantakan, dan out of the track sering kali menjadi bagian dari perjalanan hidup kita. Terkadang, kita sudah merencanakan dengan matang semua yang akan dilakukan. Tetapi, kegagalan selalu mengintai dan siap memporak-porandakan semua. Apakah kita menyerah? Tentu tergantung dengan manusianya. Kegagalan itu perlu untuk membentuk suatu karakter yang lebih matang. Sama seperti huruf pada keyboard, selalu dibutuhkan untuk membentuk ke-bermakna- an meskipun susunan berantakan,
“Huruf pada keyboard tidak ada yang berurutan sesuai dengan urutan abjad pada alfabet, meskipun begitu mampu menghasilkan kata demi kata sesuai yang diinginkan oleh si tukang ketik”. Sama halnya dengan kehidupan. Hancur, berantakan dan kegagalan dalam suatu rencana akan menghasilkan reaksi bagi setiap manusia yang mempunyai rencana. Reaksi yang dihasilkan akan beragam. Ada yang mengumpat, ada yang marah-marah, ada yang sumpah serapah, ada yang kabur dari masalah, ada yang menyalahkan kawan, bahkan ada yang sampai mengakhiri nyawa sendiri atau orang lain. Tentu reaksi seperti ini akan membentuk karakter buruk bagi si empunya rencana. Tetapi tidak sedikit juga yang menjalankan plan B, ada yang meminta bantuan teman, ada yang replaning, ada yang berdoa minta petunjuk Tuhan, bahkan ada yang sampai ikut pelatihan demi pengembangan diri. Tentu reaksi ini akan membentuk karakter baik bagi si empunya rencana. Jadi yang perlu adalah, bagaimana ke-bermakna-an reaksi kita menghadapi kegagalan dalam setiap rencana sehingga mampu membentuk karakter. Tentu karakter yang diharapkan adalah kuat, tangguh, pantang menyerah, inovatif dan lain sebagainya yang bersifat positip. Sama seperti susunan huruf pada keyboard, akan mampu membentuk kata demi kata baik positip ataupun negatip. Saya akan mengetik kata-kata sesuai dengan apa yang saya inginkan. Demikian juga dengan anda, dia dan mereka. Kata-kata yang saya ketik lebih sering tidak akan sama dengan yang anda, dia dan mereka ketik. Jika kata-kata yang diketik berbeda, maka jika dirangkai menjadi kalimat akan menghasilkan makna yang berbeda juga. Bagaimanakah jika dalam satu waktu kata yang saya, anda, dia dan mereka ketik sama? Jika hal ini terjadi, tinggal bagaimana cara menyusun kata-kata tersebut menjadi suatu kalimat. Hanya saja, bagaimanakah ke-bermakna-an kalimat tersebut? Tergantung susunan kata yang dirangkai si “tukang ketik” dan kualitas si tukang ketik itu sendiri.
“Huruf pada keyboard tidak ada yang berurutan sesuai dengan urutan abjad pada alfabet, meskipun begitu mampu menghasilkan kata demi kata sesuai yang diinginkan oleh si tukang ketik dibantu oleh beberapa tanda baca, spasi, dan lain sebagainya yang dianggap penting pada keyboard”. Ke-bermakna-an reaksi kita menghadapi suatu permasalahan dari rencana kehidupan yang telah disusun sebelumnya sangat tergantung oleh rambu-rambu kehidupan itu sendiri. Jujur, sopan, dan bertanggung jawab adalah beberapa rambu-rambu kehidupan yang harus dipatuhi. Jika tidak, maka hidup tak akan berseni. Bereaksilah dengan tetap menaati rambu-rambu kehidupan itu sendiri. Supaya hidup kian berarti. Sama halnya susunan huruf pada keyboard akan mampu menghasilkan kata demi kata, tetapi kata-kata tersebut jika dirangkai menjadi kalimat tak akan bermakna jika tanpa spasi, tanda koma, tanda titik, dan lain sebagainya. Jadi ke-bermakna-an itu akan berseni jika rambu-rambu ditaati.
“Jepri, belikan dulu garam ke warung nak!”
“Sebentar Mak, tanggung ini kerjaan ku”
“Segeralah nak, Bapak mu bentar lagi pulang”
“Jadi kalo sebentar lagi pulang, emang knapa Mak?”
“Emang kamu lagi ngapain Nak?”
“Menulis Mak”
“Nulis apaan kamu?”
“Filosofi Keyboard”
Tiba-tiba Bapak pun pulang.
“Lupa nambahin garam ke sayur yah Ma?”
“Kehabisan garam kita Pa”
“Kok gak dibeli Ma?”
“Gak sempat tadi mama belinya Pa, soalnya tadi ada tamu dari tim sensus penduduk Pa”
“Kan ada si Jepri”
“Gak bisa disuruh si Jepri Pa, katanya sibuk nulis”
Dan akhirnya aku pun dipanggil Bapak,
“Jepri.. sini dulu kamu!”
“Iya Pak”
“Knapa gak mau disuruh Mamak kamu tadi beli garam, jadi gak enak rasa sayur ini”
“Iya Pak, aku tadi nulis Pak, nanggung tadi Pak”
“Kan bisa distop dulu, kan bisa dilanjut, kalo kamu stop emang akan terhapus yang sudah kamu tulis itu”
“Gak akan terhapus sich Pak”
“Emang kamu nulis apaan?”
“Ini Pak”
Bapak pun terdiam sejenak, tiba-tiba
“Kamu nulis isinya begini,,, tapi gak kamu laksanakan”
“Iya Pak, saya masih hanya nulis aja dulu”
‘Gak boleh begitu, kamu harus bisa bersikap jika masalah menghampiri rencana mu Nak.. Sama seperti tulisan mu ini”
“Iya Pak, maafkan aku Pak”
MNJ (My Name Jepri)
@saumanganya, 21 September 2020
Tantangan Gurusiana hari ke - 10
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap.Selamat berliterasi Lae MNJ.Gbu